13th

3.2K 384 42
                                    

Enjoy the story

.

.

.

\{'¤'}/

.

.

Taehyung terkesiap karena sebulir kristal menuruni kelopak mata Jungkook. Tangannya mengusap lembut jalan kristal itu. Dan berhenti untuk merasakan pipi yang dulunya gembil berisi.

Suara husky bergema lirih. "Apa begitu sakit?"

.

.

.

Jungkook tak berhenti menangis. Kakinya tak kuat menahan beban tubuhnya dan kini dia jatuh berlutut di bawah. Matanya tak lepas menatap sosok appanya yang kini benar-benar tak bergerak.

"Appa.." panggilnya lagi. Berharap appanya akan bangun dan memeluknya. Berharap appanya berkata bahwa semuanya hanya kejutan, semuanya tak nyata.

Tapi seringaian orang bertubuh tinggi itu benar-benar menakutinya. Menunjuk-nunjuk Jungkook dengan ujung besi berlubang yang masih panas.

Kris berjalan mendekat, mendongakkan dagu Jungkook dengan ujung pistol. "Wah-wah.. putra Jongin ternyata cukup cantik, huh?!!"

Jungkook hanya bisa terisak.

'Aku benci appa.' Hanya satu kata itu yang menggema di kepalanya. Berulang terus menerus. Membuat kepalanya berdenyut sakit.

Kenapa appa tidak paham keinginanku?!! Apa aku ini benar anak appa?!

"Appa.. appa.." tangis Jungkook pecah. Isakan memilukan terdengar begitu jelas. Ingatan saat-saat terakhirnya bersama appanya menyakitinya. Dan semua perkataannya terngiang kembali.

"Kenapa appa?! Apa masalahnya!? Apa aku tidak boleh dekat dengan seorang teman?! Apa aku harus sendirian?!"

'Appa tidak pernah membiarkanku sendiri. Appa memberiku seorang hyung. Memberiku teman baru. Melindungiku.'

"Appa.. maafkan aku. Appa.." Jungkook memejamkan matanya. Membuat buliran kristal yang sedari tadi berkumpul di pelupuk matanya bebas.

"Cih. Appamu sudah mati. Tidakkah kau lihat?" Kris tersenyum puas. Melihat putra Jongin yang hancur melihat jasad appanya yang tergeletak tak bernyawa.

"Mau melihat yang lebih seru?" Tawar Kris lagi. Menengokkan paksa wajah Jungkook dengan pistolnya kearah kanan. Tepat ke arah kamar orang tua Jungkook.

"Bagaimana? Terhibur?" Ejeknya. Mata Jungkook membulat sempurna. Air matanya semakin tak terhentikan. Netranya bergetar hebat, begitu pula tubuhnya.

Dunia seakan runtuh, dan menimpa Jungkook. Semuanya lenyap seketika. Dengan tenaganya yang tersisa Jungkook mencoba bangkit. Berusaha bersuara meski tenggorokannya terasa kering.

"Eomma..!" Lirihnya. Getar dalam suara itu terdengar jelas. Kakinya terseok-seok memasuki kamar orang tuanya. Dua orang lainnya hendak menghadang Jungkook. Tapi Kris memberikan kode untuk membiarkannya.

Jungkook bersimpuh di samping satu orang yang tergeletak disana. Darah yang sama banyaknya membasahi sekujur tubuh namja yang dipanggilnya eomma. Tak ada sisa deru nafas dari sosok itu. Menandakan ketiadaanya didunia.

"EOMMAA!! eomma!!! Bangun. hiks.. kumohon bangun. Hiks.. jangan tinggalkan kookie sendiri eomma!! Hiks. Eommaa!!!!!" Erangan Jungkook membuat bulu kuduk siapapun meremang. Kecuali namja jangkung yang ada disana. Dia hanya tertawa. Entah kepuasannya karena telah menghabisi orang tua Jungkook. Atau karena kepuasan setelah mendengar jeritan putus asa atas perbuatannya?

[Hiatus]Cant Feel Anything |VK|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang