Part 16

3.9K 325 41
                                    

Tapi..
Titt...tiittt..... ttTtTttTiiiitt suara alat EKG yang disambungkan ke tubuh ayah berbunyi dengan suara yang tidak biasanya yang mendakan kalau detak jantung Ayah mengalami syok, aku menghentikan langkahku dan medekatkan diriku kepada ayah, ibu, mbak Amel dan bang Guntur mulai tampak panik namun dokter Galih sudah menenangkan perasaan mereka, Dokter Galih melalukan pemeriksaan pada Ayah dalam hatiku sudah muncul perasaan cemas aku sangat takut kalau keadaan ayah semakin parah, tiba-tiba dokter Galih memberikan seutas senyum yang merekah entahlah keajaiban Tuhan tidak ada yang menyangka
"Ini hanya respon positif dari pak Satri, keadaannya baik-baik saja pak Satri memberi respon terhadap apa yang dia dengar tadi mungkin dia hanya kaget karena telah dapat mendengar di sekelilingnya yang padahal kemarin indra tubuhnya tidak ada yang berfungsi" ucap dokter Galih yang membuatku merasa lebih tenang
"Artinya ayah..."ucapku dengan nada cukup legah
"Ya pak Satri dapat mendengar maka sering-seringlah ajak bicara, insya Allah secepatnya pak Satri bisa siuman kembali" ucap dokter Galih membuat ibu menitihakan air mata harunya ,"Terima kasih Tuhan, semoga ayah bisa kembali sehat" Gumamku dalam hati.
................
Aruna Pov
Aku berjalan keluar ruangan itu rasanya aku begitu muak jika harus melihat wajah Galih sialan itu
"Aaaahhhhh"  jeritku dalam hati rasanya luka itu akan selalu melebar jika melihat Galih, karena aku belum bisa mungkin takkan bisa memaafkannya
*Bruukk aku menabrak seseorang saking tak fokusnya aku berjalan dipenuhi amarah

"Mas Arun..." ucap seseorang yang aku tabrak
Aku menoleh ke arahnya mencoba mengenalinya ternyata dia sepupu dari Audi yah dia Shintia

"Loh kok kamu bisa disini Dek?" tanyaku

"Harusnya aku yang nanya kok mas Arun ada disini, siapa yang sakit mas?"

"Mm aku cuma ikut mbak Amel tadi,besuk kerabat dari Bang Guntur, terus kamu..."

"Aku tugas disini mas, dan aku harus tinggal di mess para kowad di RST ini, oh iya mas katanya disini tempat dinas mas Galih juga kan" ucap Shintia dan dia menyebutkan nama Galih membuatku seakan kembali frustasi

"Kalaupun dia disini kamu gak boleh katemu dengan dia" ucapku dengan nada memperingatkan

"Loh, mas Arun kenapa kayak gini siih aku tahu mas Arun gak terima dengan kepergian Audi tapi ini semua bukan salah mas Galih" tutur Shintia yang seakan mengerti dengan perasaanku,yah dia memang cukup tahu tentang masalahku dengan Galih

"Kamu kenapa belain Galih, dia yang sudah bikin Audi pergi selama-lamanya harusnya dia saja yang mati bukan Audi" ucapku dengan mataku yang rasanya sudah memanas, yah aku akan selalu terluka jika mengingat semua kejadian itu seseorang yang aku sayang bahkan dia adalah cinta pertamaku yah dia Citra Audi namun sayangnya hatinya tidak berpihak kepadaku semakin aku berusaha berdamai kenyataan bahwa dia hanya menganggapku sebagai sosok kakak laki-lakinya semakin sakit rasanya dan semakin cintaku kepadanya turut bersemi, meskipun ku tahu hatinya berpihak kepada Galih Prawira sosok lelaki yang disetiap kalimat Audi selalu mendeskripsikan tentangnya, hingga suatu hari aku tahu mereka telah bersama namun aku masih tetap egois ingin tetap menjaganya yah karena rasa cintaku yang besar untuknya telah menguasaiku,hingga suatu hari dia harus meninggalkanku dan itu aku yakinkan sebagai kesalahan Galih yang tak bisa menjaganya

"Mas Arun, jangan buat Audi sedih seperti ini dengan melihat ada jarak kebencian antara mas Arun dan mas Galih" Shintia membuyarkan memoriku tentang Audi, aku hanya memberi senyuman simpul lalu berlalu meninggalkannya rasanya aku ingin meraung jika ada yang berusaha menasehati karena menurutku  mereka hanya bisa bicara namun tidak akan tahu tentang perasaanku

Aruna Pov Off
........
Sepulang Mbak Amel dan bang Guntur pamit pulang aku menyuruh ibu untuk istirahat dan akupun berdiri didepan jendela tempatku sempat bercanda dengan Fahira dan juga Aruna, aku mengambil sebuang bingkai foto yang selalu akan kubawa kemana-mana bingkai foto yang terpajang gambar sosok lelaki gagah yang sangat aku cintai ,senyum bang Izwhan tergambar begitu indah disana saat dia masih kuat masih sehat dan masih dapat aku sentuh,aku menatap matanya dalam-dalam meski hanya sebuah foto tapi mampu membuatku berdebar aku begitu merindukannya dan masih sangat mecintainya, ku tarik nafas dalam-dalam  mencoba menenangkan hatiku sendiri
"Bang Izwhan disana baik-baik saja kan aku juga disini baik-baik saja ,aku....aku rindu" ucapku lirih membuat air mataku setetes jatuh namun segera aku seka, ini bukan kali pertama aku merindukan bang Izwhan seperti ini bahkan bisa dikatakan setiap hari aku selalu merindukannya, aku menoleh pada ibu dan ayah yang telah terlelap aku kembali menyimpan foto bang Izwhan dan ku putuskan untuk berjalan-jalan sebentar di luar untuk menghilangkan penatku, harusnya sekarang aku tengah menikmati libur dua bulan yang dikasih kampus tapi semua ini membuatku tidak bisa berlibur bersama ayah dan ibu.

Dipenghujung penantiankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang