Tale Twenty Four

2.9K 259 95
                                    

Tale Twenty Four

"Kebahagiaan dapat ditemukan, bahkan di saat-saat paling kelam sekali pun, asalkan seseorang ingat untuk menghidupkan sisi terangnya."

-Dumbledore (Harry Potter)-


Mata Ayya terbelalak ketika melihat wajah lembut Samudera di hadapannya. Butuh waktu cukup banyak agar dia bisa mengalihkan perhatiannya dari mata Samudera yang tiba-tiba saja terlihat indah dan bercahaya. Tunggu! Kenapa bisa dia tidur di bed? Bukannya tadi dia duduk di kursi, ini juga bagaimana bisa dirinya tidur satu ranjang dengan Samudera.

Aishh, malunya.

Setelah cukup sadar Ayya langsung bangun namun ditahan oleh Samudera dengan memeluk pinggang cewek itu. Sontak saja Ayya semakin salah tingkah, meski dulu dia pernah tidur satu ranjang dengan Samudera. Tapi itu dulu saat mereka masih kecil. Lahh sekarang, mereka udah sama-sama besar.

"Diem!" kata Samudera dengan suara pelan namun lembut sampai-sampai Ayya terhipnotis karenanya.

Saat melihat Ayya tidak lagi memberontak senyum di wajah Samudera terbit. "Nahh, gitu dong. Jangan banyak gerak mulu, aku lagi mandangi wajah kamu yang cantik."

Wajah Ayya kembali memerah, dia berusaha untuk menormalkan detak jantungnya. "Apaan sih? Lepas? Aku mau turun. Ka Dino bilang kalau kamu sadar aku disuruh buat ngasih tau dia."

Dengan seenaknya Samudera mengeratkan pelukannya dan menggeleng tanda tidak setuju. "Aku nggak butuh dokter atau siapapun. Aku hanya mau kamu, di sini. Bersamaku."

Nggak sakit, nggak sembuh tetep aja Samudera suka menggombal, pikir Ayya kesal. Samudera tidak tahu saja kalau kinerja jantungnya susah berdetak gila-gilaan. "Jangan gombal deh. Lepasin, aku juga mesti ngasih tau Om Henry kalau-"

Cup

Mata Ayya semakin terbelalak ketika tiba-tiba saja Samudera mencium pipinya. Apa-apaan? Kenapa tingkah Samudera jadi aneh kayak gini? Apa cowok itu kerasukan sesuatu. "Kamu kenapa sih? Main cium aja," kesalnya. Bagaimana kalau ada yang melihatnya. Beruntung Om Henry sedang pergi ke kantin bersama Dino, kalau nggak. Bisa kacau.

"Jadi pacar aku ya untuk malam ini," katanya.

Ayya semakin terkejut, Samudera benar-benar udah nggak waras. "Sam, kamu baik-baik aja, kan? Dari tadi terus saja ngelantur.

"Aku serius, jadi pacar aku ya buat malam ini."

Dan kini Ayya tertegun, dia melihat binar keseriusan di mata Samudera. Cowok itu tidak sedang bercanda rupanya. "Nggak! Siapa juga yang mau pacaran sama cowok kayak kamu."

Samudera tersenyum. "Beneran nggak mau? Tapi aku maksa, lho. Malam ini kita resmi berpacaran sampai pagi nanti."

Kenapa harus sampai pagi? Kenapa nggak selamanya aja, pikir Ayya asal. Dengan wajah ketusnya dia menolak keinginan Samudera, bukannya tidak mau. Tentu saja dia sangat mau, Samudera itu cowok yang sangat dia sayang juga cinta. Hanya saja dia merasa tidak pantas untuk menjadi pacar Samudera. Walau hanya semalam.

"Ya udah kalau gitu, kita nikah aja. Saya terima nikahnya Alayya Deana-"

"Oke, oke. Diem ah!!" potong Ayya, lagi-lagi dengan wajah cemberut. Dia harus segera menyadarkan cowok itu agar kembali seperti sedia kala.

Samudera tersenyum penuh kemenangan, tangannya merapikan anak rambut yang menutupi wajah Ayya dan memerhatikan wajahnya dengan pandangan yang Ayya sama sekali tidak diketahui artinya apa. "Udah aku bilang kamu cantik kalau lagi marah, tapi kamu lebih cantik lagi kalau tersenyum. Senyum dong, aku mau liat senyum kamu."

If I Could Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang