Chapter 19

15K 1.3K 212
                                    

Sebelum baca jangan lupa votenya.
Setelah baca jangan lupa komen.

Enjoy 😊😍

Sedikit demi sedikit kelopak mata indah itu mulai terbuka. Kelopak mata itu mengerjap-ngerjap berulang kali. Dengan perlahan sang pemiliknya, Hana mulai membukanya sedikit demi sedikit. Saat membuka mata perlahan, cahaya lampu di kamar yang terang itu langsung menusuk masuk kornea matanya.

Walau ia terlihat sangat mengantuk, Hana mendorong dirinya untuk bangkit dari posisi berbaring. Ia lalu duduk bersila diatas ranjang seraya mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Berulang kali ia mengusap wajahnya untuk sekalian menyadarkan dirinya. Lalu setelah itu, tangannya merambat keatas untuk menyentuh rambutnya. Jari-jari yang lentik itu menyisir rambut panjangnya.

Badan Hana terasa lelah. Rasanya semua bagian tubuhnya mati rasa. Dari atas sampai bawah, Hana sedikit sulit untuk menggerakkan badannya. Apalagi untuk bagian area intimnya. Itu sangat sakit sekali. Rasanya seperti baru kena pukul berulang kali sehingga membuat tubuhnya remuk jika digerakkan. Entah apa yang sudah dilakukannya tadi sehingga membuat tubuhnya terasa sakit.

Deg

Sebuah kilatan cahaya menyapanya membuat jantung Hana serasa berhenti. Seperti sebuah kaset yang diputar dengan cepat ia ingat apa yang sudah terjadi berjam-jam lalu.

Itu... bu... bukan mimpi? Batinnya. Ia teringat apa yang sudah dilakukannya sebelum ia jatuh tertidur tadi. Saat ia tertidur tadi entah kenapa Hana memimpikan sesuatu yang indah. Sangat indah sehingga membuat tidur Hana menjadi nyenyak.

Jadi jika itu tidaklah sebuah mimpi lalu apa itu adalah kenyataan?

Deg

Hana menelan ludahnya seraya menoleh kesamping untuk memastikan jika ia tidak berkhayal. Tiba-tiba bola mata itu melebar, Hana sedikit terkejut kala mendapati seseorang tertidur diatas ranjang yang sama dengannya. Tubuh setengah telanjang seorang pria.

Hana memperhatikan lama bagian punggung putih yang terekspos itu. Manik mata Hana menjalar dari bahu lebar pria itu, lalu turun pada pinggang rampingnya dan ah ya dibalik selimut itu, lagi Hana hanya bisa menelan ludah bila membayangkan tubuh telanjang pria itu.

Hana menoleh pada dirinya. Ia tersadar bila Ia juga sama-sama tak berpakaian. Dengan cepat Hana menarik selimut yang tadi hanya ada diatas pahanya. Ia pun menariknya dan mendekapnya. Melindungi tubuhnya dari siapapun yang akan melihatnya. Walaupun ia tau jika disana hanya ada mereka berdua dan yang tersadar hanya dirinya sendiri. Tidak mungkin ada orang lain yang akan memperhatikannya.

Hana kembali lagi menoleh pada tubuh atletis seorang pria yang masih tertidur pulas disamping ranjang. Hana menghela napas kasar. Ia lalu menunduk, kedua tangannya mengusap rambutnya. Hana terlihat frustasi. Ia terlihat menyesali perbuatannya.

Ah apa yang sudah aku lakukan tadi? Apa aku dan dia sudah melakukannya? Ahh kau benar-benar bodoh Hana. Kenapa kau malah mau disentuh oleh pria ini. Bukankah kau tidak mau disentuh olehnya? Lalu apa yang sudah terjadi tadi? Bahkan kau sendiri yang bertingkah seperti seorang jalang, menyerahkan dirimu kepadanya? Disentuh oleh pria ini? Ya, kau memang sudah bertingkah seperti seorang jalang Hana. Aaargghhh...

Hana mengerang frustasi. Ia teringat kejadian yang sudah berlalu sebelum ia jatuh tertidur diranjang ini. Hana benar-benar tak bisa mencegah apa yang terjadi. Hal itu hanya mengalir bagaikan air.

Pria ini begitu pandai meningkatkan nafsu Hana, sehingga Hana pun terhanyut dan menyerahkan dirinya sendiri untuk disentuh oleh pria ini. Walaupun dulu Hana benar-benar tak sudi untuk disentuhnya, tetapi sekarang apa. Ia bahkan bertindak seperti jalang.

PLAYER (SEHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang