Di ruangan bercat putih itu, Veve dan Dio saling pandang lekat satu sama lain, di ruang UKS itulah mereka akhirnya bersatu kembali sebagai sepasang kekasih.Saat tengah perpandangan, tiba-tiba Veve tertawa.
"Kok ketawa?" tanya Dio.
"Masih gak nyangka kita balikan, apalagi, kita balikannya di UKS."
"Balikan itu tidak mengenal tempat," ucap Dio membuat Veve tertawa lagi.
"Makasih udah kasih aku kesempatan kedua, padahal aku udah nyakitin kamu."
Dio menggenggam tangan Veve dan menatap lurus ke matanya. "Sejahat apapun kamu nyakitin aku, kalau hatiku sudah memilihmu, aku bisa apa? Aku gak bisa menghindar, karena cinta datang tanpa bisa diduga." Dio mendekatkan kepalanya ke telinga Veve.
"Dan aku, Geral Ferdio Alexander, mencintaimu, Veve Abigail Claretta," bisik Dio. Veve tersenyum.
Bahagia!
Satu kata yang mewakili perasaannya.
Veve merasa sangat bahagia mendapatkan lelaki seperti Dio.
"Sekarang jam berapa?" tanya Veve.
"Sekarang jam 10.45, Ve, kenapa? Laper? Habis ini istirahat kok," ucap Dio sambil mengelus rambut Veve.
"Kamu bolos dong berarti? Ciye, bolos," ucap Veve dengan nada menggoda.
"Kamu juga bolos kali, Ve," ucap Dio sambil mencubit dan menarik kedua pipi Veve.
"Ih, sakit tau!" kesal Veve sambil menjauhkan tangan Dio.
"Biarin, wleee!" Dio menjulurkan lidahnya mengejek lalu mengacak rambut Veve.
"Dio!" kesal Veve.
"Apa sih, sayangku?" tanya Dio sok polos.
"Nyebelin banget jadi orang!" Veve mencebik kesal dan memalingkan wajahnya.
"Bercanda, sayang, jangan ngambek dong, masak baru balikan udah ngambekan lagi?" rengek Dio sambil memainkan rambut Veve.
"Biarin!" ucap Veve cuek. "Jangan mainin rambut aku ih!" Veve menarik rambut dari tangan Dio.
"Lebih baik aku mainin rambut kamu daripada aku mainin hati kamu," ucap Dio sambil mencolek dagu Veve.
"Serah kamu!" ucap Veve. Tiba-tiba ia teringat satu hal.
"Ehm, tadi siapa yang bawa aku ke UKS sama ngolesin minyak kayu putih?" tanya Veve.
"Katanya ngambek, kok masih tanya?"
"GAK JADI TANYA!" ketus Veve.
Dio tertawa.
"Rey," ucap Dio.
"Apanya?"
"Katanya kamu tanya, siap yang bawa kamu ke sini sama ngolesin minyak kayu putih? Jawabannya adalah Rey, terus pas udah sampe aku usir dia dari sini."
"What? Rey yang-"
Dio menahan tawa. "Kamu percaya?"
"Iya," jawab Veve dengan tampang polos membuat Dio tertawa keras.
"Mana mungkin aku rela biarin Rey nggendong kamu? Bisa-bisa aku ajakin dia berantem lagi dan aku tambahin bonyok di mukanya," ucap Dio masih dengan tawanya.
"Oh, jadi kamu babak belur gara-gara berantem sama Rey?" selidik Veve.
"Eh?" kaget Dio. Sepertinya, ia telah keceplosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Prince ✓
Ficção AdolescenteMana yang akan kamu pilih? Orang yang mencintaimu atau orang yang kamu cintai? Terkadang Tuhan hanya menakdirkan untuk bertemu namun tidak untuk bersatu. Veve menyukai Rey, seorang cowok yang dingin dan cuek, namun perlakuannya manis bagaikan es kr...