Seorang gadis berjalan memasuki halaman sekolah dengan ponsel tergenggam di tangannya.Dia bernama Veve, Veve Abigail Claretta, berperawakan tinggi semampai bak model, kulit putih bersih dan wajah yang cantik memesona, wajahnya terlihat cerah, secerah mutiara yang berada di dasar lautan. Oke ini memang sedikit lebay.
Ia berjalan menyusuri koridor untuk menuju kelas, tak jarang ia bertegur sapa dengan teman-temannya.
Veve memang dikenal sebagai sosok yang supel dan menyenangkan.
Dukk!
Bagai langit yang cerah tiba-tiba dikalahkan oleh mendung, Veve terjatuh, wajahnya yang tadi cerah kini mendung. Abaikan perumpamaan yang aneh ini.
Ia terjegal kaki seseorang di koridor dan terjatuh dengan posisi wajah mencium lantai, itu sukses membuat murid-murid lain yang melihatnya tertawa. Menyebalkan, bukan?
"Enak banget lantainya dicium Veve, gue juga mau," sahut lelaki yang berada beberapa meter di depan posisi ia jatuh lalu tertawa bersama kedua temannya.
Dengan perasaan kesal bercampur malu, ia menoleh, melihat siapa pelaku yang menjegal dan membuat moodnya pagi ini menghilang.
Yang menjegalnya adalah seorang lelaki yang tak ia kenal, lelaki dengan wajah tampan yang memesona kaum hawa, namun Veve kali ini tak akan terpesona karena rasa kesalnya yang mengalahkan pesona sang lelaki.
"Gara-gara lo tau gak!" bentak Veve.
Lelaki itu hanya memandangnya dengan wajah tanpa ekspresi dan berkata dengan santainya.
"Oh, lo jatuh?" tanya lelaki itu cuek.
"Mata lo gak berfungsi ya? Lo gak lihat gue jatuh?"
"Lo beneran jatuh?" tanyanya sekali lagi dengan menatap mata Veve.
"Gak! Gue terbang! Nih gue terbang," ucap Veve sambil mempraktikkan gerakan terbang.
"Otak lo gak berfungsi ya?" tanya lelaki tadi, menirukan pertanyaan Veve tadi membuat Veve bingung.
Melihat ekspresi Veve yang bingung, lelaki tadi melanjutkan kalimatnya dengan tangan menunjuk muka Veve. "Lo itu jatuh, bukan terbang."
Lah, kok nyebelin sih? Batin Veve heran.
Veve berdiri dengan susah payah dan mendengus kesal pada lelaki yang menjegalnya. "Kampret lo!" ucapnya lalu berlalu menuju kelas dengan kaki tertatih dan menunduk malu.
Sialan tuh cowok! Ini nih, resiko jatuh di depan umum, sakitnya gak seberapa, tapi malunya itu loh gak nguatin!
🍦🍦🍦
Veve sampai di kelasnya, ia memasuki ruang kelas dengan kaki tertatih, rasanya tak sakit, hanya sedikit nyeri.
"Selamat pagi, Ve," sapa seseorang dari belakang, Veve pun menoleh dan melihat sahabat seperjuangannya, dia bernama Sasa Agatha.
"Pagi juga, Sa," balas Veve tak bersemangat lalu berjalan kembali ke bangkunya.
"Kaki lo kenapa, Ve?" tanya Sasa melihat sahabatnya itu berjalan dengan kaki tertatih.
"Habis jatoh di koridor dia," sahut Clarissa, teman sekelas mereka yang biasa di panggil Cacing karena badannya yang terlalu langsing, seperti anak cacingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Prince ✓
Novela JuvenilMana yang akan kamu pilih? Orang yang mencintaimu atau orang yang kamu cintai? Terkadang Tuhan hanya menakdirkan untuk bertemu namun tidak untuk bersatu. Veve menyukai Rey, seorang cowok yang dingin dan cuek, namun perlakuannya manis bagaikan es kr...