0.5

16.2K 625 4
                                    

Perasaan tak enak itu memang benar. Perjodohan yang harus ku jalani. Sedikit senang tapi tak enak juga. Aku tau Kak Brian gak bisa nerima ini. Aku udah coba nolak perjodohan ini. Tapi, Kak Brian malah mohon-mohon untuk nerima perjodohan ini.

Sekarang Kak Brian sudah menyender di motor ninjanya tepat di depan rumahku. Aku sedikit terkejut dengan kedatanganya. Kak Brian yang sedang memaikan kunci motornya sekarang terlihat. Tampan. Dengan jaket coklat yang melekat di tubuhnya, rambut yang sedikit acak-acakkan membuat kesan nakal. Aku tersenyum tipis dan menghampirinya.

"Udah siap?" tanyanya. Aku menggaguk. "Yuk."

"Eh, ada Brian. Mau jemput Venus yah." Mama muncul dari rumah.

"Iya Ma."

"Duluan yah, Ma. Ayok Ven!" kata Kak Brian

Kak Brian sudah memanggil Mama. Sejak semalam Kak Brian sudah memanggil orang tuaku Mama dan Papa. Sama sepertiku memanggil orang tuanya Ayah Bunda.

"Ma, aku pergi dulu ya." pamitku.

Aku menaiki motor ninja Kak Brian. Mungkin aku adalah cewe pertama yang di bonceng Kak Brian. Ada rasa senang tapi sedih juga. Aku baru tau kalau Kak Brian bukan cowok yang romantis seperti di novel-novel, bukan juga cowok dingin sedingin es, dia juga gak ceria, dan intinya dia sulit di tebak. Kak Brian mungkin termasuk orang yang kukagumi di sekolah ini, bukan hanya karna tampan dia terlalu populer di sekolahnya. Sebut saja most wanted di sekolah ini bersama para sahabatnya Kak Daffa dan Kak Dion.

Melihat jalanan yang sudah hampir dekat sekolah tepatnya dekat halte. Apa aku turun disini saja?

"Kak Brian, berhenti dulu depan halte." Kak Brian menyisikan motornya dekat halte. Secepat mungkin aku turun dari motor ninja itu.

"Kak Brian langsung ke sekolah aja, Aku mau nunggu Indah dulu." bohongku.

Kak Brian hanya mengangguk dan melajukan lagi motornya ke gerbang sekolah. Setelah bayang Kak Brian hilang aku berjalan menuju sekolah. Sebenarnya yang aku hindari adalah penggemar-penggemar Kak Brian yang fanatik. Bisa mati konyol jika harus meladeni fans-fansnya itu.

Di kelas sudah ada dua sejoli yang saling tertawa terbahak-bahak. Siapa lagi kalau bukan Indah dan Kak Billy. Mereka begitu mesra apalagi saat Kak Billy menangkup pipi Indah. Apa nanti aku akan seperti itu dengan Kak Brian?

Aku menghela nafas mencoba mengatur ekpresiku seperti biasanya. Aku berlari menghampiri mereka. "Hadehhhh, doyan amat sih pacaran, berasa nyamuk disini_Plak." ucapku sambil pura-pura menepuk nyamuk.

"Makanya cari pacar gih, biar bisa berduaan kayak kita, iya 'kan babe?" aku tersenyum geli mendengar penuturan Kak Billy.

Bahkan gue langsung dicariin suami sebelum disuruh nyari pacar.

Tapi masalahnya, apa dia akan seromantis Kak Billy?

Kunci untuk membuka pintu hati Kak Brian telah hilang.

Sampai kapanpun, tak akan pintu itu tak akan pernah terbuka untukku.

"Woy, ngelamun mulu. Cepetan duduk udah masuk ini." gerutu Indah. Aku segera duduk di bangku sebelahnya. Pikiranku masih melayang karna sikap Kak Brian terhadapku, tentang pernikahan kami, dan tahap selanjutnya.

Kak Brian memang termasuk dalam gebetanku di sekolah ini, tapi jikalau dia harus menjadi suamiku nanti. Apa itu menganggumkan? Apa aku pantas untuknya? Apa pernikahan ini akan berlangsung lama? Apa akan berhenti di tengah jalan? Apa aku akan menjadi janda di usiaku yang masih muda ini? Apa aku kabur saat hari pernikahan?

Pertanyaan itu selalu mengiang di telingaku. Selama Kak Brian tak pernah bersikap manis padaku.

Apa dia bisa menerimaku?

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang