1.2

14.8K 567 3
                                    

"Saat ini, tahun ini, bulan ini, tanggal ini, jam ini, menit ini dan detik ini. Apa Kak Brian suka sama seseorang?"

Hening...

Hening...

"Mungkin."

"Mungkin?"

Aku tak percaya bahwa saat ini suamiku, atau Kak Brian menyukai seseorang.

"Siapa?"

"Ada lah"

"Cewek?"

"Iyalah. Lo kira gue gak normal."

"Namanya."

"KEPO!!!"

"Ih, kok lo jadi nyebelin yah."

"Biarin."

"Ih, kenapa akhir-akhir ini lo jadi makin nyebelin, biasanya juga es batu."

"Yaudah gue es batu lagi."

Kalau dia jadi es batu lagi dingin lagi dong. Gak! Jangan.

"Ya elah bercanda kali."

"Hmmm."

"Eh, beneran jadi es batu lagi."

"..."

"Kak bercanda kali, jangan baperan deh."

"..."

"Kak, gue serasa duduk bareng roh gaib."

"Jadi gue roh gaib." aku menyengir dan menngacungkan tangan berbentuk V.

"Gue laper. Lo laper gak?"

"Mau jujur apa bohong."

"Kalau jujur kenapa kalau bohong juga kenapa."

"Kalau jujur, gue masih kenyang tapi kalau bohong gue laper."

Kak Brian keliatan kesal karna jawabanku.

"Yaudah gue mau delivery lo mau apa?"

"Pizza."

"Oke."

"Spageti."

"Hah?"

"Hot dog, burger, chiken."

"Hah?"

"Gak deh, gausah."

"Yaudah."

"Pizza yang besar aja."

"Hah?"

"Udah beli pizza yang besar aja satu."

"Oke. Dasar rakus."

***

Aku dan Kak Brian menyantap pizza yang tadi Kak Brian pesan dengan ukuran yang sangat besar.

"Eggh." tak sadar aku bersendawa, Gils, depan Kak Brian lagi. Aku langsung menutup mulutku. "Maaf."

"Hmmm."

Aku meminum air putih menetralkan kecanggungan dalam suasana ini.

"Pizzanya masukin kulkas aja, gue mau tidur."

"Iya, Kak." aku bangun menyimpan pizza itu di kulkas dan beranjak ke kamarku.

Mengapa aku merasa hubungan bukan suami-istri, malah lebih ke adik-kakak.

Mungkin keseringanku memanggil kakak pada Kak Brian.

Aku menutupkan mataku yang sudah sangat lelah, lalu tertidur dikurungan bedcover yang tebal.

***

Ini awal dan pertama bagiku, menjalankan kewajiban sebagai istri.

Eh, bukan seperti yang kalian pikirkan.

Aku hanya menyiapkan sarapan pagi. Itu saja.

Hari ini aku kembali ke sekolah tentu bersama Kak Brian. Dan kami pergi membawa kendaraan masing-masing.

"Pagi Venus, gimana malam pertama lo?" bisik indah.

"Malam pertama, biasa aja kayak malam pada umumnya."

"Lo gak ngelakuin apa-apa?"

"Kagak, emang malam pertama harus ngapain, bukanya malam pertama juga malam 'kan, waktu untuk beritirahat alias tidur." jawabku polos.

"Wah, seharunya sih orang kayak gini gak boleh dinikahin dulu, lo masih terlalu polos."

"Siapa juga yang pingin nikah orang gue di jodohin."

"Ya, sih, tapi lo gak ngerasa kasian sama Kak Brian gitu?"

"Kasian kenapa?"

"Lo tau gak, apa yang di lakukan orang yang udah nikah?"

"Enggak."

"Oke, mungkin secara bertahap lo bakal tau, tapi gue kasih tau aja, kalau lo gak ngelakuin sesuatu sama Kak Brian kemungkinan besar lo bakal di tinggalin sama dia."

"Ah, lo nakut-nakutin gue aja."

"Gue gak nakut-nakutin, tapi kalau lo gak ngasih dia 'itu', kemungkinan itu yang bakal terjadi."

"Terus kalau itu terjadi?"

"Kak Brian bakal jadi duren."

"Duren? Gak mungkin Kak Brian itu orang bukan buah-buahan."

"Duren, duda keren. Kalau Kak Brian jadi Duren, lo jadi apa?"

"Jadi jatik aja, Janda Cantik."

"Eh, lo malah jawab lagi, sekarang umur lo brapa?"

"17."

"Kak Brian?"

"18."

"Nah udah cocok 'kan, tinggal mental lo buat lakuin 'itu' sama Kak Brian."

"Oooooh, lakuin apa?"

"Ih, kenapa sih punya temen begonya gak ketulungan."

"Gini-gini juga lo suka nyontek fisika kali."

Tbc.

Jangan lupa Vote ★★

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang