23rd

2.9K 338 79
                                    

Enjoy the story
.

.

.

\{'¤'}/

Warningg: lumayan panjang.. buatku sih

.

.

Sehun masih menunggui Luhan yang belum juga bangun. Wajahnya menatap sendu ke arah wajah cantik yang berhias sedikit lebam serta robekan luka di bibir.

Keringat masih saja bermunculan di dahi Luhan. Menjelaskan betapa tidak nyaman namja mungil itu dalam tidurnya. Bibir pucatnya tak henti merapalkan kata 'maaf', 'hyung', dan 'bunny'. Entah apa yang namja mungil ini impikan sekarang.

Kalau bisa... Sehun ingin mengambil alih mimpi Luhan. Mimpi yang seakan menakuti orang terkasihnya. Memberinya mimpi baru yang lebih indah. Tanpa raut ketakutan maupun kerutan di dahi putih itu.

Gemeletak gigi Luhan yang terdengar menyadarkan Sehun kalau namja-nya kedinginan. Padahal suhu tubuhnya kelewat tinggi.

"Kau kenapa hyung? Apa yang terjadi denganmu selama ini?" Gumam Sehun sembari bangkit dari duduknya. Dia menarik diri ke atas ranjang Luhan untuk merengkuh cintanya lagi. Menenangkan kekasihnya--setidaknya Sehun masih menganggapnya begitu--yang tengah berkelana terlalu dalam dengan ketakutannya.

Tubuh panas Luhan dia dekatkan ke tubuhnya. Posisinya sendiri menyamping memeluk Luhan. Meletakkan kepala dengan surai kecoklatan itu ke atas dadanya hanya untuk mengecup puncak kepala Luhan rindu. Sangat rindu.

"Shh... aku di sini hyung. Kau sudah aman. Bersamaku disini.." rapal Sehun meletakkan dagunya di atas kepala Luhan. Tapi bibir itu masih tak berhenti meracau.

"Hyung.. mianhae. Hyung.." Sungguh hati Sehun sakit mendengarnya. Apa saja yang di lalui namja-nya ini? Kenapa rasanya begitu sakit walau Sehun hanya mendengar igauan tak jelas dari Luhan?

"Hyung. Tenanglah. Semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan." Telapak tangan pucat milik Sehun mengusap pelan lengan Luhan. Menarik Luhan untuk semakin melesak dalam pelukannya tanpa membuat Luhan sesak tentu saja. Bisa-bisa selang oksigen Luhan lepas nanti.

Tubuh yang menggigil di pelukannya menggeliat kecil. Menyembunyikan wajahnya lebih dalam ke ceruk leher Sehun.

Sehun mendesis kecil kala merasakan panas tubuh Luhan menyengat kulitnya. Bagaimana bisa dari tadi demam Luhan tidak kunjung turun juga?

Sehun senantiasa mengelus lengan Luhan. Kadang meremas kecil dan menepuknya. Memberikan gestur menenangkan. Memberi isyarat bahwa ada orang lain di sampingnya.

Pintu yang terbuka mengalihkan fokus Sehun memberikan usapan bak lullaby untuk Luhan. Sedikit menengokkan wajahnya hingga matanya bertemu sepasang mata yang sangat mirip dengan miliknya. Penuh ketegasan dalam pancaran caramel netra itu.

"Appa." Panggil Sehun. Dan wajah tegas appanya membentuk senyum menawan. Mencairkan kata beku di awal ekspresinya tadi.

Sosok tegap Tuan Oh memutari kasur. Rasa rindunya tengah membuncah saat ini. Salah seorang pemuda yang dia sudah anggap sebagai putranya telah kembali lagi. Tapi melihat keadaannya mengubah guratan penuh harap menjadi garis sendu.

Kondisi Luhan tidak seperti yang dia harapkan.

"Appa membawa berapa orang?" Sehun sedikit menegakkan tubuhnya ke frame ranjang. Hendak bangun tapi Luhan malah menggeliat dan mengerang kecil. Membuat Sehun tidak tega untuk melepaskan Luhan.

[Hiatus]Cant Feel Anything |VK|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang