14

664 29 0
                                    

Dia menjawab dengan rasa puas terselip dalam nada bicaranya, meskipun raut mukanya tetap tak berubah. "Bagus."

Tuan Penyekap menepuk pelan kepalaku, lalu mengulurkan potongan roti lainnya padaku.

"Sekarang, habiskanlah makananmu!"

Kenapa? Kenapa? Kenapa aku tak bisa melawannya? Karena rasa takutkah? Tapi, apa yang diperbuat Tuan Penyekap sehingga aku merasa takut?

Sepotong demi sepotong roti Tuan Penyekap berikan padaku. Tak peduli berapa potong yang kutelan. Tak ada satu pun dari mereka yang dapat kunikmati rasanya. Kepalaku kosong. Tak terasa, beberapa potong roti yang semula tergeletak di atas piring, kini tak dapat kulihat satu pun.

Dia kembali menepuk kepalaku.

"Elisa," panggilnya, "temanku akan berkunjung ke sini nanti."

Tuan Penyekap menaruh piring di atas karpet dan mengambil selembar kain yang dilipat rapi dari dalam sakunya.

"Karena itulah ...." Tuan Penyekap membuka lipatan kain, lalu melipatnya lagi sejajar. "Kau harus bersikap tenang mulai dari sekarang. Oke?"

Tuan Penyekap menatapku dengan senyum seperti biasanya.

Aku menganggukkan kepala.

"Anak baik."

Tuan Penyekap menggerakkan kainnya menuju mulutku. Dia lalu mengikatnya ke belakang. Sudah kuduga. Dia tidak ingin temannya mengetahui keberadaanku jika aku mengeluarkan suara. Dia juga menutup mataku.

Sebenarnya ini kesempatan bagus. Dengan keberadaan orang lain di rumah ini, aku bisa memberikan suatu kode padanya untuk menyelamatkanku. Masalahnya hanya bagaimana menyampaikan kode itu tanpa diketahui Tuan Penyekap.

Tepat setelah Tuan Penyekap selesai mengikat penutup mataku, bel pintu berdering.

"Jangan berbuat macam-macam, mengerti?" tanyanya sekali lagi.

Dia mengelus pelan kepalaku, lalu berjalan menjauh. Tak lama setelah mendengarnya menutup pintu, dari kejauhan terdengar bunyi pintu lain terbuka, disusul oleh suara lelaki lain. Tak lama setelahnya, pintu itu kembali tertutup.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, semua yang kudengar hanyalah suara lelaki asing itu—yang sedikit lebih rendah dari Tuan Penyekap—dan suara Tuan Penyekap sendiri. Mereka terus berbincang—aku tdak tahu apa yang mereka bincangkan. Aku tak dapat mendengar dari sini. Terkadang suara bincangan itu digantikan oleh gelegar tawa salah satu, atau mereka berdua.

Girang sekali mereka. Sedangkan aku, harus meringkuk di ruangan yang dingin ini sendirian.

Selain suara tawa mereka, yang dapat kudengar tak jauh dari gumaman—atau mungkin bisikan. Andai mereka berada lebih dekat dengan ruangan ini. Aku bisa mendengar percakapan mereka dan kalau aku beruntung, aku dapat memperoleh suatu info tentang keberadaan tempat ini, atau tentang Tuan Penyekap.

҉

Bagaimana aku bisa memberitahu lelaki asing itu tentang keberadaanku?

Aku tak bisa membuat kebisingan. Tuan Penyekap pasti akan menyadarinya terlebih dahulu. Dan kalau itu terjadi ... tamatlah sudah.

Bagaimana jika aku membuat sinyal SOS dari senter? Di ruangan ini ada banyak sekali barang. Mungkin saja ada sebuah senter bersembunyi di suatu tempat. Selanjutnya, aku tinggal memberikan sinyal dari tempat yang tidak dapat dilihat oleh Tuan Penyekap. Ah, tidak. Jangan senter. Sinar lampu senter terlalu terang. Laser lebih baik. Ah, tapi, sinar laser tetap akan terlihat hingga ke ujung rumah. Tuan Penyekap pasti dapat melihatnya juga. Mungkin memang lebih baik senter saja. Tapi, senter kecil seperti yang ada pada pulpen senter.

Let Me Escape (Edisi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang