Senja telah datang, sinar berwarna jingga menghiasi langit.Ia baru saja pulang naik taksi.
Veve berjalan gontai menuju kamarnya, satu hal yang ia ingin lakukan, ia ingin menangis di kamar sepuasnya.
Kepalanya terasa pening, mungkin efek dari kelakuan Sherly tadi dan efek ia berpikir terlalu keras.
Baru saja ia menyentuh gagang pintu kamar, suara mamanya memanggil terdengar.
"Ve," panggil Reva, mamanya.
Veve pun menoleh.
"Kamu kenapa, Sayang?"
Ia menatap mamanya lekat lalu berhambur ke pelukannya.
"Ma..." lirih Veve.
"Veve capek, Ma, Veve capek, Veve tau kalau Veve salah, tapi Veve gak berniat nglakuin itu," lirih Veve di pelukan mamanya.
Reva yang melihat anaknya dalam kondisi seperti itu balas memeluk Veve dengan erat.
"Anak mama kok sedih gini? Ayo masuk ke kamar kamu dulu, kamu udah lama loh gak cerita ke mama."
**
"Sekarang kamu cerita, kenapa kamu sedih kayak gini?" Tanya Reva. Kini, mereka duduk di pinggiran ranjang kamar Veve.
"Ma, kalau mama harus pilih, mama milih orang yang mencintai mama atau yang mama cintai?" Ucap Veve sambil meneteskan air mata.
Reva mengusap air mata Veve.
"Oh, jadi masalah cinta?" Tanyanya.
"Masalah cinta yang membuat Veve berantem sama Sasa, Pipin dan Maria."
Reva tersenyum bijak sambil merangkul Veve.
"Mama akan memilih apa yang hati mama mau, kamu harus turutin apa kata hati kamu, Ve, kamu harus tegas juga dengan pilihan kamu, kamu harus memilih, siapa yang akan kamu pilih," ucap Reva.
"Veve marahan sama Sasa, Pipin dan Maria, soalnya udah buat cowok yang suka sama Veve sakit hati, panjang ceritanya, Ma, tapi intinya, Veve yang salah."
"Yasudah, kalau kamu udah sadar, kamu pasti tahu apa yang harus dilakuin, 'kan?"
"Minta maaf," jawab Veve.
"Tuh, anak mama pinter, udah ngerti apa yang harus dilakuin."
"Tapi Veve malu, Ma."
"Kalau kamu berani berbuat kesalahan, kamu harus berani meminta maaf."
Veve tersenyum mendengar ucapan mamanya, ia memeluk tubuh mamanya erat. Bahagia memiliki mama sepertinya.
"Do'ain semuanya kembali normal ya, Ma."
"Iya, yaudah, kamu mandi, terus makan."
"Veve, mau langsung tidur aja ya, Ma, Veve capek banget hari ini."
Seakan mengerti dengan keinginan anaknya, Reva pun berdiri dan mengacak rambut anaknya itu pelan.
"Yaudah, nice dream, Sayang," ucapnya diiringi kecupan di kening Veve.
"Nice dream too, Ma," balas Veve lalu merebahkan diri di kasurnya.
Ia pun memejamkan matanya.
**
Veve berjalan menuju kelasnya dengan tekad yang kuat untuk meminta maaf.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Dio is calling.
Veve mengernyit, untuk apa Dio menelponnya.
Saat ia akan menerima panggilan Dio, panggilan tersebut telah mati, lalu pop up pesan muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Prince ✓
Teen FictionMana yang akan kamu pilih? Orang yang mencintaimu atau orang yang kamu cintai? Terkadang Tuhan hanya menakdirkan untuk bertemu namun tidak untuk bersatu. Veve menyukai Rey, seorang cowok yang dingin dan cuek, namun perlakuannya manis bagaikan es kr...