Gelap. Pengap. Sunyi.
Ini di mana? Aku tidak bisa melihat apa-apa.
Aku tak bisa menggerakkan baik kaki maupun tangan. Kedua tanganku terikat kencang ke belakang, sedangkan kaki ditekuk ke depan dan diikat. Mata dan mulut pun ditutup oleh selembar kain yang diikat sama kencangnya. Aku tak tahu apa pun. Yang kutahu hanyalah, saat ini sedang berbaring di atas selembar karpet.
Sekuat tenaga aku mencoba membuka ikatan tambang pada tangan. Namun, jangankan membuka, menyentuhnya saja sudah setengah mati. Ditambah lagi, siku dan lengan atasku diikat kencang pula.
Perlahan, kakiku terasa semakin kebas, akibat ditekuk dan diikat kencang layaknya barang yang akan dikemas. Kugerakkan kepala ke sembarang arah, berharap kain yang menutup mata ini terbuka karena bergesekan dengan karpet. Kugerakkan pula badan dengan harapan tali tambang ini akan melonggar. Namun, semua usahaku itu seakan sia-sia saja. Tali ini diikat terlalu kencang.
Meskipun aku tahu itu semua sia-sia, aku terus berusaha sampai akhirnya samar-samar mendengar suara langkah kaki. Langkah kaki itu kemudian berhenti, digantikan oleh suara pintu yang terbuka, kemudian tertutup kembali. Suara langkah kaki itu kini terdengar makin jelas dan makin jelas seiring bertambahnya langkah yang diambil olehnya. Suara itu kemudian berhenti tepat di depanku.
"Kau sudah bangun rupanya."
Suara lelaki.
Kurasakan penutup mata kini melonggar. Lelaki ini membuka ikatannya. Setelah kurasa tidak ada selembar kain yang menutupi, aku perlahan membuka mata.
Buram. Namun, aku tahu ada seseorang di hadapanku, menatap lurus. Sedikit demi sedikit, penglihatanku kembali seperti semula. Hal pertama yang kulihat adalah wajah seorang lelaki. Masih muda. Umurnya sekitar awal 20-an. Tatapannya lurus dan hangat, tetapi aku merasa ada sesuatu yang aneh di dalam tatapannya itu. Dia kemudian membuat lengkungan pada bibirnya.
Sangat menawan. Aku pasti sudah jatuh cinta jika aku tidak bertemu dengannya di tempat ini.
Namun, tidak. Dia pasti orang yang telah membuatku seperti ini. Dia telah menyekapku. Dialah orang yang telah membawaku ke sini.
Tanpa disadari, badanku bergetar saat menatap matanya dalam-dalam. Seketika jantungku berdegup sangat kencang, membuat beberapa butir keringat mengalir dari balik kulit. Sesuatu yang aneh dalam mata itu seakan-akan memaksa masuk ke tubuh. Namun, lelaki ini tampak tak memperhatikan, atau tidak memedulikan reaksi pertama saat aku melihatnya. Dia hanya memegang pundakku dengan lembut, kemudian perlahan mengangkat badan yang tadinya terbaring begitu saja, kini terduduk dengan kaki tetap terlipat. Dia sandarkan punggungku pada tumpukan balok kayu di belakangku.
Kemudian dia mengelus rambutku.
"Jangan takut! Aku ada di sini," ucapnya.
Justru karena keberadaanmulah aku merasa takut.
"Oh ya, kau pasti lapar. Tunggulah sebentar. Aku akan membuatkan makanan untukmu." Lelaki itu kemudian bangkit dan berjalan keluar ruangan. Sebenarnya di saat seperti ini, aku tidak bisa memikirkan makanan.
Terlebih melihat sekeliling. Gelap. Bahkan, dengan mata yang tidak tertutup kain pun, ruangan ini cukup gelap. Hanya dipenuhi cahaya remang-remang. Entah karena minimnya lampu yang menerangi ruangan ini, atau karena sekarang hari sudah larut.
Ruangan ini terlihat seperti gudang yang cukup luas. Banyak barang-barang yang bertumpuk memenuhi dinding. Dilihat dari barang-barang yang disimpan di sini, mungkin ini adalah gudang sebuah rumah. Lantainya terbuat dari kayu. Ada beberapa balok kayu di belakangku, di dekat pintu, dan di pinggir ruangan. Semua barang yang ada di sini ditutupi oleh debu bagaikan salju yang menutupi jalanan dan rumah-rumah pada musim dingin. Meskipun begitu, langit-langit ruangan ini bersih dari sarang laba-laba. Kalaupun ada, hanya sehelai atau dua helai yang tergantung tak berarti. Pintu masuk berada sekitar 6 meter dari tempat aku terduduk lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Escape (Edisi Revisi)
Mystery / Thriller((TELAH TERBIT)) Begitu Elisa terbangun, dia menyadari bahwa dirinya berada di dalam sebuah ruangan yang tidak dia kenali dengan keadaan terikat. Bagaimana dia bisa berada di ruangan itu, dia tidak ingat. Seorang lelaki datang dan merawat Elisa...