FIRST TIME MEET SEOKJIN

133 4 0
                                    

FIRST TIME MEET JIN

Oktober, adalah bulan yang paling kutunggu, dibulan ini adalah ulang tahunku dan juga pesta hallowen, selain itu aku sangat menyukai auntumn. Seperti kutipan idolaku Marilyn Monroe "Designers want me to dress like Spring, in billowing things. I don't feel like Spring. I feel like a warm red Auntumn". Alasan aku menyukai auntumn karena musim itu ada di pertengahan setelah summer dan sebelum winter. Aku suka autumn karena identik dengan warna orange dan merah dari daun maple yang berguguran di pohon. Warna itu membuatku lebih bersemangat dan aktif, aku berharap di bulan ini makin baik dari segi apapun.

Aku masih mengantuk karena diinterogasi oleh baekhyun dan suho oppa semalaman. Itu karena dia bilang aku berkencan dengan seorang idola lain selain sehun, aku kukuh pada pendirianku bahwa idola yang kukencani hanyalah sehun seorang. Hari ini aku tidak ada kelas, tetapi aku harus menjaga ruang konseling. Didu, Kate dan Yuki sedang di perpustakaan kampus untuk mengerjakan tugas, aku berusaha membujuk mereka untuk ke ruang konseling, tapi tak berhasil karena mereka sedang mengintai penjaga perpustakaan yang katanya "Gay" berpacaran dengan salah satu mahasiswa psikologi, selain itu didu dan yuki bilang sedang menunggu mahasiswa yang baru masuk yang merupakan anggota boyband ternama di dunia. Aku berjalan santai menuju ruang konseling akhirnya, semoga hari ini tidak banyak klien agar aku bisa mengerjakan tugas kuliah dan bersantai.

Ruangan konselingnya cukup luas, saat masuk kau akan menemui ruangan besar dengan sofa nyaman yang menghadap ke jendela di sebelah kanan, di belakang sofa terdapat kitchen set yang menyediakan coffe maker dan kulkas berisi minuman dingin dan makanan, jika kau lurus terus akan menemukan toilet dan wastafel, di sebelah kanan ada dua meja yang menghadap pintu langsung dan menyamping. Meja yang menghadap pintu adalah milik professor greata, sedangkan yang menyamping adalah milikku. Dibelakang meja bu greata terdapat rak buku yang berisi arsip, buku psikologi dan alat tes.

Aku merebahkan tubuhku di sofa dan mengeluarkan cemilan, sambil menelpon sehun yang sedang istirahat latihan. Aku dikagetkan dengan ketukan pintu yang tak henti-hentinya. Aku merapikan kemeja dan rokku, sambil berlari menuju pintu. Seorang pria berdiri di depanku, penampilannya membuatku bengong, rambutnya blondenya, memakai kacamata hitam, kedua kupingnya ditindik dan memakai aksesoris cincin dan gelang, memakai makeup dan pinsil alis, kemeja pink yang ditumpuk dengan sweter biru, celana panjang warna hitam dan sepatu formal. "Can i help you?" kataku dengan memaksakan senyuman. "Yes please.!" Dia mendorongku cukup keras. Kesan pertama yang ditunjukan padanya sangatlah buruk. Ia langsung duduk di sofa dan menyilangkan kedua kakinya. "Aku harus bertemu Prof. Greata, aku sudah buat janji dengannya hari ini" katanya sambil membuka kacamata. "Well, maaf sekali karena sepertinya bu greata hari ini ada rapat dan beliau tidak akan kemari, kau bisa menyampaikan pesan untuknya padaku" kataku mencoba ramah.

"Aku tidak percaya orang sepertimu, pokoknya aku ingin bu greata. Kau bukan orang yang kucari"

"SILAHKAN KELUAR DARI SINI BUNG"

"Aku akan menunggunya"

"Itu pintu keluarnya"

"Kau bercanda?"

"Apa aku kelihatan seperti bercanda"

Aku berdiri di depannya ia nampak gugup dan menjatuhkan kacamatanya, saat dia akan mengambil kacamata cincinnya mengait pada rokku, sehingga otomatis rokku terangkat. Aku refleks menamparnya, di saat bersamaan didu masuk dan terkejut melihat kami, mulutnya menganga bagaikan ikan di dalam akuarium. Pria itu sepontan berteriak "AW" sambil menarik rokku. "Kumohon jangan angkat tanganmu, rokku akan terangkat juga, didu cepat carikan gunting" aku memohon padanya. Aku memegang pergelangan tangannya ia nampak benar-benar marah "Hei bocah kau tidak ada sopan santunnya menampar seseorang yang tidak dikenal seenaknya. Kau tidak tahu siapa aku?" bentaknya kesal. Aku sungguh ketakutan, didu masih mencari guntingnya "Bocah? Seenaknya kau memanggilku bocah, itu karena kau kurang ajar, bahkan kau berani menyentuhku tadi, dasar mesum.!!"aku balas marah padanya. Lama-lama dia mulai diam, tapi mukanya tetap cemberut. Aku harus merelakan rokku digunting, didu berbisik padaku jika pria itu adalah anggota boyband bt apalah. Aku tak percaya, karena jika memang dia anggota bt apalah maka dia akan dikerumuni oleh fans. Kurasa maksud didu adalah gengster bukan boyband. Tak lama ponselku berdering.

I Think I'm in Love With You (HIATUS) Where stories live. Discover now