"Kabur pun percuma, Elisa," ucapnya.
Badanku menjadi lemas seketika. Aku menurunkan kakiku kembali. Kupijaki kembali satu per satu balok kayu yang kususun membentuk undakan. Setiap balok kayu yang kupijak, getaran yang dibuat oleh kedua kakiku semakin bertambah.
Begitu aku berhasil menapak lantai, Tuan Penyekap berjalan menjauhiku. Aku tidak tahu apakah aku harus mengikutinya, atau tidak. Aku memilih yang pertama.
Tiba-tiba Tuan Penyekap mendaratkan tangannya pada keramik tua yang terduduk di atas rak. Dengan cepat, dia pun me-lemparkannya ke kanan. Keramik itu seketika berubah menjadi puing-puing dalam hitungan kurang dari satu detik.
Napasku tercekat. Tanpa sadar kakiku melangkah mundur. Kakiku menambah amplitudo getarannya yang sekarang merambat ke seluruh tubuhku.
Belum puas, Tuan Penyekap kembali mendaratkan tangannya pada barang lain dan melemparnya asal. Lantai pun menjadi penuh dengan puing-puing, atau patahan-patahan barang yang dia lemparkan. Ada satu atau dua barang yang masih beruntung—tidak hancur setelah dipaksa berhantaman dengan lantai. Begitu semangatnya Tuan Penyekap menubrukkan barang ke lantai, hingga membuat kayu lantai mencuat di beberapa tempat.
Pemandangan itu akhirnya berhenti. Namun, Tuan Penyekap tetap tidak berpaling melihatku. Dia hanya menunduk sembari memegangi kepalanya selama beberapa menit.
Meskipun dia sudah kelihatan lebih tenang, nyatanya hal itu malah membuat tubuhku menolak untuk menghentikan getaran yang ada. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah menatap punggungnya. Kurasa getaran tubuhku juga menahan pita suaraku untuk bergetar.
Dengan susah payah, aku pun berkata, "K-kau tidak ap—"
"Apa kau tahu apa yang kaulakukan, Elisa?!"
Tuan Penyekap akhirnya membalikkan badannya. Tekanan yang dia berikan membuat langkahku mundur kembali. Dinding ruangan menyentuh pelan punggungku.
"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak melanggar janjimu lagi?"
Perlahan Tuan Penyekap mulai memotong jarak di antara kami berdua dengan gema langkahnya.
Getaran tubuhku kini merambat ke gigi, membuat gemeletuk terdengar jelas di telinga.
"Kenapa kau melakukannya lagi?"
Aku berharap bisa menjebol dinding di belakangku, sehingga aku bisa menambah jarak di antara kami yang sudah dia kurangi.
"Elisa, jawab aku!"
Apa yang harus kukatakan padanya?
Aku sangat bersyukur jika tiba-tiba muncul beberapa pilihan jawaban di hadapanku seperti di visual novel. Aku hanya perlu memilih yang mana yang benar. Dan jika aku salah, aku hanya harus me-load save-an sebelumnya. Andai hidup semudah itu.
Tuan Penyekap menendang kursi kayu di sebelahnya. Aku tahu kursi kayu itu tidak menghalangi langkahnya. Dia hanya melakukan itu karena emosi di dalam dirinya meletup.
"Kenapa kau tak mau menjawabnya, Elisa?"
Aku memalingkan wajahku darinya.
"Kau tahu 'kan, apa yang kaudapat jika kau melanggar janjimu sekali lagi?"
Kurasakan volume udara yang memasuki paru-paruku kian banyak. Masing-masing dari mereka mencoba meredam getaran yang kuciptakan, tapi tak satu pun berhasil.
Tuan Penyekap mempertajam tatapannya padaku.
"Jawab aku! Jangan diam saja, kau ini bukan patung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Escape (Edisi Revisi)
Mystery / Thriller((TELAH TERBIT)) Begitu Elisa terbangun, dia menyadari bahwa dirinya berada di dalam sebuah ruangan yang tidak dia kenali dengan keadaan terikat. Bagaimana dia bisa berada di ruangan itu, dia tidak ingat. Seorang lelaki datang dan merawat Elisa...