17

608 29 0
                                    

Untuk kedua kalinya, aku tidak bisa tertidur dengan tenang.

Bagaimana Tuan Penyekap bisa menyimpan barang-barangku? Bukankah itu berarti dia pernah datang ke rumahku? Kapankah itu terjadi? Kenapa aku bisa tidak mengetahuinya? Terlebih lagi ... untuk apa dia menyimpannya?

Daripada aku memikirkan itu, lebih baik aku segera me-nyelesaikan untaian itu dan segera pergi dari sini. Semoga saja nanti malam langit cerah dan aku bisa melanjutkannya.

Sebelum itu, aku harus beristirahat terlebih dahulu.

Tiba-tiba pintu terbuka pelan. Gema langkah kaki mengisi kekosongan atmosfer begitu pintu itu tertutup. Langkah kaki itu bergerak ke kanan. Aku mendengar sesuatu terbuka, lalu tertutup kembali. Dari suaranya, mungkin itu adalah sebuah kotak penyimpanan, atau sesuatu semacam itu.

Langkah kaki itu lalu bergerak mendekatiku.

Aku merasakan sesuatu yang dingin membuka penutup mataku. Saat itu pula aku membuka mata, dan kulihat garis tipis di hadapanku melengkung.

"Selamat pagi," sapanya. "Bagaimana tidurmu? Nyenyak?"

Nyenyak? Aku bahkah hampir tidak bisa tidur. Namun, aku memutuskan untuk menjawabnya dengan anggukan.

Tuan Penyekap tersenyum puas. Ada rasa syukur terpancar dari manik hijaunya. Entah kenapa, aku merasa Tuan Penyekap terlihat sangat bahagia hari ini.

"Akhirnya aku benar-benar bisa mengucapkan 'selamat pagi' lagi padamu," ucap Tuan Penyekap seraya membuka penutup mulutku. Dia lalu mendirikan badanku.

"Elisa," panggilnya. Tidak ada secuil rasa dingin pun yang tersisa pada suaranya. "Kau tahu hari ini, hari apa?"

"Tidak." Aku menggelengkan kepalaku. "Aku tidak tahu."

"Sudah kuduga."

Sesaat kupikir aku akan membuatnya kecewa, tapi ternyata raut wajahnya tak berubah sama sekali.

"Hari ini adalah tepat tiga tahun sejak pertemuan pertama kita."

"Tiga tahun?"

Apa, sih, yang lelaki ini bicarakan? Sedetik pun aku tak ingat pernah bertemu dengannya sebelum ini.

"Kita memang jarang bertemu, tetapi tepat pada hari ini, tiga tahun yang lalu, kita bertemu."

Lebih baik aku diam saja.

"Apa yang sebaiknya kita lakukan hari ini untuk merayakannya?" tanya Tuan Penyekap kemudian.

Kalau bisa, lepaskan aku dari sini untuk merayakannya.

"Kau mau menonton film lagi?" Tuan Penyekap terkekeh.

Aku menggelengkan kepala.

"Atau ... kau mau bermain?"

"Bermain apa?"

"Hmm...." Tuan Penyekap menempelkan sendi jari telunjuknya pada bibirnya. "Catur? Atau domino? Atau yang lain? Apa yang ingin kau mainkan?"

"Bagaimana aku bisa bermain?" tanyaku balik.

Tuan Penyekap tersenyum. Tampaknya dia telah memperhitungkan jawabannya sebelumnya.

"Aku akan mengubah ikatan itu, tenang saja."

Sudah pasti. Dia tidak akan melepaskan ikatanku begitu saja.

"Kalau begitu ... catur saja."

Saat SMP dulu, aku pernah mengikuti perlombaan catur antar kelas dan meraih juara dua. Lumayan, bukan? Yah, walaupun aku tidak tahu kemenanganku itu memang berkat skill-ku atau sekadar hoki.

Let Me Escape (Edisi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang