Chapter 15

16.7K 1.5K 216
                                    

Sebelum baca vote, setelah baca wajib komen.

Enjoy the story 😊

Rintik-rintik hujan mulai terlihat jatuh kebumi. Seorang wanita sedang sibuk menatap ribuan rintik hujan dari balik jendela kamarnya. Wajah sendunya terpapar jelas disana. Ia terlihat ingin merasakan tetesan air itu mengenai wajahnya, tubuhnya, bahkan ia ingin sekali bermandikan air hujan. Ia menyukai dikala hujan turun. Ia menyukai hujan tapi tak menyukai hujan datang bersamaan dengan badai, atau biasa disebut hujan badai.

Tangannya terangkat untuk menyentuh jendela. Dingin. Hawa dingin langsung menjalar kearah kulit tangannya. Bahkan tetesan air hujan itu mengenai kaca jendela sehingga kaca jendela itu berembun. Wanita itu pun menuliskan sebuah kata yang terlintas dikepalanya kali ini.

AKU INGIN BEBAS.

Ya, kata-kata itu selalu lalu lalang dibenaknya. Ia sangat menginginkan kebebasan kali ini. Ia sudah muak berada dalam kurungan semacam penjara elit ini. Ia tak ingin mati dalam keadaan terkurung ditempat antah berantah. Tempat yang ia tak tau dimana.

Malam mulai terlihat karena langit mulai terlihat gelap. Wanita itu masih setia memandangi keluar sana. Ia memohon dalam hati jangan terjadi hujan badai. Ia sendirian di kamar ini. Ia ketakutan jika hujan badai terjadi. Apalagi jika ditambah dengan petir, ia bahkan tak bisa membayangkan apa yang harus dilakukannya kemudian.

Sepertinya Tuhan tak mengabulkan permohonannya. Langit semakin hitam, hujan semakin deras, angin semakin kencang, dan petir menggelegar diatas sana. Wanita itu merapatkan tubuhnya kearah kepala ranjang. Selimutnya ditarik menuju sampai kelehernya. Ia kelihatan ketakutan kali ini. Wajahnya pucat bahkan pelipisnya dipenuhi keringat.

Siapapun disana, bantu aku. Aku takut sekali!!

Wanita itu mencoba berteriak, tetapi kata-kata itu hanya terdengar dihatinya. Suaranya bahkan tak keluar. Ia tau ia tidak sendirian dirumah ini. Ia juga tau kalau ia sedang diawasi di kamera CCTV. Tapi itu semua tak ada gunanya. Siapapun disana sepertinya tak perduli padanya.

Wanita bernama Hana itu menghela napas kasar. Disaat seperti ini, biasanya ia akan melakukan kebiasaannya yaitu memeluk seseorang. Hana biasa memeluk seseorang dikala hujan badai datang. Hana biasa memeluk pria itu, Ya siapa lagi kalau bukan Baekhyun. Saat hujan badai tiba, Baekhyun pasti tau kebiasaan Hana, pria itu akan selalu berada disampingnya. Menenangkannya dari rasa ketakutannya.

Tapi saat ini sangat berbeda. Ia sendirian. Ya sendirian dikamar itu.

Hana pun merebahkan tubuhnya. Ia mencoba melawan rasa takutnya. Ia berbaring sambil menahan selimut hingga sebatas lehernya. Ia mencoba memejamkan matanya. Mencoba tidur sehingga tak lagi memikirkan hujan badai tersebut.

Hana's POV

Aku memejamkan mataku. Mencoba tak memikirkan rasa takutku. Dengan susah payah aku menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang akan terjadi. Perlahan aku pun mulai tenggelam dalam tidurku.

Beberapa menit kemudian, aku terbangun. Tapi anehnya aku terlihat berada ditempat asing. Aku berada dipinggir jalan. Aku tak tau ini dimana. Aku melihat kekiri dan kekanan menatap tempat apa ini. Aku bahkan tak bisa menebaknya dimana diriku.

Aku pun melangkah kearah kananku. Berjalan menapaki jalan tak berujung itu. Entah kenapa aku hanya melihat cahaya putih disekelilingku.

Tiba-tiba aku berhenti. Tepat disebuah rumah. Aku mengenal rumah itu. Ini rumah Baekhyun. Ya, pria yang aku sebut sebagai malaikat ku.

Aku mendekat kearah pagar mencoba membukanya. Tapi tak bisa. Pagar itu terkunci. Aku pun bersuara supaya Baekhyun mendengarkanku.

"Baek... tolong aku..."

PLAYER (SEHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang