Part 18

4.3K 338 52
                                    

Tanpa terasa 2 minggu telah berlalu dan ayah masih nyenyak dengan tidurnya dan hari ini aku mulai kuliah perdana untuk kembali bergelut dengan tugas Skripsi sebagai target syarat untuk memakai mahkota hitam bertali dihari wisuda nanti rasanya berat jika harus meninggalkan ibu menjaga ayah sendirian meskipun aku tahu bahwa banyak perawat dan dokter dirumah sakit yang akan menjaga ayah tapi rasanya beda jika aku melewatkan setiap perkembangan ayah tapi mau bagaimana lagi aku tidak ingin menambah beban ibu jika aku tidak kembali bergelut dengan kegiatanku sebagai mahasiswa semester akhir bisa-bisa aku tidak wisuda tahun ini.

"Bu aku pamit yah ,setelah urusanku selesai dikampus aku akan langsung kembali bu" ucapku sambil mencium punggung tangan ibu

"Iya Kirana kamu fokus ke kuliah kamu ajah dulu jangan pikirkan yang lain, oh iya ibu boleh minta tolong?"

"Iya bu,udah kewajiban aku juga bantu dan tolongin ibu"

"Pulang kuliah kamu mampir kerumah yah beres-beres jangan sampai kita pulang dari rumah sakit rumah disana udah kayak gudang"

"Iya bu, siap" ucapku yang membuat ibu terkekeh

"Assalamu alaikum" ucap seseorang dari luar membuat aku dan ibu kompak menoleh ke arah pemilik suara

"Wa alaikum salam" balas aku dan ibu kompak

Degg!!! Jantungku berpacu kencang apa aku gak salah lihat Aruna datang kesini sepagi ini apa dia gak ada kegiatan dan dia sendirian

aku masih terpaku dengan pemikiranku sendiri tanpa sadar ibu telah mempersilahkan Aruna duduk disofa yang berada di sudut ruangan

"Kamu sendiri nak,gimana kabar nak Amel dan nak Guntur?" ucap ibu membuka percakapannya dengan Aruna dan aku entahlah apa yang menggerakan kakiku mengapa aku ikut duduk bersama mereka padahal aku tadi sudah pamit pada ibu untuk ke kampus

"Baik bu , karena lagi cuti jadi aku sempatkan untuk kesini" ucap Aruna dan tatapanya mengarah padaku dan itu membuat jantungku semakin berdetak kencang

" Kirana...kamu gak berangkat nanti telat loh" ucap ibu lembut membuyarkan aku yang sedari tadi hanya terpaku seperti karung beras

"I..iiya bu ini mau berangkat" ucapku lalu segera berdiri dari duduk ku

"Kemana?" tanya Aruna yang membuatku mengernyitkan keningku

"Ke kampus.."

"Aku antar" dan Aruna langsung berdiri dan ikut pamit pada ibu untuk mengantarku dan ibu mengizinkan mungkin karena Aruna adalah adik mbak Amel istri dsri bang Guntur ,tapi aku belum mengiyakan perihal dia ingin mengantarku .

...............

Aku berjalan dibelakang Aruna masih bingung dengan kelakuannya datang sepagi ini sendiri dan sekarang dia ingin mengantarku ke kampus entah dia kesambet setan apa atau dia punya niat jahat tapi aku tidak boleh berfikir aneh-aneh karena dia adik dari mbak Amel dan mbak Amel orang yang baik lagi pula Aruna pernah mengantarku pulang kerumah dan aman-aman saja.

"Kirana...." teriak seseorang dari arah belakang aku menghentikan langkahku dan saat aku menoleh aku ternyata dokter Galih yang berjalan ke arahku tapi tunggu...fokusku mengarah ke objek lain di belakang dokter Galih nampak Dokter Shintia sedang berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada dia mengeluarkan senyum manisnya tapi bukan untuk aku terlihat jelas dari arah pandangannya aku menoleh kebelakang ternyata Aruna juga menghentikan langkahnya tunggu apakah Dokter Shintia tersenyum pada Aruna tapi kenapa dia tidak langsung menghampiri Aruna bukan kah mereka sudah cukup dekat

"Tadi aku dari ruangan Ayah kata ibu kamu udah berangkat jadi aku susul saja" ucap dokter Galih saat sudah berada didepanku

"Iya Galih dan aku mau antar dia" Ucap Aruna yang membuatku takut, takut kalau mereka berdebat lagi seperti biasa saat mereka bertemu

Dipenghujung penantiankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang