Part 21

3.9K 340 31
                                    

Aku setengah berlari menuju ruang Rawat Ayah, panggilan dokter Galih dan Aruna berusaha mencegahku tak aku hiraukan, sudah cukup aku benar-benar muak.

............
Setelah membersihkan tubuhku ku rebahkan badanku di atas sofa, ku lihat Ayah dan ibu tengah makan siang bersama syukurlah saat aku kembali ke ruangan ini tadi mereja masih ditaman jadi mereka tidak melihatku saat menangis tadi

"Kirana....kamu gak ikut makan? Panggil ibu ditengah usahaku memejamkan mataku.

"Ibu dan Ayah makan saja aku masih kenyang" ucapku karena memang aku sangat tidak merasakan lapar karena kejadian pagi tadi.

Aku berusaha membuat diriku terlelap harapku tidur dapat membuatku melupakan semua masalahku tapi nyatanya aku makin merasakan sakitnya, Ya Tuhan aku masih mencintai Bang Izwhan tapi kenapa aku harus berada dalam serumit ini dan orang-orang baru yang kau kirim dalam hidupku mereka membuat masalahku semakin rumit.

"Assalamu alaikum" ucapan seseoarang dari luar tapi aku enggan membuka mataku untuk melihat siapa yang datang

"Wa alaikum salam" ucap Ayah dan Ibu membalas salam orang itu

"Ayo masuk  nak Galih" ucap ibu lagi dan ternyata dokter Galih yang datang, rasanya aku masih kecewa dengan tingkahnya pagi ini dia seperti anak-anak sekolahan yang labil diluaran sana, tapi untuk apa dokter Galih kesini.

"Bu, Kirana sudah makan siang sebelum tidur?" kudengar dokter Galih melontarkan pertanyaan kepada ibu dan dapat kurasakan bahwa saat ini dia tengah menatapku, ya jelas saja saat ini dia tengah duduk di sofa tepat di depan bagian yang sedang kutempati untuk berusaha tidur ini.

"Belum nak Galih, katanya masih kenyang" ucap ibu

"Seandainya dia tidak tidur Bu aku ingin mengajaknya makan keluar setelah operasiku selesai"

"Ibu, Ayah aku pamit yah 15 menit lagi ada operasi" terdengar Dokter Galih pamit lalu suaranya tidak terdengar lagi artinya dia telah meninggalkan ruangan ini, syukurlah karena aku belum siap untuk bertemu dengannya saat ini.

...........
Aku mengerjapkan mataku berusaha menstabilkan kembali pandanganku, ku edarkan pandanganku ke seluruh ruangan tapi aku tidak menemukan ibu dan Ayah

Perlahan aku duduk dari posisi baringku aku mengucek pelan ujung mataku untuk memperjelas lagi pandanganku

"Ibu dan ayah kemana" gumamku

*Drrtt...
*Drrtt...
*Drrtt...

Ku rasakan ponselku bergetas ada sebuah panggilan yang masuk

'Dek Shanti' nama yang tertera di layar ponselku

Aku segera menganggkatnya

"Assalamu Alaikum"

(........)

"Alhamdulillah baik dek, kalau adek dan bapak bagaimana?"

(.........)

"Syukurlah"

(........)

"Mmm....iya dek ,kakak usahakan"

(.......)

"I...iya kakak akan datang besok"

(........)

"Wa alaikum salam"

Hufft....aku menarik nafas dalam setelah telefon dari Dek Shanti terputus

Aku bilang kalau aku akan datang, sedang aku belum minta izin pada ibu dan ayah, apakah mereka akan mengizinkan aku kesana sendirian.

Dipenghujung penantiankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang