Seseorang datang dari pintu itu. Memanggil namaku. Melambaikan tangannya dan berlari ke arahku.
Seorang lelaki dengan tinggi 70 inci, bermata cokelat, berambut hitam. Aura kehangatan menyeruak dari balik pintu begitu Tuan Penyekap membukanya.
Ryan?
Ya, itu Ryan.
Dia datang menyelamatkanku.
"Ryan!" seruku. Dia hanya berdiri di depan pintu itu. Apa dia tidak mendengarku?
Aku memanggil namanya lagi. Lagi dan lagi. Namun, dia tetap berdiri mematung di depan pintu seolah tidak mendengar raunganku. Kenapa dia seperti itu? Seharusnya dia merespons. Matanya mengarah kepadaku. Kalaupun dia tidak mendengar, seharusnya dia melihatku berada di sini. Dia bahkan sudah berlari ke sini tadi. Seharusnya dia menyelamatkanku. Aku yakin dia pasti melakukannya.
Kali ini dia tersenyum. Tersenyum tanpa mengatakan apa-apa.
Melihat senyumnya membuatku tersenyum juga. Hanya sebuah senyuman, tetapi aku merasakan ketenangan yang nyaman.
Tiba-tiba, dia membalikkan badannya dan keluar melalui pintu ruangan. Dia segera menutup pintu begitu melangkahkan kakinya keluar.
Hei, tunggu! Kenapa kau keluar? Bukankah kau ingin menyelamatkanku?
"Ryan!" Tanpa berpikir panjang, aku berlari mengejarnya. Begitu sampai di dekat pintu, aku membukanya, berharap menemukan sosoknya di balik pintu. Namun, ternyata yang kulihat hanyalah kehampaan.
Eh? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ryan tidak menolongku? Ke mana perginya Tuan Penyekap?
҉
Aku membuka mata. Perlu beberapa detik untuk menyadari bahwa aku masih berada di ruangan yang sama. Kulihat Tuan Penyekap duduk di depanku. Sepertinya dia tidak sadar bahwa aku sudah terbangun. Matanya yang terbungkus kacamata berbingkai kotak itu sibuk bergerak ke kanan dan kiri, terpaku pada sebuah buku yang lumayan tebal. Baru kali ini aku melihatnya memakai kacamata. Ruangan ini lumayan gelap. Hal itu membuatku heran, apa yang membuatnya nyaman membaca di ruangan seperti ini.
Ryan ....
Ternyata barusan hanya mimpi. Sungguh mimpi yang buruk. Buruk karena tidak menjadi kenyataan. Aku ingin bertemu dengannya di dunia nyata, bukan di dalam mimpi. Namun, kalaupun menjadi kenyataan, aku ingin dia benar-benar me-nyelamatkanku. Bukan hanya berdiam diri di depan pintu.
Ya. Karena itulah kejadian barusan hanya mimpi. Karena kalau itu kenyataan, Ryan pasti akan menyelamatkanku.
Mimpi? Eh, sejak kapan aku tertidur? Seingatku ... aku sudah berhasil membuka tali yang mengikatku, lalu aku melihat banyak CD berisi kegiatan sehari-hari seseorang. Setelah itu aku membuka pintu, hendak keluar, lalu ... ternyata Tuan Penyekap kembali ke rumah di saat yang sama. Aku menutup pintu dan kembali ke tempat semula, sesuai posisi semula, lalu Tuan Penyekap datang dan memberiku segelas susu. Setelah itu ....
... aku terbangun dengan Tuan Penyekap di depanku, membaca buku dengan sebuah kacamata menggantung di depan matanya.
Aku tidak ingat kapan dan bagaimana aku tidur.
Kulihat mata hijaunya yang bergulir ke kanan dan ke kiri mengikuti kalimat demi kalimat yang dirangkai pada buku yang dia pegang sebelum akhirnya pergerakan bola matanya terhenti padaku.
"Oh, kau sudah bangun?" Tuan Penyekap menutup buku dan melepas kacamatanya. "Maaf, aku terlalu fokus membaca."
Tuan Penyekap meletakkan buku dan kacamata di sebelah kirinya, kemudian menggerakkan tangan, mengelus rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Escape (Edisi Revisi)
Mystery / Thriller((TELAH TERBIT)) Begitu Elisa terbangun, dia menyadari bahwa dirinya berada di dalam sebuah ruangan yang tidak dia kenali dengan keadaan terikat. Bagaimana dia bisa berada di ruangan itu, dia tidak ingat. Seorang lelaki datang dan merawat Elisa...