Tale Eleven

2.7K 251 19
                                    

Tale Eleven

"Sekenario Tuhan memang rahasia. Tapi bekal yang dikasih buat kita lebih dari cukup. Yaitu akal dan perasaan."

-Dilema-

Kedua manusia beda jenis kelamin itu saling pandang-ah tidak, lebih tepatnya si ceweklah yang memandang dengan sorot tajam penuh tanda tanya, kedua tangannya dia lipat di depan dada. Sedang si cowok hanya menunduk sambil memainkan borgol yang mengunci lenggannya dengan sisi besi bed.

"Gue kira surat sakit lo boongan. Tapi kayaknya, dari wajah lo sama ..." Dilihatnya ke sekeliling ruangan. "Tempat lo berada surat itu beneran. Tapi ... kenapa? Tumben lo sakit."

"Ya ampun, Ayy. Lo kira gue apa? Gue juga bisa sakit kali, kan, gue manusia juga."

Ayya nyengir lebar. "Gue kira lo monyet." Dia mengangkat bahunya, tak mengacuhkan tatapan kesal Samudera. "Monyet itu nggak tau malu, kayak lo. Tapi kenapa tangan lo diborgol. Jangan-jangan lo maling ya, terus lo digebukin, terus lo masuk rumah sakit, terus lo izin sakit deh."

Samudera sampai speechless mendengar penuturan Ayya, setelah dikatain monyet dirinya juga dikatain maling. Ya Allah, tabahkanlah hati hambaMu ini, harap Samudera.

"Lo kira gue apaan." Namun saat melihat Ayya tertawa rasa kesal yang dirasakan Samudera menguap begitu saja, hanya dengan senyuman cewek itu berhasil memadamkan segala gelisah yang dirasakannya. Sungguh luar biasa. Kenapa tidak dari dulu saja ya Samudera bersikap konyol dan rela dibully Ayya demi bisa melihat tawa cewek itu yang kedengerannya manis banget.

"Lo sakit apaan?" tanya Ayya, setelah meredakan tawanya yang dirasa berlebihan.

Samudera langsung cengengesan. "Ahh, ceritanya lagi perhatian nih."

Ayya tak segan-segan memukul kepala Samudera dengan buku catatan yang dibawanya. Meski demikian, bibirnya menyunggingkan senyum lebar. "Elo mah ya, dikasih hati minta jantung."

"Lo beneran ngasih hati lo ke gue? Berarti kalau gitu lo udah jatuh cinta sama gue."

"Kepala lo ini harus disterilkan juga biar pikirannya bersih. Jadi sebenarnya, lo sakit apaan? Kayaknya parah banget sampai harus masuk RS. Jangan-jangan." Ayya mendekat ke kepala Samudera. "Lo mau mati ya bentar lagi."

Samudera langsung terkejut. "Wahh, Ayy, lo udah nyakitin hati gue loh."

Ayya tersenyum lebar. "Bercanda. Jangan alay gitu, elo tuh cowok lho."

"Memangnya kenapa kalau gue cowok? Alay kan gak kenal sama siapa aja."

"Iya tapi kayaknya si alay kenal banget sama lo."

Keduanya tertawa bersamaan, meski demikian sesaat tatapan Samudera layu saat menatap Ayya.

"Tunggu, bukannya tadi gue nanya lo sakit apa? Kenapa malah bahas alay."

"Ayya," panggil Samudera, "lo ingat gue nggak?" tanyanya, tiba-tiba.

Ayya langsung menatap Samudera terkejut. "Maksudnya!"

Bukannya menjawab, Samudera malah terkekeh pelan dan mengalihkan pembicaraan. "Kenapa lo datang ke rumah sakit? Ke sini sama siapa?"

Barulah saat itu Ayya sadar kalau dia tidak datang sendirian ke sini. Tadinya dia berniat mencari toilet dan berujung pada pertemuannya dengan Samudera karena kesasar dan salah masuk ruangan. "Mampus gue, ini semua gara-gara lo. Coba kalau lo nginep di ruangan lain jadinya kan gue nggak bakal ninggalin Damar. Ahh pasti dia sedang nyari gue."

If I Could Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang