Flat, itulah yang dirasakan Veve di sekolah hari ini. Setelah pagi hari ia mendapat insiden yang telah merusak bunganya dan membuat Veve harus duduk bertiga, ia juga merasa kehilangan sosok Dio yang biasanya selalu menunggu saat istirahat dan pulang sekolah.
Kini, ia sedang berada di cafe bersama Sasa, Pipin, dan Maria.
Veve sedang memutar-mutar ponselnya di atas meja sambil melamun, Sasa sedang menggosip bersama Pipin dan Maria. Sasa memang orang yang supel, lihatlah, ia sudah begitu akrab dengan Pipin dan Maria.
"Dio lagi ngapain ya?" gumam Veve sambil melamun dan tetap memutar ponselnya ke kanan dan kiri.
Maria berdehem. "Kalau kangen ya bilang aja."
Veve rupanya belum sadar dari lamunannya.
"Pstt! Sini, gue bisikin," ucap Sasa pada Pipin dan Maria.
"Gimana? Setuju?" tanya Sasa. Mereka mengangguk.
Maria mengeluarkan ponselnya dan menekan aplikasi kamera video.
"Ve, lo kangen ya sama Dio?" tanya Sasa.
"Dio lagi ngapain ya?" gumam Veve tanpa sadar.
"Lo kangen Dio?" tanyanya lagi. Veve mengangguk.
"Lo ngrasa kehilangan dia?" tanya Pipin. Veve mengangguk.
Mereka tersenyum puas.
"Ve, ada Dio!" ucap Sasa sambil mengguncangkan tubuh Veve keras.
Veve kaget dan refleks bertanya dengan heboh. "Mana? Dio mana?"
Sasa, Pipin dan Maria tertawa melihat reaksi Veve.
Veve mengernyit, "Kok ketawa?"
"Lo itu kebiasaan dari dulu, Ve kalau nglamun," ucap Sasa lalu tertawa.
"Emang kenapa?"
"Mar, lo tunjukin deh video tadi," suruh Sasa. Maria pun menunjukkan video di ponselnya ke arah Veve.
"Astaga! Hapus nggak! Gue aneh banget ya Tuhan!"
Pelayan datang membawa pesanan mereka.
Saat Veve sedang berbicara dengan pelayan itu, Sasa mengambil ponsel Veve yang tergeletak di atas meja tanpa sepengetahuannya.
Maria mengirim video itu ke ponsel Veve, lalu Sasa mengirimnya pada Dio lewat akunnya Veve, seakan-akan Veve sendiri yang mengirimkannya.
Saat Veve selesai berbicara dengan pelayan, Sasa memberi isyarat pada Pipin untuk mengalihkan perhatian Veve.
"Eh, Ve, lo liat ini deh bentar," ucap Pipin, Veve pun menoleh ke arahnya, sasa pun dengan cepat menaruh ponsel Veve kembali ke tempatnya.
Maria, Pipin, dan Sasa saling berpandangan, lalu menahan tawanya.
***
Dio yang sedang istirahat di kamarnya mendengan notifikasi dari Veve. Ia pun langsung membukanya.
Sebuah video.
"Video apaan nih? Tumben Veve ngechat gue duluan, kirim video lagi?" pikir Dio lalu menekan play video.
Senyumnya mengembang melihat video tadi. Lalu, ia mengirimkan balasan pada Veve.
***
Veve masuk ke dalam kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu.
Hari Sabtu, besok tidak akan dipakai pikir Veve.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Prince ✓
Teen FictionMana yang akan kamu pilih? Orang yang mencintaimu atau orang yang kamu cintai? Terkadang Tuhan hanya menakdirkan untuk bertemu namun tidak untuk bersatu. Veve menyukai Rey, seorang cowok yang dingin dan cuek, namun perlakuannya manis bagaikan es kr...