Tale Nineteen

2.6K 255 15
                                    

Tale Nineteen

"Ketika aku bilang aku akan melupakannya, aku merindukannya. Ketika aku merindukannya, aku cepat melupakan. Itulah hati manusia."

–The Moon That Embrace The Sun–


Mereka benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir cowok satu ini. Wajahnya masih pucat, tubuhnya terlihat lemah, tapi pikirannya begitu keras kepala. Bagaimana tidak, saat masih dalam keadaan sakit dengan keras kepalanya Samudera memaksa Dino untuk memperbolehkannya pulang. Toh dia sudah merasa baikan.

Dino sebenarnya enggan memperbolehkan sepupunya itu keluar, pasalnya meski sekarang mungkin Samudera baik-baik saja tapi kondisi cowok itu tidak stabil. Ada baiknya jika Samudera mau tetap di rumah sakit selama beberapa hari ke depan.

"Meski rumah sakit ini milik kakek tetep aja gue nggak mau numpang secara gratis. Rumah Sakit ini pasti rugi udah ngeluarin banyak obat buat gue. Karena sekarang duit gue udah habis jadinya gue milih pulang aja. Mama Han pasti cemas kalau gue nggak pulang-pulang ke rumah."

Ahh, Samudera dengan segala pemikiran dewasanya.

Dan kini, dengan seenak jidatnya Samudera malah tertidur saat acara seminar berlangsung. Bahkan cowok itu tidak peduli kalau kepala sekolah juga hadir di seminar ini.

Damar dan dua sahabat Samudera berniat membangunkan cowok itu namun dicegah oleh Ayya dengan alasan kalau Samudera butuh istirahat yang banyak. Apalagi kemarin Samudera maksa ingin ke luar dari rumah sakit. Pastilah Samudera butuh banyak tidur untuk memulihkan kondisinya.

Ayya tersenyum kecil sambil mengusap lembut rambut Samudera yang kebetulan tertidur sambil menopang dagunya. Mungkin sekilas tidak akan ada yang tahu kalau cowok itu sedang tidur, mungkin saja mereka menyangka kalau Samudera sedang serius mendengarkan materi yang dibahas.

Dan hal tersebut terjadi sampai seminar khusus untuk kelas 12 berakhir. Saat semua orang mulai meninggalkan aula, Samudera masih duduk tertidur, tidak ada yang berani membangunkannya. Maka dari itu mereka memilih untuk tetap duduk di kursi masing-masing sambil ngobrol ke sana ke mari.

"Gue denger lo daftar ke Oxford?" Dion bertanya, setelah habis tertawa besama Damar dan Reno.

Ayya yang sedari tadi mengusap rambut Samudera mendongakan kepalanya. "Heem, Sam yang maksa buat daftar."

Ketiga cowok itu terdiam. "Kita bertiga udah daftar di kampus yang sama, dan allhamdullillah keterima, walau hasil ujian belum keterima juga."

Ayya tersenyum lebar, tak menyangka kalau Reno dan Dion yang notabenenya sangat jarang belajar dan sering bolos bersama Samudera akhirnya bisa masuk universitas bagus meski hasil ujian belum keluar. "Wahh, lo nggak nyogok 'kan?"

Reno kesal setengah mati, hanya karena dia jarang belajar bukan berarti otaknya bodoh sehingga tak mampu menyerap pelajaran yang terangkan oleh guru selama ini. "Wahh, Ayy, lo nyakitin hati gue."

Saat itu juga gelak tawa memenuhi aula yang masih diisi oleh beberapa orang termasuk para guru dan kepala sekolah. Saat tawa mereka berhenti, saat itu juga Samudera terbangun dan menatap mereka keheranan.

"Kalian kenapa? Bahagia banget keliatannya."

Reno mengedikan bahunya. "Tuh cewek lo ngatain gue bodoh sama ngehina gue kalau gue nyogok buat masuk kampus. 'Kan kezzeel."

If I Could Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang