Tale Nine
"Terkadang kesalah pahaman jauh lebih baik tidak dijelaskan agar tidak melukai orang yang salah paham pada kita."
–49 Days–
Untuk kesekian kalinya Samudera menghela napas panjang, dia sudah berdiri di sini hampir setengah jam lamanya. Bukan lama waktunya menunggu yang Samudera kesali tapi lihatlah ke sampingnya, hampir semua orang melihat ke arahnya membuatnya jengah saja. Mereka melihatnya seolah-olah dirinya berasal dari planet lain. Memangnya dirinya ini alien apa?
Samudera memutar bola matanya, bahkan dia sudah bosan menjawab pertanyaan dari orang tua serta para murid Harapanku Elementary School yang membuat kepalanya pusing setengah mati.
"Kamu menjemput siapa?"
"Adiknya di kelas mana?"
"Siapa orang tuamu?"
"Kakak, kakak ganteng banget boleh minta nomor hape kakak?"
Dasar bocah kecil, masih kecil sudah pegang ponsel. Dirinya saja waktu umur 8 tahun belum pernah sekali pun memegang ponsel seperti anak kecil zaman sekarang. Dan lagi kenapa Galih belum ke luar juga? Apa dia datang terlalu awal ke sininya.
"Ka Sam!!" teriak seseorang berhasil menarik perhatian Samudera.
Cowok itu tersenyum miring ketika Galih berlari menghampirinya. Sedikit terkejut ketika Galih memeluknya dengan tiba-tiba. "Heii, jangan seperti ini. Malu diliat orang," katanya kesal meski begitu dia tetap balas memeluk Galih sambil tersenyum.
Galih menatap kakaknya dengan binar khas anak kecil. "Ka Sam sedang apa di sini? Mama mana?"
"Mama lagi di Bogor, makanya kak Sam yang jemput, Galih. Ayo pulang!" ajaknya mengulurkan tangannya. "Tapi ..." Samudera menghentikan langkahnya. "Ka Sam nggak bawa mobil ke sininya, kita naik bus aja ya?" ajaknya sedikit ragu kalau Galih tidak mau naik bus.
Namun di luar dugaan, Galih begitu senang dengan tawaran Samudera untuk naik kendaraan umum. Mereka bersama-sama naik bus trans, bahkan selama di perjalanan Galih tak henti-hentinya bertanya ini itu dan dengan sabarnya Samudera menjawab semua pertanyaan Galih dengan sama antusianya.
"Apa ka Sam juga sering naik bus?" tanya Galih mengadah karena Samudera berdiri di hadapannya—tidak kebagian tempat duduk.
"Sangat sering. Ka Sam suka lupa bawa mobil, ingat-ingat waktu ka Sam udah sampai di sekolah."
Galih tertawa mendengarnya. Samudera menatap Galih dan berpikir sesaat. "Udah makan siang? Mau ikut kakak nggak?" tanya Samudera tiba-tiba.
"Ikut ke mana?"
Samudera menyeringai. "Kamu liat aja nanti, pasti seru. Kita turun di depan ya, siap-siap."
Galih menganggukan kepalanya, tak lama kemudian mereka turun dari dalam bus dilanjut dengan berjalan kaki sampai beberapa meter.
Ternyata Samudera mengajak Galih ke Someday Cafe, dia beralasan kalau hari ini dia belum makan siang sama sekali, padahal sebelum pulang tadi dia sudah menyantap semangkuk lontong. Namun Galih yang polos hanya ikut-ikutan saja, dia terkagum-kagum melihat interior kafe yang sedang dikunjunginya saat ini.
"Waaa, bagus banget. Kita duduk di sana kak, ayo!" tuntut Galih menarik tangan Samudera untuk duduk di tempat yang menurutnya bagus.
"Nanti dulu, kita pesan dulu ayo!"Dengan terpaksa Galih ikut Samudera ke counter sambil terus menatap tempat yang menjadi incarannya. Di depan counter dua orang cewek menyambut Samudera dengan ramah, mereka menyebut Samudera sebagai Busam, singkatan dari bubur Sam karena setiap kali datang ke kafe pasti yang pertama dipesannya adalah bubur ayam. Namun mereka tidak pernah memberikannya karena di sini tidak ada menu bubur ayam, dan setahu mereka pemilik kafe juga melarang siapapun untuk membuatkan bubur, entah karena alasan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could
Teen FictionAyya adalah siswa baru di SMA Century, sekolah yang paling dibenci oleh Ayya karena di sana dia selalu dibully oleh semua orang. Dan yang lebih parah lagi adalah Samudera, cowok aneh yang selalu mengikuti Ayya membuat cewek itu kesal setengah mati...