Dengan rasa kesal karena Rey tadi, Veve melangkahkan kaki ke kelasnya. Mata pelajaran terakhir pasti sedang berlangsung sekarang, mata pelajaran matematika dengan guru yang teramat membosankan, membosankan karena beliau lebih sering bercerita tentang perjalanan hidupnya daripada pelajaran.
Ia menghela napas lalu mengetuk pintu kelas.
"Masuk!"
"Permisi, Bu, saya dari UKS."
"Iya, silahkan masuk."
Veve mengangguk sopan dan berjalan menuju bangkunya.
Tepat setelah ia duduk, Sasa langsung merapat pada Veve, penasaran dengan keadaannya.
"Lo udah sehat?" tanya Sasa
"Belum."
"Terus kenapa lo ke kelas?"
"Ada setan ngganggu," jawab Veve asal lalu meletakkan buku di atas mejanya.
Sasa yang mendengar jawaban Veve membelalakkan mata. "Masak? Beneran lo?!"
"Iya, setannya si Rey." Veve sambil memutar bola mata malas saat mengingat bagaimana menyebalkannya Rey.
"Ah elah, itu mah cogan."
"Iya sih cogan, tapi-"
"Ciye, ngaku kalau Rey cogan!"
"VEVE DAN SASA, KALIAN BISA DIAM ATAU TIDAK? SAYA MAU MEMULAI PELAJARAN," bentak guru yang sedang mengajar.
"Maaf, Bu," ucap mereka berdua lalu menunduk.
"Lo sih!" bisik Veve pada Sasa.
"Ya sorry, Ve."
"Kalian tahu Pak Agus? Dia mantan saya dulu, jadi dulu itu, saya bertemu dengan Pak Agus di taman." Guru itu mulai bercerita.
"Katanya mau mulai pelajaran? Eh malah bahas mantan," cibir Veve kesal, ah, gurunya itu emang menyebalkan.
🍦🍦🍦
Bel pulang berbunyi membuat Veve mendesah lega.
Akhirnya, ia bisa pulang ke rumah dan terbebas dari cerita guru yang menyebalkan itu.
Selalu saja bercerita tentang kehidupannya dan parahnya, hari ini ia bercerita tentang mantan! Mantan cuy, mantan, sekali lagi, mantan!
Gila, mengapa harus mantan? Mengapa tidak bercerita tentang pacarnya?
Cerita dari guru tadi membuat Veve memikirkan hal yang tidak-tidak, seperti guru itu gagal move on atau kemungkinan terburuknya adalah ingin mengajak balikan.
"Ve, lo udah dijemput?" tanya Sasa, mereka sedang berjalan menuju gerbang sekolah.
"Gue gak dijemput."
"Loh? Terus lo pulangnya gimana?"
"Naik ojek online mungkin?"
"Mau bareng gue aja?"
"Nggak ah, rumah lo kan beda arah."
Sasa merangkul pundak sahabatnya "Ah elah, santai aja kali, bareng gue aja ya?"
"Nggak mau, tuh orangtua lo udah jemput."
Veve salim kepada Ibu Renita, ibunya Sasa.
"Lo yakin gak mau bareng gue?"
"Enggak, Sayang."
"Loh, kamu belum dijemput? Bareng tante aja Ve," ajak Ibu Renita.
"Nggak usah, Tante, habis ini dijemput temen kok," ucap Veve berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Prince ✓
Ficção AdolescenteMana yang akan kamu pilih? Orang yang mencintaimu atau orang yang kamu cintai? Terkadang Tuhan hanya menakdirkan untuk bertemu namun tidak untuk bersatu. Veve menyukai Rey, seorang cowok yang dingin dan cuek, namun perlakuannya manis bagaikan es kr...