Part 17

3.8K 334 45
                                    

Aku berjalan gontai menuju ruang rawat ayah aku tidak memperdulikan lagi Dokter Galih yang kutingggalkan disana, setelah sampai aku melihat ibu dan ayah masih terlelap aku menarik nafas legah karena artinya selama aku keluar mereka tetap baik-baik saja, aku segera ke kamar mandi kubasuh wajahku dengan air dan kutatap wajahku melalui cermin yang ada didinding semua perkataan Dokter Shintia mengiang ditelingaku
Apakah aku ini memang perempuan pembawa sial???
Apa yang terjadi dengan bang Izwhan di masa lalunya bersama dokter Shintia apakah aku merebut bang Izwhan darinya, tidak...setauku bang Izwhan hanya mencintaiku dan tidak ada perempuan lain dalam hidupnya selain aku ,tanpa kusadari cairan bening yang dari tadi berusaha ku cegah untuk keluar kini berlumbah-lumba keluar untuk menemani lukaku yang semakin terbuka dan terasa perih
"Ya Tuhan apakah aku ini pembawa sial apakah kematian bang Izwhan adalah salahku, dan ayah apakah dia terbaring lemah disana karena salahku juga" gumamku ditengah isak tangisku

"Kirana....." suara ibu dari luar membuatku cepat menyeka air mataku lalu segera keluar menemuinya

"Iya bu, aku mau tidur dulu yah" ucapku lalu segera berlalu menuju sofa untuk merebahkan badanku agar ibu tidak melihat mataku yang baru saja menangis aku tidak ingin ibu tahu tentang kesedihanku sudah cukup beban yang ibu rasakan karena cobaan yang silih berganti.

..............
Aruna Pov
Aku duduk sambil membuka ikatan sepatu PDL yang aku kenakan seharian ini rasanya begitu lelah setelah melakukan basis penjemputan para junior bungsu yang baru masuk bataliyon hari ini
*Kring...kring  suara dering ponselku,kutatap layar ponselku tertera nama Shintia disana

"Hallo...." ucapku saat menjawab panggilanku, namun yang terdengar hanya isak tangis seorang wanita diseberang entah apa yang terjadi pada Shintia tapi aku begitu khawatir mendengarnya menangis di waktu malam seperti ini

"Hallo, Shintia kamu kenapa?"

"Mas...mas Arun hhhssstt...dia sudah merebut bang Izwhan dari aku selama ini aku berjuang untuk mendapatkan cinta dari bang Izwhan tapi perempuan Sial itu membuat bang Izwhan berpaling dariku dan pergi untuk selamanya ,mas...aku benci dia aku benci mas Galih....." ucap Shintia dengan terdengar serak dan sangat terdengar jelas bahwa saat ini dia sedang menangis dan dia menyebut nama Galih membuatku ingin murka karena setelah menyakiti Audi dia juga menyakiti Shintia

"Kamu dimana,aku kesana sekarang" ucapku dengan nada tinggi Aku rasanya sudah dikuasai emosi

"Aku..aku di restoran jepang tempat kita ketemu kemarin mas"

"Tunggu aku disana" ucapku lalu memutuskan panggilam tersebut  aku langsung menuju motorku yang terparkir didepan rumah dinas yang ku tinggali ini
"Bang mau kemana?" tanya salah satu juniorku yang melihatku tergesah-gesah

"Keluar sebentar kalau abang dicari Danki bilang aku makan diluar" ucapku lalu berlalu kulajukan motorku dengan kecepatan tinggi aku ingin segera sampai ketempat Shintia aku tidak ingin dia terluka aku harus menjaganya dia sudah seperti adiku sendiri dan apa lagi dia sepupu Audi jika aku tidak bisa menjaga Audi maka aku harus berusaha menjaga Shintia.

Aku parkirkan motorku lalu segera masuk kedalam gedung restoran jepang ku incarkan pandanganku mencari sosok Shintia kulihat dia duduk masih dengan jas putih kedokterannya

"Dek..." ucapku saat telah duduk didepannya

"Mas...aku benci dia, Mas Galih juga mas dia gak peduli perasaan aku" ucap Shintia dengan wajah yang terlihat sangat terpukul

"Dek..kamu gak usah khawatir aku akan bantu kamu" ucapku berusaha menenangkannya

"Mas bisa bantu apa ha....tidak ada yang bisa bantu karena tidak ada yang pernah sayang sama aku"

Dipenghujung penantiankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang