CHAPTER 31 : MENJAUH

2.1K 192 53
                                    

Part belum direvisi

---

Veve duduk di kamarnya bersama Sasa, Pipin dan Maria. Veve menyuruh mereka datang, ia mengatakan ingin membicarakan hal penting.

Namun nyatanya, Veve hanya diam dan memeluk boneka pemberian Dio yang diberi nama Do'i.

Sasa, Pipin dan Maria saling berpandangan karena Veve hanya diam.

"Lo mau ngomong apaan sih, Ve?" Tanya Maria tak sabar.

"Gue," Veve menggantung kalimatnya, "Gue putus sama Dio," lanjutnya.

"WHAT?" Pekik Mereka bersamaan.

"Lo putus? Kenapa?" Tanya Pipin.

"Tapi lo bilang hari ini tanggal jadian lo? Kok putus? Nyesek banget pas tanggal jadian putus!" Sahut Pipin.

"Pasti gara-gara Rey," tebak Sasa membuat mereka semua diam, dan memandang ke arah Sasa. "Jujur! Cerita sama kita, gimana kejadiannya."

Veve mengembuskan napas. "Hari ini, hari jadi gue sama Dio, 1 bulan, terus, gue lupa mau kirimin dia pesan selamat hari jadi atau yang semacamnya, dan tadi pas pulang sekolah, gue ke taman belakang sekolah, Dio yang nyuruh gue, pas gue lihat ada yang duduk di bangku taman, gue kira Dio, tapi ternyata itu bukan Dio,"

"Rey?" Tebak Sasa.

"Iya, dia Rey, dia manggil gue, gue cuman senyum kecil terus mau pergi, gue ogah liat mukanya lama-lama, eh dianya malah narik tangan gue dan meluk gue, gue berontak tapi gak bisa."

"Yakin ogah liat mukanya Rey?" Selidik Sasa. Veve mengangguk.

"Iya! Terus, Dio tiba-tiba datang dan mukul Rey, terus gue ditarik ke depan UKS, waktu itu gue takut banget, soalnya, gue gak pernah lihat dia semarah itu, dia juga gak pernah sekasar itu ke gue."

"Ya wajar lah! Lo-" Komentar Sasa yang langsung dibekap mulutnya oleh Pipin.

"Lanjut." Suruh Pipin setelah Sasa diam.

"Terus dia bilang gini," Veve berdehem sebelum menirukan ucapan Dio tadi. "Lo semua jangan ada yang potong omongan gue sampe gue selesai cerita," Ucap Veve mengingatkan. Mereka mengangguk.

"Selamat hari jadi, Ve. Happy mensiversary, entah lo ingat atau nggak. Dia ngomong gitu sambil ngasih gue kado, gue terima, tapi gue cuman bisa diam, gue juga gak tau kenapa, terus dia bilang, dia tau, gue masih ada perasaan sama Rey."

"Seharusnya, lo dulu nggak usah sok-sokan terima gue, biarkan gue tanpa adanya kepastian, daripada ada kepastian, namun akhirnya seperti ini, lebih menyakitkan."

"Kalau emang nggak sayang, jangan pura-pura sayang, itu sakit. Lo kejam karena membiarkan gue jatuh cinta, sedangkan lo nggak."

"Terus, Dio tersenyum miris sambil ngomong gini. Maaf, karena gue telah lancang mencintai lo. Gue sadar, Ve, ada beberapa hal di dunia ini yang nggak bisa dipaksakan, salah satunya, perasaan lo ke gue."

"Lebih baik kita udahan, maaf gue gak bisa lanjutin hubungan ini. Bukannya gue capek, tapi gue mulai berpikir, bahwa apa yang gue lakukan selama ini sia-sia. Dan detik itu juga, gue nangis. Dio menyeka air mata gue, narik gue mendekat dan mengecup dahi gue lama."

"Dan yang terakhir, dia bilang, dia keluar dari hidup gue, gue disuruh jalani hidup seperti tidak pernah mengenal Dio sebelumnya."

"Udah, jadi gitu ceritanya, itu apa yang gue omongin sama dengan yang diomongin Dio."

"Lo goblok, Ve!" Ucap Maria.

"Gue pengen nabok lo masa!" Sahut Pipin.

"Iya! Lo itu bego banget, Ve, udah ada Dio yang jelas-jelas sayang sama lo, tapi kenapa lo sia-siain? Lo itu pernah mikir gak sih perasaan Dio? Lo itu plin-plan banget, seharusnya kalau lo masih suka sama Rey ya jangan terima Dio!" Sahut Sasa.

Ice Cream Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang