Tale Twenty One

2.6K 253 39
                                    

Tale Twenty One

"Aku tidak berusaha berjalan  kepadanya. Hanya hatiku yang berjalan sendiri ke hatinya.

–I'm Flower Too–

Untuk pertama kalinya setelah ke luar dari rumah sakit Samudera pulang ke rumah Papanya. Dia tidak menemukan siapapun di dalam, wajar saja karena ini sudah pukul 11 malam, meski malam Jakarta tetap macet apalagi tadi dia mengantar Ayya pulang dulu ke rumahnya.

Keadaan rumah sangat sepi, wajar bila hal tersebut terjadi. Bi Erna juga pasti sudah tidur, Samudera berniat untuk pergi ke kamarnya yang terletak di atas namun niatannya harus terhenti ketika melihat Hania tengah berjalan ke arahnya dengan kening berkerut.

"Mama kira kamu nginep lagi di rumah ka Fatma," ujarnya begitu sampai di hadapan Samudera.

Cowok itu nyengir seraya menggaruk kepalanya yang mendadak gatal. "Maaf, Sam tadi habis nganterin Ayya pulang tapi jalannya macet banget. Niatnya mau nginep di rumah tante tapi nggak jadi. Kangen Mama soalnya," cengirnya.

"Kamu ini." Hania tidak tahu harus berkomentar apa, anaknya yang satu ini memang suka membuat siapapun bertingkah tidak jelas.

"Kenapa? Mama nggak kangen ya sama Sam."

Hania berjalan maju dan memeluk Samudera. "Mama selalu kangen kok sama kamu. Kenapa kamu jarang pulang ke rumah? Mama kira kamu nggak suka sama Mama dan Galih."

Samudera menghela napas, meski Hania ini bukan ibu kandungnya tapi Samudera sayang sama Hania seperti Samudera sayang tante Rena. Bagaimana pun juga dia tidak berhak membenci Hania, wanita itulah yang berhasil menyembuhkan luka Papanya dan membuatnya tersenyum setiap harinya.

"Ihh, Mama mah suka gitu. Mikirnya negatif mulu. Siapa yang benci coba, Sam 'kan sayang Mama."

Hania memicingkan matanya kemudian terkekeh, dia bertanya apa Samudera sudah makan yang disahuti dengan anggukan kepala oleh Samudera. Cowok itu benar-benar kenyang setelah menyantap bubur ayam buatan tante Rena.

"Mau minum jus, ada jus jambu lho."

Kali ini giliran Samudera yang memicingkan matanya. "Ahh apa jangan-jangan Mama ngidam, ya. Yee, Sam punya adik lagi!" seru Samudera asal.

"Kamu ini suka banget bercanda. Dari mana coba Mama ngidam? Ayo, mumpung jusnya lagi banyak."

Dengan pasrah Samudera ikut Hania ke dapur dan duduk di meja makan menunggu Hania untuk menuangkan jus ke dalam gelasnya.

"Besok Mama ada waktu nggak?" tanya Samudera sesaat setelah menghabiskan jusnya.

"Memangnya kenapa?"

"Sebenarnya ..."

Keesokan harinya keadaan berjalan seperti biasa, Henry sedikit terkejut saat melihat Samudera sudah duduk manis di meja makan seraya bercanda dengan Galih. Cowok itu melihat ke arah Henry sambil tersenyum kecil, Henry sedikit terkejut karenanya. Kenapa tiba-tiba anaknya yang cuek ini jadi ramah begini?

"Kapan pulang?" tanyanya dengan nada dingin.

Samudera berpikir sesaat. "Jam sebelas, tanya aja Mama kalau nggak percaya."

Mendadak pandangan Henry menajam. "Semalam itu, apa saja yang kamu lakukan sampai pulang semalam itu. Kalau kamu masuk rumah sakit lagi gimana? Siapa juga yang repot."

If I Could Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang