Part 25

3.6K 197 16
                                    

Entah apa yang ada dalam pikiran dua mahluk ini bahkan aku sendiri rasanya muak melihat mereka yang melebihi anak kecil yang selalu mendebatkan hal yang menurutku tidak penting.

Tatapan kedua orang ini tertuju padaku saat aku berseru agar mereka menghentikan pertengkarannya, ya dua orang itu adalah Aruna dan Dokter Galih.

"Kirana...." ucap Dokter Galih sambil berjalan mendekat ke arahku

Aku tidak bergeming tapi aku melihat Aruna berjalan lebih cepat ke arahku, dan benar saja Aruna lebih dulu sampai di hadapanku

"Ikut "ucap Aruna seraya menarik paksa lengan kananku

"Aruna..." teriak dokter Galih dengan nada emosi tinggi disana

Dan aku baru sadar bahwa kedatanganku malah memperpanjang pertengkaran mereka

"Apa-apaan ini" ucapku karena Aruna terus menarikku dengan paksa sedang Dokter Galih juga tetap mengikuti langkahku dan Aruna

Hingga Aruna menghentikanku di area taman belakang RST, dan dokter Galih langsung memisahkan secara paksa cekalan tangan Aruna dilenganku yang meninggalkam bekas merah yang membuatku sedikit meringis.

"Kalian berdua kenapa sih, jangan seperti anak kecil " ucapku sambil tetap mengelus lenganku

Namun aku tidak mendapatkan jawaban apapun dari mereka yang kulihat hanya mereka saling beradu tatap mencekam seakan-akan mereka ingin saling menerkam.

"Aku tidak akan membiarkan Kirana jatuh ke tanganmu" ucap Aruna dan itu sukses membuatku beralih menatapnya berusaha mencari penjelasan pada kalimatnya barusan

Dokter Galih tersenyum kecut sambil menarik lenganku dan menyembunyikan ku dibelakang badannya

"Aku juga tidak akan melepaskan Kirana pada orang seperti kamu, dasar Munafik!" ucap Dokter Galih

Bagaikan sebuah pedang menyayat bebas dihatiku,rasanya terdengar begitu rendahnya diriku menjadi bahan pertengkaran mereka ibarat sebuah benda yang mereka rebutkan aku merasa tidak dihargai, tanpa terasa bulir bening jatuh membasahi pipiku rasanya mereka telah mengusik usahaku yang berusaha tenang dari rasa sakitku

"Apa maksud kalian, aku bukan barang yang kalian ingin serahkan satu sama lain" ucapku lalu meninggalkan mereka , aku benar-benar tidak mau terlibat masalah apapun dengan mereka kupikir masalah yang timbul karena aku pulang dengan Aruna  tidak akan sampai seperti ini nyatanya mereka seperti anak kecil yang bertengkar karena rebutan mainan dan aku adalah maianannya.

..............
Aku berusaha mengendalikan air wajahku agar terlihat baik-baik saja saat aku hendak masuk ke kamar rawat ayah aku berusaha menepis semua rasa kesal,marah,kecewa karena ulah Aruna dan Dokter Galih tadi

"Kirana, bantuin ibu yah" ucap ibu padaku saat melihatku berjalan ke arahnya

Aku tersenyum ke arah ibu dan aku segera membantu ibu merapikan pakaian ke dalam koper, yah hari ini aku,ibu,dan Ayah akan kembali ke rumah karena kondisi Ayah yang sudah memungkinkan untuk rawat jalan

aku berusaha menepis semua pemikiranku tentang Dokter Galih dan Aruna

Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu membuat aku dan ibu kompak menoleh ke arah sumber Suara

Ibu tersenyum kepadaku seraya memberiku perintah untuk membuka Pintu

Betapa terkejutnya aku ternyata orang yang baru saja kupikirkan dialah yang mengetuk pintu ruang rawat Ayah...ya dia Aruna..

Belum saja aku mempersilahkan Aruna masuk *Brukkk Aruna menjatuhkan dirinya dihadapanku dengan posisi bersujud dan aku hanya memasang wajah dengan raut bingung...

Dipenghujung penantiankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang