9

841 35 0
                                    

"Aku akan mengambilkanmu makanan. Tunggulah sebentar!"

Setelah mengatakan itu, Tuan Penyekap keluar ruangan. Dia kembali lagi beberapa menit kemudian dengan membawa sandwich yang sudah dipotong-potong. Lalu menyuapiku seperti biasanya.

Tak ada satu pun dari kami yang bicarakan. Seperti biasanya memang, tetapi kali ini rasanya berbeda. Keheningan seperti ini rasanya menjadi lebih nyaman. Rasanya aneh sekali. Padahal sebelumnya, aku merasa sangat ketakutan seperti dikejar malaikat maut. Namun, sekarang aku merasa lebih tenang dibanding saat aku pertama kali berada di sini. Rasa takut berubah menjadi tenang dalam waktu kurang dari 24 jam.

Mungkin Tuan Penyekap tidak semenyeramkan yang kupikirkan.

Namun, kalau dia memang orang yang seperti itu, tangan dan tumpukan CD itu apa?

Bisa saja memang ada orang lain di sini, atau di suatu tempat yang lain, yang melakukan itu semua. Barangkali dia kembali ke sini saat aku tertidur sehingga aku tidak menyadari keberadaannya. Orang itu menyuruh Tuan Penyekap untuk menjagaku agar tidak berbuat macam-macam. Sebenarnya Tuan Penyekap ingin membebaskanku, tetapi orang itu mengancam Tuan Penyekap untuk melakukan apa yang diperintahkannya. Dia mengancam dengan mengatakan aku akan membunuhmu ... atau aku akan menyiksamu seumur hidup ... atau aku akan membunuh orang tuamu ... atau semacamnya. Mungkin itu benar. Tuan Penyekap bahkan mengatakan bahwa dia akan mengeluarkanku dari sini. Mungkin dia sedang menunggu saat yang tepat untuk bisa mengeluarkanku dari sini.

Jika benar begitu, kenapa dia menyuruh Tuan Penyekap untuk melakukan ini semua? ... Oh, mungkin saja untuk berjaga-jaga agar jika aku kabur dari sini dan melapor pada polisi, orang yang kulaporkan adalah Tuan Penyekap. Sehingga orang itu bisa berkeliaran menghirup udara bebas. Dia melakukan itu semua untuk mencuci tangannya dari kejadian ini.

Namun, siapa orang itu? Kenapa dia melakukan itu semua?

Masih banyak yang tidak kuketahui. Sejauh ini aku hanya bisa membuat hipotesis. Aku bahkan tidak benar-benar yakin bahwa memang ada seseorang yang lain yang mengendalikan ini semua dari balik layar.

Setelah aku berhasil menemukan bukti keberadaan orang itu, aku akan menggiring orang itu ke balik bui secepatnya. Dengan begitu, aku dapat kembali ke kehidupan normalku.

Tak terasa, sandwich yang Tuan Penyekap berikan sudah habis. Tuan Penyekap mengelap sisa mayones di bibirku dengan jarinya yang dingin.

"Elisa," panggilnya, "aku punya sesuatu untukmu."

Aku terdiam sebentar, kemudian bertanya, "Apa itu?"

Tuan Penyekap tersenyum lalu merogoh saku celana dan menunjukkannya persis di depan mataku. Sebungkus cokelat!

"Kau terlihat sedikit lesu hari ini. Kurasa cokelat dapat membuatmu sedikit lebih ceria."

"Untukku?" tanyaku.

"Siapa lagi jika bukan kau?"

Lelaki itu membuka bungkus cokelat itu dan menyodorkannya padaku. Aku melahapnya sedikit demi sedikit, menikmati rasanya.

"Kau suka cokelat?" tanya Tuan Penyekap.

"Tidak ada yang tidak suka cokelat," jawabku.

"Tentu saja ada, bukan?"

"Ada, tapi hampir tidak ada."

"Tadi kau bilang tidak ada."

Rasanya aku seperti diinterogasi. Aku tidak meng-hiraukannya dan terus memakan cokelat itu. Dari sudut mataku, kulihat Tuan Penyekap tersenyum. Tatapan matanya tak pernah lepas dari wajahku. Dia tidak mengatakan apa pun dan terus memperhatikanku seperti murid memperhatikan gurunya di tengah pelajaran.

Let Me Escape (Edisi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang