Tale Twenty

3.2K 278 17
                                    

Tale Twenty

"Hanya satu keyakinan, begitu ingin mengambil hatimu, jangan terpisah jauh. Karena malamku seperti harimu.
Aku ingin menjadi seorang anak kecil yang tidak tahu apapun akan dunia."

–Such (lirik)–

"Bubur ayam spesial buat anak kesayangan Mama tercinta. Siapa yang mauuu?" Rena bertanya sambil memamerkan hasil masakannya yang menggugah selera.

Sam yang kebetulan sedang main tanah di taman belakang langsung berlari menghampiri mamanya. "Sam mau, Sam mau," teriaknya antusias.

Mata Rena menyipit menatap penampilan Sam yang kotor. Anak satu ini memang suka main tanpa takut kotor. "Mama bakal kasih tapi kamunya mandi dulu. Ihh, bau banget, kotor lagi."

Sam nyengir lebar, tanpa tahu dirinya dia malah memeluk Rena dan mencium pipi Rena. "Nggak papa, yang penting Mama sayang sama Sam 'kan?"

Rena pura-pura cemberut. "Memangnya Mama sayang sama kamu?"

Mendadak Sam terdiam, namun dengan seriusnya dia menatap Rena. "Mama sayang Sam, karena Sam sayang Mama."

Akhirnya Rena tertawa juga. "Sudah sana mandi dulu, Mama nggak bakal makan kok buburnya sebelum kamu kembali."

"Janji?!"

"Iya, Mama janji, Sammy. Sana, nanti buburnya keburu dingin."

Hari itu saat Sam menghabiskan bubur ayam buatan Rena, dia sedikit kebingungan saat mendengar teriakan Rena yang tidak biasa. Akhir-akhir ini keadaan rumahnya jadi aneh, tidak sehangat seperti biasanya. Bahkan neneknya membawa Karang pergi.

"Bagaimana dengan Samudera, dia masih membutuhkanmu."

"Saya nggak peduli sama Sam, dia anak nakal. Kamu pasti bisa menjaganya sendiri."

"Apa kamu bilang? Sam juga anak kamu."

"Saya nggak pernah merasa punya anak nakal seperti Sam. Dia anak yang aneh, hanya kamu yang bisa mendidiknya."

"Kamu itu ibu macam apa yang tidak mau menerima anaknya sendiri, harusnya kamu ..."

Samudera menempelkan kepalanya ke jendela bus, pandangannya kosong ketika menatap ke luar jendela, ada banyak penumpang yang naik-turun tapi Samudera masih tetap di duduk di kursi dari tadi siang. Dia belum mau pulang, dia tidak ingin bertengkar dengan Papanya, dia juga tidak ingin pulang ke apartemen karena dia tahu jika dia pulang ke sana maka dia bisa tertidur seharian dan melakukan hal nekat.

"Permisi, Mas!" tegur sang kenek membuyarkan lamunan Samudera.

Cowok itu mengadahkan kepalanya. "Ya."

"Anda nggak mau turun? Sebentar lagi busnya berhenti beroperasi."

Samudera mengerjap kaget, ketika dia melihat jam tangannya matanya sedikit terkejut saat tahu kalau ini sudah pukul delapan pas. Sambil tersenyum dia beranjak keluar setelah mendengar permintaan maaf sang kenek karena terpaksa menurunkan Samudera.

Cowok itu berdiri di tempat dia turun dari bus. Kedua tangannya dia masukan ke dalam saku jaket, sedang matanya menatap ke atas langit yang mendung. Apakah akan turun hujan?
Samudera mendesah pelan, teringat dulu saat dia masih kecil. Saat hujan turun, maka dia akan buru-buru pergi ke luar dan main hujan-hujanan. Setelah itu pasti dia demam dan membuat tante Rena repot karena harus merawatnya. Namun baginya, dia sangat suka demam karena dengan begitu tante Rena akan memerhatikannya dan membuatkannya bubur ayam kesukaannya.

If I Could Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang