"Selamat pagi, Elisa."
Tuan Penyekap melepas penutup mata dan mulutku. Aku pun langsung terbangun dan melihatnya tepat di depanku. Dia hanya tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa kemarin.
Dia langsung membangunkanku dan menyandarkan pung-gungku pada boks kayu di belakangku.
Setelah kekacauan kemarin, Tuan Penyekap mengembalikan barang-barang yang kuubah posisinya dan menutup jendela itu dengan kayu hingga tak ada seberkas cahaya pun yang dapat lolos dari sana. Tuan Penyekap juga membereskan puing-puing barang yang besar, serta barang-barang yang tidak rusak setelah dia banting. Sisa-sisa puing yang berukuran kecil dia biarkan begitu saja di lantai.
Tak membutuhkan waktu lama untukku menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh di ruangan ini.
Ada sesuatu yang menatapku dari balik punggung Tuan Penyekap.
"Bagaimana tidurmu?" tanya Tuan Penyekap, "nyenyak?"
Aku tak menjawab pertanyaannya.
Tuan Penyekap kemudian berdiri dan pergi ke luar ruangan.
"Tunggulah sebentar, Elisa!"
Kini Tuan Penyekap sudah berlalu dari pandanganku. Aku pun dapat melihatnya dengan lebih jelas—sesuatu yang menatapku itu.
Ketiga kakinya yang pendek berdiri sekitar dua atau tiga meter di depanku. Samar-samar aku dapat melihat bayanganku sendiri terpantul padanya. Lampu kecil berwarna merah terus menyala—tanda bahwa benda ini hidup. Jelas sekali dia sedang merekamku.
Selain di depanku, benda yang sama juga berdiri di samping kanan dan kiriku. Ada juga yang berbentuk setengah bola, menempel pada langit-langit ruangan. Di setiap pojok, di setiap sisi, di atas pintu, tepat di tengah ruangan .... Baru pertama kali aku melihat ada sebanyak ini dalam satu ruangan.
Aku tak menyangka Tuan Penyekap akan memasang kamera sebanyak ini. Pasti ini karena kejadian kemarin.
Tuan Penyekap datang dengan membawa boks putih dengan tutup biru yang terlihat cukup berat. Dia pun mendekatiku dan berlutut tepat di depanku.
"Minggir sebentar, Elisa!"
Dia menggeser badanku, dan balok kayu di belakangku sedikit.
Tuan Penyekap mulai membuka boks yang dia bawa dan mengambil bor dari dalamnya. Dengan cepat, dia memutar mata bor dan melubangi dinding ruangan, mengeluarkan empat buah sesuatu-berbahan-plastik-yang-berbentuk-seperti-rudal, lalu me-mukulnya dengan palu ke dalam lubang dinding. Pelat besi berbentuk seperti huruf U pun dia keluarkan dari boks itu, bersama dengan sekrup dan obeng. Dia memasang pelat besi itu pada dinding, lalu mengambil rantai besi dari dalam boks.
Aku merasakan hal yang buruk.
Tuan Penyekap mengeluarkan sebuah borgol dan mengikatnya pada rantai. Kemudian, rantai itu dia ikatkan pada pelat besi yang dia pasang sebelumnya. Dari dalam boks, dia mengeluarkan pisau dan dia arahkan pada tali-tali yang mengikat tubuhku.
Dia membiarkanku bebas? ... Rasanya tidak mungkin.
Dan benar saja. Dia melepaskan tali-tali di tubuhku untuk dia gantikan dengan borgol. Dan yang lebih buruknya lagi, borgol ini juga dirantai. Tuan Penyekap juga memborgol kedua tanganku ke belakang.
"Sekarang kau tidak bisa ke mana-mana lagi, Elisa," ujarnya sambil tersenyum. "Yah, sejak awal kau memang tidak akan bisa kabur dari sini."
Tuan Penyekap kemudian tertawa dan mengangkat daguku menghadapnya.
"Kau ingat kemarin, saat aku menciummu?" Jarinya yang dingin mengusap bibirku. "Kau tidak bisa melakukan apa-apa, padahal saat itu tidak ada seutas tali pun yang mengikatmu."
Aku membuang wajahku, menjauhkan bibirku dari jarinya.
Tuan Penyekap benar. Aku tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Dulu pun begitu. Berkali-kali aku mengutuk kebodohanku. Bagaimana bisa aku tidak tahu kalau Tuan Penyekap kembali ke rumah ini? Seharusnya aku tetap awas dengan keadaan di sekitar. Apalagi, kemarin adalah saat yang benar-benar penting. Kalau pun memang ada ruangan lain di balik jendela itu, dan kalau Tuan Penyekap mengunci seluruh pintu dan jendela, aku masih bisa mencari jalan lain di rumah ini. Jika saja aku tahu kalau Tuan Penyekap datang, aku akan bergerak lebih cepat. Dan kemarin, Tuan Penyekap sudah melihat diriku tepat di hadapannya. Dia bisa dengan mudah menangkapku kembali jika aku mencoba kabur, tapi masih berada di dalam rumahnya.
Apa yang kudapat dari semua usahaku adalah ... hukuman darinya. Hukuman yang menjijikkan itu.
Sekarang, apa yang bisa kulakukan untuk merebut kembali kebebasanku?
"Elisa, sebaiknya sekarang kau nikmati saja hidupmu di sini."
Bagaimana bisa?
Aku masih punya orang tua yang ingin kutemui. Aku juga punya pacar yang sangat kusayangi. Begitu pula kehidupan normalku. Aku masih ingin berkumpul dengan teman-temanku, meraih impianku .... Baru sekarang aku menyadari betapa berharganya kehidupanku sebelumnya. Kini aku bahkan merindukan dosenku yang menyebalkan.
"Mulai saat ini, aku akan mengawasimu 24 jam. Meskipun aku tidak bisa selalu berada di sini, tapi semua kamera yang kupasang di sini akan menggantikan tugasku. Kau tidak bisa berbuat yang aneh-aneh lagi, Elisa," jelasnya. Tanpa diberitahu pun aku sudah tahu.
"Bebaskan aku!"
"Maukah kau menikah denganku?"
Aku melebarkan mataku dan terdiam sesaat.
"Tentu saja tidak." Aku mengerutkan alisku.
"Kalau begitu, aku tidak akan membebaskanmu."
Tentu saja. Aku sudah tahu dia tidak akan melepaskanku begitu saja. Tuan Penyekap pun bertanya, "Apa kau sudah lupa, aku pernah mengatakan padamu kalau aku akan membebaskanmu setelah aku memilikimu seutuhnya?"
Aku menggelengkan kepala.
"Kalau mau kubebaskan, kau harus mengatakan 'iya' pada pertanyaanku tadi." Tuan Penyekap menaikkan ujung bibirnya.
"Tidak adakah cara lain?"
"Tidak," jawab Tuan Penyekap singkat.
"Aku akan membayarmu berapa pun!"
"Bukan uang yang kuinginkan."
Tuan Penyekap mendekatkan wajahnya padaku dan menjawab pelan,
"Dirimu. Aku menginginkan dirimu." Dia menunjuk ke arah-ku.
"Kau tidak akan bisa mendapatkanku dengan cara seperti ini."
"Lalu dengan cara apa, Elisa?"
Ada penekanan dalam suaranya.
"Tentu saja dengan cara biasa, 'kan? Sama seperti cara orang-orang mendekati orang yang disukainya." Sebenarnya itu tetap tidak mungkin, karena aku sudah memiliki Ryan.
"Justru aku melakukan ini karena aku tak bisa memilikimu dengan cara yang biasa."
"... Apa maksudmu?"
Tuan Penyekap terkekeh.
"Pertanyaanmu barusan adalah bukti bahwa aku memang tak bisa melakukannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Escape (Edisi Revisi)
Mystery / Thriller((TELAH TERBIT)) Begitu Elisa terbangun, dia menyadari bahwa dirinya berada di dalam sebuah ruangan yang tidak dia kenali dengan keadaan terikat. Bagaimana dia bisa berada di ruangan itu, dia tidak ingat. Seorang lelaki datang dan merawat Elisa...