Tale Fifteen
"Dibandingkan kebaikan palsu, kebencian palsu lebih berbahaya."
–The Moon That Embrace The Sun–
"Masuk sana!" ujar Samudera ketika mereka sampai di depan kafe tempat Ayya bekerja paruh waktu.
Walaupun sedikit enggan Ayya berjalan masuk juga, namun ketika dia berada di ambang pintu kepalanya menoleh lagi ke Samudera. "Kamu nggak ikut masuk ke dalam?"
Samudera menggelengkan kepalanya. "Nggak, aku ada urusan sebentar. Aku tunggu di seberang toko, oke. Kerja yang bener."
Ayya cemberut namun tersenyum juga. "Ya udah aku masuk dulu. Kamu juga cepet masuk ke sana."
Setelah Ayya menghilang dari pandangannya, raut wajah cowok itu berubah muram. Dia berbalik menuju ke seberang kafe, tempat toko musik Farel berada. Lama Samudera tidak ke sana, bahkan Farel belum memberinya gaji bulan ini—meskipun Samudera ngerti kalau bulan-bulan ini dia jarang masuk kerja. Untungnya Farel berbaik hati tidak memarahinya.
"Wahhh, si anak belagu datang lagi," sambut Farel dengan menyebalkannya.
Samudera mencebik, dengan tak sopannya dia meneloyor kepala Farel yang usianya jauh lebih tua di bandingkan dirinya.
"Berani betul anak ini."
Nyengir lebar, Samudera melempar tasnya ke samping meja dan duduk di kursi sambil melihat ke sekitar. Sampai kemudian alisnya saling tertaut seketika saat melihat gaya Farel yang berubah. Lebih rapi dari biasanya, bahkan cowok itu memotong rambut gondrongnya.
"Bang, sejak kapan lo potong rambut?"Farel ikut melihat rambutnya sendiri. "Gimana penampilan baru gue? Ganteng 'kan?"
Samudera ingin muntah mendengarnya, namun dia tersenyum juga. "Jadi siapa sekarang incaran lo. Nggak mungkin lo mau tampil rapi tiba-tiba kayak gini."
Farel mendesah, dia ikut duduk di samping Samudera. Heran juga, kenapa pegawainya yang satu ini bisa menebak apa yang ada di pikirannya. Dengan serius Farel menatap Samudera.
"Sam, sebenarnya gue—"
"Permisi!"
Farel dan Samudera diam ketika mendengar suara seseorang. Jelas itu bukan pelanggan—demi usaha curhatannya berhasil tersampaikan pada Samudera cowok itu rela menutup tokonya untuk sementara waktu. Dasar aneh.
Secara serentak mereka menoleh ke depan, tepat pada seorang wanita yang masih cantik diusinya yang sudah 40 tahun lebih. Di tangannya terdapat kotak Lilyware yang kemungkinan berisi makanan.
"Eh, Tante Rena. Apa kabar?" sambut Farel ramah.
Samudera mencebik, sama Rena saja Farel ramah banget saat dirinya datang bukannya disambut dengan ramah malah diejek. Dia memilih tetap duduk di kursinya sambil mengamati interaksi Rena dan Farel. Ada sesuatu yang mendorongnya untuk menghampiri Rena—setidaknya mengucapkan beberapa kata atau memeluknya kalau bisa.
Ketika akhirnya mata lembut Rena menatap Samudera, cowok itu tidak bisa lagi menahan keinginannya. Dia mengepalkan tangannya, berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun.
"Kamu belum mengganti pakaianmu?" tanga Rena, melihat Samudera yang masih memakai seragam sekolahnya.
Samudera tersenyum. "Saya belum sempat mengganti baju seragam saya. Bang Farel nyuruh saya buru-buru ke sini makanya sehabis pulang sekolah, saya langsung pergi ke sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could
Teen FictionAyya adalah siswa baru di SMA Century, sekolah yang paling dibenci oleh Ayya karena di sana dia selalu dibully oleh semua orang. Dan yang lebih parah lagi adalah Samudera, cowok aneh yang selalu mengikuti Ayya membuat cewek itu kesal setengah mati...