1.5

14.6K 570 1
                                    

Venus POV

Rasanya deg-degan, gimana enggak ini pertama kalinya Kak Brian ngirim SMS, isinya suruh dateng ke taman belakang sekolah.

Gak ada hujan gak ada petir memang. Tapi, apa ini pertanda kalau Kak Brian memang udah membuka hatinya?

Tepat didepanku saat ini dia membelakangiku.
"Kak?"

Dia menoleh kearahku, aku mendekatinya dengan wajah datar. Memandangi wajahnya serasa ada yang aneh apalagi saat dia tersenyum.
"Hai, kamu dateng juga?"

'Kamu'? Aku-kamu? Sejak kapan?

"K-Kamu?" tanyaku mengerutkan dahi.

"Venus, kita ini udah nikah masa sih 'gue-lo' mulu." aku memandangnya nanar.

"Kak..." lagi-lagi dia senyum, "abis kejedot apa?"

"Kamu mau tau aja atau mau tau banget..." godanya.

"Hebat yah, sejak kapan kakak bisa ngegoda?"

"Sejak lahir."

"Owh, mulai bisa ngelawak yah?"

"Hmmm. Gak kok."

"Kak?"

"Kenapa aneh banget yah kalau aku bersikap kayak gini, jujur aku cuma mau jadi suami pada umumnya. Aku tau belakangan ini sering dingin sama kamu. Aku minta maaf." ujarnya panjang, bahkan ini pertama kalinya Kak Brian ngomong panjang.

"Kak!"

"Venus Arein. Aku menikah sama kamu emang waktu dulu sih mikirnya cuma status. Tapi sekarang, aku mikir lebih. Aku menikah untuk masa depan aku, untuk anak-anak aku nanti, untuk nanti masa tua aku. Dan kamu, orang yang selalu nemenin aku saat ini dan seterusnya sampai aku menghembuskan nafas terakhir. Aku serius menikah sama Kamu. Aku gak mau ada kata 'cerai', bagi aku kata 'cerai' itu haram. Jadi bantu aku rubah sikap aku. Kamu siapkan bantu aku?" jelasnya panjang lebar. Angin mana yang membuat Kak Brian seperti ini, aku ingin berterima kasih. Terima kasih Ya Allah.

"Aku siap Kak." kami saling meleparkan senyum sesaat, "tapi, Kak Brian ngajak aku kesini cuma mau ngomong ini aja? Gak ada yang lain?"

"Gak! Cuma ini. Entah, aku dari kemarin pingin ngomong sama kamu tapi kemarin kamu langsung tidur abis pulang dari rumah Mama."

Takdir memang tak pernah diketahui siapapun. Skenario yang paling indah hanya milik-Nya. Dari awal aku mengadopsi istilah 'benci menjadi cinta' itu alasanku membuat Kak Brian kesal membuat Kak Brian tak suka padaku tapi takdir berkehendak lain. Cinta di antara aku dan Kak Brian karna istilah 'cinta bisa tumbuh karena kebersamaan'.

Kring... Kring... Kring...

Bell tanda masuk sudah berbunyi. Kak Brian pasti ada pemantapan habis pulang sekolah.

"Kak Brian masuk gih, udah bel."

"Iya, kamu juga masuk kelas jangan bolos mulu."

"Iya-iya, kalau aku gampang urusannya."

"Gampang gimana?"

"Kak, hari ini tuh free class jadi aku bisa lama-lama disini kalau aku mau. Tapi kan kalau Kakak bentar lagi mau ujian jadi yang harus belajar itu Kakak."

"Kamu juga, jangan mentang-mentang free class gak belajar buat UKK, gimana kalau gak naik?"

"Ihh, gak mungkinlah."

"Bisa aja 'kan?"

"Udah Kakak masuk gih."

"Iya, aku masuk yah... Dadah istri."

"Iya Dadah juga suami." Kak Brian melangkah pergi, namun, belum empat langkah dia sudah berbalik lagi.

"Ada yang ketinggalan." serunya.

Cup'

Kak Brian tersenyum lalu mengacak rambutku dan pergi dari sini. Kecupan dikeningku membuatku tersenyum lebar. Kak Brian memang berubah. Kak Brian membuka hatinya untukku.

Ya, aku dan Kak Brian sama-sama memulai untuk jatuh cinta, namun, bedanya aku telah jatuh oleh pesonanya duluan. Kalau Kak Brian baru sekarang ini...

Aku rasa pipiku memanas mengingat perkataanya tadi.

Masa depannya.

Anak-anak kita.

Masa tua.

Dan aku orang yang dipilihnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc.

Maafkan Typo dan Gejenya..
Jangan lupa Vote★★★

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang