"Ve, lo kenapa?" tanya Dio yang kaget melihat Veve menangis dan tiba-tiba memeluknya.Veve tak menjawab, hanya terus menangis di pelukan Dio.
"Siapa yang udah bikin lo nangis gini, Ve? Bilang sama gue," ucap Dio.
Veve tak menjawabnya namun mengeratkan pelukannya.
Dio membalas pelukan Veve dan mengelus rambut Veve dengan lembut.
"Gue bakal beri pelajaran ke orang yang udah bikin lo nangis, Ve, Gue nggak terima kalau orang yang gue sayang nangis kayak gini," ucap Dio sambil tetap mengelus rambut Veve.
Veve membelalakkan matanya, ia sadar, melepaskan pelukannya, dan menunduk malu.
Astaga! Gue ngapain meluk-meluk Dio! Taruh mana nih muka gue.
"Kok udahan nangisnya?" tanya Dio.
"Sorry, gue nggak sengaja meluk lo, kebawa suasana, sumpah gue gak modus atau-"
"Udah, sini nangis lagi," tukas Dio sambil memeluk Veve kembali.
Veve melepas pelukan Dio dengan sedikit kesal.
"Apaan sih lo? Modus banget! Gue lagi gak mood berantem!" kesal Veve.
"Gue nggak ngajak lo berantem, gue cuman pengen peluk lo, lagian ... kenapa sih, kok nangis?"
"Gue nggak apa-apa," ucap Veve.
"Lo meluk orang sambil nangis kayak tadi lo bilang nggak apa-apa?"
"Gue cuman lagi sedih."
Dio mengalah dan mengembuskan napas kasar, sebenarnya ia sangat penasaran, namun apa daya, Veve tak mau memberitahunya. "Yuk gue anter pulang?" ajak Dio.
"Gak usah, Mama gue udah mau ke sini jemput gue."
"Mana hp lo?"
"Buat?"
"Telpon Mama lo biar nggak perlu jemput, udah siniin," ucap Dio. Veve menggeleng dan memeluk ponselnya, bertepatan dengan itu pula, ponsel Veve bergetar.
Mama is calling!
Veve hendak mengangkat panggilan itu, namun, tangan Dio merebut paksa ponsel Veve.
"Lo diem!" ancam Dio.
Veve mencebik kesal. "Gak mau! Siniin- hmmpphhhh."
Dio menutup mulut Veve dengan tangannya, ia langsung menjawab panggilan itu dan mengaktifkan loudspeaker.
"Halo, Ve? Mobil mama mogok lagi. Kamu dimana? Naik taksi aja nggak apa-apa ya?"
Dio melihat ke arah Veve dan tersenyum penuh arti. "Halo, Tante? Ini temennya Veve, nama saya Dio, biar saya aja yang nganter Veve pulang."
"Vevenya kemana? Aduh, nggak ngrepotin ini?"
"Veve lagi beli jajan, Tante. Ini hpnya dititipin ke saya. Enggak kok tante. Biar saya aja yang nganterin pulang."
"Oh, ya sudah. Makasih ya, Nak Dio."
"Sama-sama, Tante."
Sambungan telpon terputus.
"Kebetulan banget ya," ucap Dio dan melepaskan tangannya dari mulut Veve.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Prince ✓
Teen FictionMana yang akan kamu pilih? Orang yang mencintaimu atau orang yang kamu cintai? Terkadang Tuhan hanya menakdirkan untuk bertemu namun tidak untuk bersatu. Veve menyukai Rey, seorang cowok yang dingin dan cuek, namun perlakuannya manis bagaikan es kr...