Tale Sixteen

3.1K 267 14
                                    

Tale Sixteen

"Ketika kebahagiaan terjadi dengan mudah, kadang terasa aneh. Tapi perasaan aneh itu biasanya selalu benar."

Birth of Beauty–

Samudera benar-benar menepati janjinya untuk membantu Ayya belajar agar bisa lulus dengan nilai terbaik dan masuk ke universitas beserta beasiswanya. Setiap hari cowok itu selalu datang ke rumahnya atau sekalian mampir ke kafe untuk mengisi perutnya.

Ayya baru tahu kalau Rena adalah Mama kandungnya Samudera, tapi yang diherankannya adalah kenapa Rena tidak mengenali Samudera dulu. Setahunya Ayya sering melihat mereka berpapasan atau bertemu pandang, tapi anehnya mereka malah bersikap seperti orang asing.

Pernah suatu hari Ayya bertanya perihal tersebut pada Samudera, cowok itu hanya menjawab; mungkin Mamanya udah lupa sama rupa wajahnya. Lagi pula saat Rena pergi dirinya masih sangat kecil, jadi wajar jika Rena tidak mengenalinya.

"Meskipun seharusnya dia tau kalau itu aku," desah Samudera sambil tersenyum sangat lebar. Padahal Ayya tahu, di balik senyuman itu Samudera menyimpan banyak kesedihan.

Untuk kesekian kalinya Samudera tidak datang ke sekolah dengan alasan izin. Entahlah, akhir-akhir ini Samudera lebih sering tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan. Bu Fatma yang biasanya selalu mengomel kini malah tampak tidak memedulikan ketidak hadiran Samudera di sekolah padahal ujian nasional tinggal beberapa hari lagi.

"Hayoo kenapa ngelamun?" tanya Damar tiba-tiba, duduk di samping Ayya sambil meminum air mineralnya.

Ayya hanya menatapnya sekilas sebelum kembali memerhatikan ponselnya yang tak kunjung mendapat balasan setelah mengirim chat pada Samudera. Boro-boro dibales dibaca aja nggak. Ada apa sih sebenarnya dengan Samudera? Sering banget nggak bisa dihubunginya. Dua sahabatnya juga. Saat Ayya bertanya pada mereka, mereka hanya mengangkat bahunya tidak tahu.

"Ada yang lagi marah nih, kenapa sih?" Damar menjulurkan kepalanya, ikut memandang ponsel Ayya. "Ahh itu rupanya," desahnya tersenyum.

Tiba-tiba saja Ayya mengomeli sikap cowok yang suka seenak mereka saja. Saat ini dia sedang ketakutan jika Samudera pergi meninggalkannya lagi dan menganggap kalau semua hal yang dilaluinya bersama Samudera adalah mimpi. Bahkan hape Samudera saja jarang aktif, jangan-jangan cowok itu sudah punya cewek yang disukainya sehingga Ayya diabaikan.

Damar tertawa mendengarnya. "Aku ragu kalau dia punya pacar. Secara 'kan dari dulu dia—" Dia mengerjapkan matanya bingung ketika merasa akan mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan.

"Apa?"

Cowok itu menggelengkan kepalanya, berusaha untuk bersikap seperti biasa meskipun gagal.

"Kalau Sam nggak punya pacar terus ke mana dong dia? Tiba-tiba ngilang gitu aja. Ditelepon juga nggak diangkat-angkat."

"Kamu udah cari ke rumahnya? Siapa tau dia lagi urusan keluarga mungkin."

Ayya tertawa. "Kamu bercanda. Sam itu sama sekali nggak akur sama Papanya. Kalau pun ada acara kayak gituan pasti Sam ngasih tau aku. Bikin bingung aja."

Damar menatap Ayya lama, tatapannya terlihat sangat ragu ketika ingin mengatakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan olehnya.

"Kamu tau di mana Sam sekarang? Reno sama Dion sih nggak tau."

If I Could Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang