Part 19

3.8K 309 32
                                    

"Terima kasih" ,ucapku saat Aruna menghentikan mobilnya diparkiran RST aku lalu segera beranjak untuk turun dari mobil

"tunggu" ucap Aruna yang membuatku mengernyitkan kening "aku yang turun duluan,aku yang bukain pintu" ucap Aruna dan Degg....!!! Dia mulai bertingkah aneh lagi

"Turun" ucap Aruna dingin saat telah membukakan pintu mobil untuk ku, dan aku tanpa kusadari bibirku tidak mengatup aku merasa aneh dengan sikap Aruna, aku pun langsung turun dari mobil dengan kebingunganku sendiri

"Kamu jangan GR, ini hanya karena tadi aku membuatmu menunggu" ucap Aruna dengan ekspresi datar

"Iya terimakasih, aku masuk dul...." sebelum menyelesaikan kalimatku Aruna sudah berlalu naik kembali ke atas mobilnya dan pergi meninggalkam kawasan RST, entahlah seperti apa sebenarnya mahluk berjenis  Aruna itu yang pastinya aku menyimpulkan dia "ANEH".

..........
Aku melangkahkan kakiku dengan agak cepat aku sudah cukup lama meninggalkan ibu seorang diri untuk menjaga Ayah ditambah lagi aku tidak sempat mampir kerumah untuk beberes karena sudah cukup malam dan aku tidak ingin merepotkan Aruna
Bruukk!!! Aku menabrak seseorang atau seseorang menabrak ku  semua isi tas yang kugunakan berhamburan kelantai aku segera memungutnya

"Minta maaf, karena kamu salah" suara perempuan dari belakangku dan mungkin dia adalah orang yang bertabrakan denganku, aku menoleh ke sumber suara dan ternyata dia adalah dokter Shintia

"Ma..maaf Dok aku tidak sengaja" ucapku karena bagaimanapun aku lebih muda darinya dan akulah yang harus minta maaf

"Iya tapi seharusnya kamu itu bisa lihat, lihat mana yang biru dan yang mana abu-abu" ucapnya sinis disertai senyum seringainya lalu berlalu meninggalkanku yang masih memungut beberapa barangku yang jatuh.

Entahlah apa maksud dari ucapan dokter Shintia yang pastinya tiap bertemu denganku dia tidak akan pernah mau bersikap akrab denganku.

..........
"Assalamu alaikum" ucapku saat masuk ke ruang rawat Ayah dan betapa terkejutnya aku, ku dapati Ayah sedang duduk setengah baring dengan wajah yang dihiasi senyum diranjang yang selama ini dia tempati tidur dengan cukup lama, yah ayah sudah siuman ,apakah aku mimpi apakah ini hanya halusinasi  tanpa terasa bulir-bulir air mata ku berjatuhan ini bukan tangisan kesedihan ini tangisan kebahagiaan aku segera berlari menuju tempat ayah yang disana sudah ada ibu dan dokter Galih disamping ayah.

Aku memeluk ayah sambil menangis tersedu-sedu aku begitu merindukan beliau aku begitu takut kehilangan sosok ayah aku tahu ayah berjuang melawan sakitnya didalam tidurnya saat itu ,ya Tuhan terima kasih atas mukjidzat mu aku tidak tahu bagaimana kronologisnya sehingga ayah bisa siuman saat ini tapi yang pastinya aku sangat bahagia, aku terus menangis sambil memeluk ayah aku benar-benar merindukannya aku takut kehilangan ayah ,sosok pejuang yang selalu mengabaikan dirinya demi keluarganya sosok yang selalu rela tubuhnya melakukan aktifitas diatas ambang mampunya demi menghidupi keluarganya, sosok ayah yang selalu tegas dan wibawa dalam membimbing keluarganya .

Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan sosok ayah yang pastinya dia adalah sayap dari malaikatku ( sosok wanita yang mengandungku).

Kurasakan sebuah tangan membelai lembut puncak kepalaku, aku membangkitkan kepalaku kupandangi wajah ibu dengan mata yang berkaca-kaca aku berpaling memeluk ibu aku tahu ibu juga sangat bahagia karena ayah telah siuman aku berpaling dari ayah dan aku memeluk ibu.

Ibu menceritakan tentang kondisi ayah sampai siuman, semuanya terjadi begitu nyata dan kata ibu yang berperan penting dalam waktu itu adalah dokter Galih dia yang segera mengecek keadaan ayah saat ada refleks kejang pada ayah sebelum stabil seperti sekarang dan lagi-lagi aku berhutang budi pada dokter Galih .

Dipenghujung penantiankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang