16

639 27 0
                                    

Seberkas cahaya berkedip-kedip menembus kain penutup mataku. Sekali lagi, tidurku terganggu.

Apa, sih, yang dilakukan Tuan Penyekap?

Setelah beberapa kali menyorotku dengan kedipan lampu itu, akhirnya Tuan Penyekap berhenti dan melangkah menjauh, keluar ruangan.

Lho? Dia tidak membangunkanku? Ke mana dia pergi?

҉

Aku baru saja akan terjun kembali ke alam tidurku, saat pintu ruangan kembali terbuka. Mimpi buruk kembali datang.

Langkah Tuan Penyekap makin dekat. Dia lalu berhenti, disusul ketukan pelan saat kedua lulutnya menyentuh lantai berbalut karpet. Dia kemudian menepuk-nepuk pundakku seperti biasa.

"Elisa ... Elisa ... bangun!"

Dia melepas penutup mataku.

Demi mengurangi masalah antara diriku dengan Tuan Penyekap, aku membuka mataku perlahan.

"Belakangan ini kau bangun lebih siang. Ada apa denganmu?"

Napasku tercekat.

Tuan Penyekap membuka penutup mulutku. Setelah ini dia pasti akan memaksaku menjawab pertanyaannya. Aku harus menemukan jawaban yang aman. Tapi, seperti apa jawaban yang aman itu? Apa jawaban yang tidak janggal dan membuatnya curiga? Aku tidak bisa tidur?

Tidak. Dia mungkin saja akan menanyakan alasan kenapa aku tidak bisa tertidur, atau apa yang kulakukan hingga aku bisa tertidur. Lalu ... apa yang sebaiknya kukatakan?

Akhirnya penutup mulutku terbuka seluruhnya. Ah ... aku harus segera menjawabnya....

Tuan Penyekap menyimpan kain penutup mulutku di sebelahnya tanpa berkata apa pun. Matanya dia biarkan melekat pada milikku, menarikku untuk menjawab pertanyaannya.

"Umm ... aku ...."

Aahh ...! Apa yang harus kukatakan?!

"Aku jadi terbiasa bangun siang karena sekarang aku tidak perlu pergi kuliah," jawabku sekadarnya dengan memaksakan senyum.

Tuan Penyekap hanya terdiam tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Apa dia merasa ada yang janggal? Apa dia tahu kalau aku berbohong?

"Oh ... Begitu."

Hanya itu yang dia katakan.

Jawaban itu dia biarkan mengambang begitu saja. Aku tak tahu apakah dia percaya, atau pura-pura percaya.

Setelah itu, dia bersikap seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa. Dia memberiku makan, dia juga memandikanku—atau lebih tepatnya sekadar membersihkan tubuhku dengan selembar kain—serta memberiku satu setel pakaian baru. Tidak ada yang aneh hari ini. Semuanya berjalan normal. Aku bahkan tidak mencoba untuk melawannya. Dia pun tidak memaksaku melakukan sesuatu—karena aku langsung menurutinya.

Hari ini dia tidak pergi ke mana pun. Namun, kami juga tidak berbincang banyak. Dia hanya membaca buku yang sama seperti yang waktu itu di sebelahku hingga lembar terakhir. Dia lalu pergi ke luar ruangan. Dia mengatakan kalau ada sesuatu yang harus dikerjakannya.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa hari ini. Meskipun Tuan Penyekap tidak terus-menerus mengawasiku, aku merasa tidak bisa melakukan sesuatu dengan bebas. Terlebih lagi, dia terus berada di dalam rumah. Alhasil, aku hanya menatap langit-langit ruangan ini seharian.

Apakah dia masih marah karena kejadian kemarin? Apa yang dipikirkannya sekarang?

Meskipun dia mengatakan kalau dia memaafkanku, setidaknya dia pasti menjadi was-was, bukan? Kenapa sikapnya tak berubah?

Let Me Escape (Edisi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang