Tuan Penyekap berdiri. Lalu merapikan pakaiannya dan membebaskan dari debu-debu yang menempel.
"Tunggu sebentar, ya!"
Tuan Penyekap berjalan keluar ruangan. Punggungnya perlahan menjauh dan menghilang dari balik pintu. Ke mana dia ingin pergi?
Pintu kembali terbuka tak lama setelahnya. Tuan Penyekap lalu muncul dari balik pintu. Di kedua tangannya tergantung dua buah cangkir putih berisi kopi. Kepulan asap putih menari-nari di atas masing-masing cangkir. Dia menutup pintu dengan kakinya.
"Aku membawakan kopi untukmu." Tuan Penyekap berjalan mendekat. "Kau suka kopi, 'kan?"
Aku mengangguk dan menjawab, "Aku suka."
Tuan Penyekap duduk di sebelahku dan mengulurkan tangan kanannya, membiarkanku menyeruput kopi hangat itu.
Selesai menyeruput, Tuan Penyekap meletakkan cangkir kopi itu di atas karpet.
"Kalau kau ingin meminumnya lagi, katakan padaku."
Tuan Penyekap lalu menyeruput miliknya.
"Kau ... tidak marah?" tanyaku.
Tuan Penyekap menaruh cangkir kopi, lalu menoleh padaku.
"Marah untuk apa?"
"Aku tidak mengingatmu."
"Tidak," ucapnya. "Aku sudah menduganya."
Kecanggungan kembali datang, memperjauh jarak di antara kami. Seharusnya aku tidak membahas hal itu lagi. Mungkin dia tidak marah, tapi jauh di lubuk hatinya, dia merasa sedih.
"Aku mau minum," ucapku mencoba memecah ke-canggungan.
Aku tidak menyadari Tuan Penyekap sudah memegang kuping cangkirnya kembali saat aku mengatakan itu. Begitu mendengarku, dia langsung melepaskan tangannya dari kuping cangkirnya, kemudian menggenggam milikku. Dia lalu me-ngantarkannya ke depan mulutku. Aku segera menyeruputnya.
"Terima kasih," ucapku selesai minum.
"Sama-sama," jawabnya, kemudian langsung menyeruput kopi yang dipegangnya.
Eh, tunggu ... kalau tidak salah, dia belum sempat menaruh cangkir kopi yang sebelumnya dia berikan padaku ....
"Kopi itu, bukankah itu punyaku?" tanyaku memastikan.
"Iya, ini milikmu."
"Kenapa kau meminumnya?"
"Aku yang membuatnya. Tidak masalah, 'kan, jika aku meminumnya juga?"
"Tidak masalah," jawabku.
Tuan Penyekap tersenyum sambil menaruh cangkir kopi lalu memperhatikan wajahku untuk beberapa saat.
"Ada bekas kopi di dekat bibirmu."
Tuan Penyekap lalu mengelap bagian atas bibirku dengan jarinya. Dingin jarinya berbaur dengan hangatnya kopi yang masih tersisa.
Tuan Penyekap bertanya, "Mau minum lagi?"
Aku mengangguk.
Tuan Penyekap lalu memberikan secangkir gelas, dan aku meminumnya. Namun, entah kenapa Aku merasa ada yang aneh. Tuan Penyekap menyadari raut wajahku yang berubah.
Dia pun bertanya, "Ada apa?"
"Rasa kopinya sedikit berbeda dengan yang tadi. Sedikit lebih pahit," jawabku.
Mendengar itu, Tuan Penyekap hanya terkekeh. Itu terlihat mencurigakan di mataku.
"Tentu saja berbeda. Itu kopi yang sebelumnya kuminum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Escape (Edisi Revisi)
Misteri / Thriller((TELAH TERBIT)) Begitu Elisa terbangun, dia menyadari bahwa dirinya berada di dalam sebuah ruangan yang tidak dia kenali dengan keadaan terikat. Bagaimana dia bisa berada di ruangan itu, dia tidak ingat. Seorang lelaki datang dan merawat Elisa...