Part 23

3.6K 315 23
                                    

Degg...!!!

Degg...!!!

Degg...!!!

Jantungku rasanya mau keluar dari letak anatominya, saat Aruna menyungginggkan senyum tanpa dosanya dan berjalan mendekat kearahku dan dek Shanti

Dek Shanti  berjalan mendekat ke arah Aruna dan ini sungguh pemandangan yang membingungkan untuk ku

"Mas Arun apa kabar?" tanya Shanti setelah berpasan dihadapan Aruna

Aruna mengusap sayang puncak kepala Dek Shanti

"Mas Baik.. Kamu dan bapak sehat kan, kamu tenang yah Mas akan jagain kamu" ucap Aruna , dan itu membuatku semakin bingung kenapa mereka tampaknya sudah dekat.

"Ya sudah ayo  kita masuk" ajak Dek Shanti

...............

Ku pandangi bingkai Foto yang tertera di dinding rumah bang Izwhan yah aku sekarang telah berada didalam rumah bang Izwhan aku telah menyuruh Praka Wajedi untuk pulang kembali ke kota aku akan menghubunginya jika aku akan kembali pulang, karena aku tidak ingin merepotkannya lebih banyak karena ini urusan pribadi bukan urusan dinas.

Kupandangi satu persatu foto masa pendidikan bang Izwhan mulai dari pendidikan awal,kecabangan infanteri, pembaretan,sampai Dik Batih (pendidikan Bintara pelatih), dan disetiap foto itu mereka selalu bersama yah Bang Izwhan dan Bang Yudha mereka telah layaknya saudara karena mereka sudah bersama sejak awal pendaftaran.

Tes..

Setetes air mataku terjatuh aku segera menyekanya, ku palingkan perhatianku dari foto-foto itu aku tidak bisa menatapnya lebih lama rasanya hatiku sakit, karena senyum yang masih ingin kulihat sudah tidak bisa lagi dan rasa rindu yang begitu menggebu akan selalu mengundang tangis.

Aruna datang mendekatiku, tapi aku pura-pura tak melihatnya tapi sebenarnya banyak hal yang ingin ku tanyakan padanya.

"Kirana..." panggil Aruna yang membuyarkan ku dengan pemikiranku sendiri

Aku tidak menjawabnya

"Kirana..." panggilnya lagi

"Ya.." jawabku singkat

"Aku tahu banyak hal yang ingin kamu tanyakan padaku"

Entalah dari mana Aruna bisa membaca pikiranku

"Iya ,tapi aku lebih mau kamu Pulang dari sini untuk apa kamu membututiku sampai sini" ucapku sambil menatapnya tajam

"Kamu tidak bisa menyuruhku pulang,aku juga berhak berada disini, dan maaf jika aku mengikutimu sampai sini entahlah Kirana.. Tapi, rasanya aku resah jika tidak.." ucap Aruna gantung

"Terserah kamu tapi aku tidak mau ikut campur lagi dalam masalah kamu dan dokter Shintia" ucapku lalu beranjak meninggalkannya

"Tunggu Kirana.."

Dan kuraskan Aruna menggapai tangan kananku dan menghempasnya hingga badanku ikut berbalik dan mendarat tepat didadanya yah, posisiku saat ini berada di dalam dekapan Aruna

Degg...!!!

Degg...!!!

Degg....!!!

Itu bukan hanya suara jantungku tapi juga suara jantung Aruna yah aku meraskannya karena posisi kepalaku yang sejajar dengan dadanya yang bidang  begitu mungilnya aku hingga tenggelam dalam tubuh Aruna

Kurasakan tangan besar Aruna mulai mengusap lembut puncak kepalaku aku terhanyut beberapa saat, tapi aku segera tersadar dari hal ini

Aku segera membebaskan diri dari dekapan Aruna

Dipenghujung penantiankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang