Veve kini berada di dalam kamarnya, merebahkan diri setelah melakukan aktifitas mandi sorenya. Sambil memandang langit-langit kamar, ia berpikir tentang keadaan Dio, jujur, ia mengkhawatirnya, mengingat ia tadi basah kuyup karena hujan."Dio gimana ya keadaannya?" Gumamnya lalu mengambil ponselnya.
"Tanya nggak ya? Tapi masak gue harus tanya duluan?" Ia meletakkan kembali ponselnya.
"Tapi, gimana kalau dia nggak ada kabar?" Ia kembali menggenggam ponselnya.
"Gengsi ah, mau tanya duluan!" Ucap Veve lali meletakkan kembali ponselnya.
"Dio, kabarin gue duluan......" Harap Veve sambil memandang ponselnya, seakan sedang menghipnotisnya.
Ponselnya menyala dan bergetar.
Tanpa melihat siapa penelponnya ia langsung mengangkatnya.
"Halo, Dio." Ucap Veve sangat yakin bahwa penelpon itu adalah Dio.
"Dio pala lu peyang?" Suara dari penelpon menyadarkan Veve, kalau ternyata yang menelponnya bukan Dio, tapi Sasa, sahabatnya.
"Paan sih lo telpon gue segala!" Ucap Veve sebal.
"Loh, kok lo marah sih?"
"Gue lagi nunggu kabar, eh malah lo telpon."
"Nunggu kabar dari Dio?"
Veve kaget karena tebakan Sasa benar. "Enggak!"
"Enggak bohong, 'kan? Veve, lo nggak usah bohong kali, gue tau."
"Hhh. Gue emang salah kayaknya bohong ke lo. Kan lo berbakat jadi cenayang." Ucap Veve lalu tertawa.
Veve baru ingat, sudah beberapa hari Veve tidak curhat pada Sasa.
"Sialan lo. Gue mau tanya tadi, tapi lupa mau tanya apaan."
"Dasar pelupa! Yaudah, Sa. Gue mau curhat." Ucap Veve.
"Oh. Silahkan."
"Sa, gue berantem sama Rey."
"Hah? Kok bisa? Kenapa? Gara-gara yang lo ditonjok Rey? Lo belum cerita sama gue tentang kejadian itu. Eh iya, gue inget mau tanya apa, lo bener jadian sama Dio?"
"Jangan dipotong dulu ih!, gue mau cerita dulu, lo jangan potong, jangan tanya! Cukup dengerin!"
"Iya-iya!"
Veve pun menceritakan tentang kejadian ia mengetahui kebenaran dari perasaan Rey, saat ia tidak sengaja dipukul Rey, dan kedekatannya dengan Dio.
"Oh, jadi gitu, Ve. Terus, yang lo tadi pagi tembak Dio itu?"
"Gue nolak dia."
"Lah, tapi dia tadi kok meluk lo?"
"Dia itu emang rada gesrek otaknya. Gue nolak dia, tapi dia nggak terima penolakan. Udah gitu gue dikasih bunga lengkap sama potnya."
"Jadi, lo itu sebenernya jadian apa nggak sama Dio?"
"Nggak tau, Sa. Ini namanya hubungan apa."
"Terus lo tadi pulangnya gimana? Kan lo bawa bunga dari Dio?"
"Astaga! Gue baru inget, bunganya ketinggalan di kelas!" Heboh Veve.
"Nahloh, gimana dong?"
"Gak tau, udah ah, Sa. Pusing pala gua." Ucap Veve lalu mematikan sambungan telponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Prince ✓
Подростковая литератураMana yang akan kamu pilih? Orang yang mencintaimu atau orang yang kamu cintai? Terkadang Tuhan hanya menakdirkan untuk bertemu namun tidak untuk bersatu. Veve menyukai Rey, seorang cowok yang dingin dan cuek, namun perlakuannya manis bagaikan es kr...