Tale Thirteen
"Nggak peduli kamu pergi 10 tahun, 50 tahun bahkan 100 tahun pun aku bakalan tetep nungguin kamu. Meski kamu bakal lupain aku nanti, aku bakal tetep nungguin kamu sampai kamu ingat kalau aku Samnya kamu."
–Samudera–
Ayya benar-benar menepati janjinya pada Damar untuk berkencan kalau Damar menang bola. Setelah maghrib Damar datang ke rumah, ayah dan ibunya mengizinkan dia pergi namun dengan raut wajah ragu. Mereka langsung pergi ke bioskop, Damar memaksanya untuk ke sana. Katanya ada film yang sedang ingin ditontonnya.
Namun entah mengapa sepanjang perjalanan Ayya tidak pernah fokus. Selalu saja teringat pada Samudera, pada masa lalu yang dilupakannya karena kecelakaan.
"Kamu kenapa? Dari tadi diam aja." Damar bertanya.
Ayya gelagapan, dilihatnya ke sekitar. Sejak kapan mereka tiba di bioskop, ahh saking sibuknya memikirkan Samudera dia sampai tidak sadar kalau mereka sudah sampai di tempat tujuan.
"Nggak, aku hanya lagi mikir film yang bagus."
Damar tersenyum misterius. Sambil berdehem dia bilang ingin nonton film Batman lawas yang masih diputar di sini. Ayya hanya mengannggukan kepalanya saja.
"Ya udah, kamu tunggu di sini. Aku mau ke loket tiket dulu."
Lagi-lagi Ayya hanya menganggukan kepalanya. Dia duduk di bangku dengan kepala ling-lung, namun saat Ayya menatap ke sekitar dia melihat cewek dan cowok sedang duduk berdekatakan; mereka berdua sedang mengobrol asik namun yang menjadi perhatian Ayya adalah kalung yang cowok itu kenakan ke leher cewek itu.
"Saaaammm, liaat aku luluus dengan nilaii terbaiik!!"
Hari itu Ayya berteriak kencang sambil mengangkat kertas tanda dia lulus dengan nilai yang memuaskan.
Di depannya Sam tersenyum sangat lebar, tanpa menunggu aba-aba lagi Ayya langsung menerjang Sam membuat cowok itu terkejut namun pada akhirnya kembali tersenyum.
"Aku percaya kalau kamu bakal dapet nilai bagus. Terbaik lagi."
Ayya menganggukan kepalanya. "Ahh, karena aku dapat nilai bagus kamu nggak niat kasih aku hadiah?"
Sam menaikan sebelah alisnya. "Hadiah? Kenapa aku harus ngasih kamu hadiah?"
Mendadak senyum di wajah Ayya menghilang, dengan kesal dia mencubit pinggang Sam bertubi-tubi. Sontak saja cowok itu berjingkat kaget dan berusaha menghindari cubitan mautnya Ayya.
"Dasar cowok nyebeliiin. Aku, kan, dapat nilai bagus harusnya kamu kasih aku hadiah. Apa aja deh boleh."
Sam berpikir sejenak. "Apa aja boleh, ya," gumamnya berpikir. Kemudian dia menghilang sebentar, Ayya tak sabar menantikannya namun saat Sam kembali dan memberikan segenggam kerikil senyum Ayya langsung hilang berganti dengan memukul kepala cowok itu.
"Ihhh, Saam, nyebelin."
Sam nyengir lebar. "Lahh, bukannya tadi kamu bilang boleh apa aja. Ya udah itu aja."
"Iya tapi nggak kerikil juga kali, Sam," rengeknya.
Sam tersenyum, dia mengusap rambut sebahu Ayya; menenangkan cewek itu agar tidak menangis. Tiba-tiba saja Sam mengayunkan kalung dengan liontin bulan sabit, Ayya langsung terpana melihatnya. Kagum. Ketika matanya melihat Sam, cowok itu juga sedang tersenyum lebar.
"Itu ..."
"Ini hadiah kamu," katanya.
"Tapi itu—"

KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could
Teen FictionAyya adalah siswa baru di SMA Century, sekolah yang paling dibenci oleh Ayya karena di sana dia selalu dibully oleh semua orang. Dan yang lebih parah lagi adalah Samudera, cowok aneh yang selalu mengikuti Ayya membuat cewek itu kesal setengah mati...