3

1.3K 38 7
                                    

Setelah menyuruhku beristirahat sore itu, tak punya pilihan lain selain menurutinya. Aku harus bergerak pelan-pelan agar tidak membuat Tuan Penyekap curiga.

Ketika membuka mata, keadaannya masih sama seperti kemarin. Selembar selimut masih menyelubungi badan. Sebuah bantal empuk pun masih menyangga kepalaku. Jam berapa sekarang? Apakah sudah pagi? Atau sudah siang?

҉

Aku tidak mendengar suara apa pun dari dalam bangunan ini. Mungkin Tuan Penyekap sedang pergi. Atau mungkin, dia sedang melakukan sesuatu di suatu tempat di bangunan ini yang tak dapat kudengar dari sini.

Tidak yakin dengan keadaan sekarang. Kurasa aku bisa mendengar lebih baik jika kutempel telingaku pada karpet.

Tidak ada suara. Sama sekali.

Ke mana Tuan Penyekap pergi? Atau mungkin, dia masih terlelap? Mungkin ini kesempatan bagus untuk melanjutkan pencarianku.

Kali ini, aku akan memulai dari sebelah kanan karpet. Aku mulai terbiasa untuk bergerak dalam keadaan terikat.

Di tumpukan barang di sebelah paling kanan, ada beberapa bungkus karung berwarna putih kusam. Kurasakan sesuatu yang empuk saat meraba karung-karung tersebut dengan kakiku. Mungkin isinya kapuk, atau kain perca.

Aku bergeser ke sebelah kiri. Kali ini beberapa furnitur yang terbuat dari kayu bertumpuk membuat gunung. Furnitur-furnitur ini sudah sangat bobrok. Banyak dari kayu-kayu itu yang patah. Beberapa bahkan mencuat keluar.

Kurasa akan berbahaya jika aku terus berada di depan furnitur-furnitur itu. Kayu-kayu itu terlihat seperti siap roboh kapan saja. Mereka bahkan cukup tajam untuk menorehkan luka yang cukup dalam. Sekali tertoreh, luka itu bisa segera infeksi, dan itu bukan hal baik.

Aku melanjutkan pencarian. Di sebelah furnitur-furnitur itu ada sebuah boks plastik besar. Di dalamnya terdapat banyak mainan anak-anak yang sudah tak lagi layak pakai. Kulihat mainan-mainan itu satu per satu. Mobil-mobilan yang sudah penyok, gamebot yang casing-nya sudah lepas di hampir semua bagian, robot-robotan yang kedua kaki dan tangan kanannya sudah hilang, action figure samurai yang kusam dan badannya hampir terbelah menjadi dua, pedangnya masih mulus. Hmm ... kalau saja pedang itu cukup tajam dan kuat, aku bisa meng-gunakannya untuk memotong tali-tali ini. Pedang itu kelihatan lentur, dan sudah pasti tidak tajam karena memang dirancang untuk anak-anak.

Tunggu sebentar ....

Mungkin aku bisa menggunakan patahan kayu furnitur yang mencuat keluar. Kayu itu cukup tajam. Mungkin itu bisa ku-gunakan untuk membuka ikatan di tangan.

Aku bergeser sedikit ke kanan. Kayu yang mencuat itu terlihat sangat tajam. ada sedikit keraguan menghampiri saat mendekatinya. Bisa saja kayu itu bukannya memotong tali ini, tetapi justru melukaiku.

Kubalik badan memunggungi kayu itu. Dengan hati-hati mendekatkan tangan, lalu menggesek tanganku perlahan dan berharap kayu itu akan memotong tali di tangan ini. Sebab tanganku sudah terasa sangat kebas sejak kemarin.

Kurasa kayu ini akan berhasil membuatku terbebas dari sini. Tali yang mengikat tanganku sedikit melonggar. Sebentar lagi aku akan menghirup udara bebas. Meskipun baru beberapa hari di sini, aku merasa sudah bertahun-tahun terlewati.

Belum sempat tali ini terpotong, aku harus menghentikan angan-anganku sebentar. Samar-samar, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan. Sepertinya Tuan Penyekap sudah bangun, atau kembali. Terpaksa, aku harus segera kembali ke atas karpet dan menunda kebebasanku.

Langkahnya mendekat dan menjauh beberapa kali. Se-pertinya Tuan Penyekap sedang mempersiapkan sesuatu sebelum ke sini. Atau mungkin, dia tidur berjalan? Apa pun itu, sebaiknya aku cepat-cepat kembali ke posisiku semula. Better safe than sorry.

Let Me Escape (Edisi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang