4

1K 42 4
                                    

Tanpa membuang waktu lagi, aku segera membuka ikatan lainnya. Lengan bawah, lengan atas, pergelangan kaki, tungkai bawah, tungkai atas, dan mulut. Akhirnya, aku terbebas dari tali-tali itu. Beberapa bagian badanku sempat berbunyi saat kuregangkan.

Aku berjalan ke tempat Tuan Penyekap mengambil kardus tadi. Kakiku masih terasa sakit saat berjalan karena sudah lama tidak digerakkan.

Baru beberapa langkah yang kuambil, aku berhenti kembali. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk kabur. Tuan Penyekap sedang pergi. Kemungkinan besar tidak ada orang lain di bangunan ini. Haruskah aku langsung kabur, atau melihat isi kardus itu dulu?

Baiklah. Sebentar saja. Aku hanya akan melihat isi kardus itu sebentar saja. Sekadar untuk membunuh rasa penasaranku.

Sebelum keluar ruangan, Tuan Penyekap sempat mengembalikan kardus itu ke tempatnya semula, di atas lemari. Ukuran lemari itu sebenarnya tidak terlalu besar, tetapi cukup tinggi bagiku. Barangkali tidak bagi Tuan Penyekap. Ada beberapa kardus lain di atas lemari, tapi aku yakin bahwa kardus yang tadi diambil oleh Tuan Penyekap adalah yang paling depan. Aku mengambil kardus itu dengan hati-hati setelah menjulurkan tangan sepanjang mungkin dan sedikit berjinjit. Setelah kardus itu berada di tangan, aku menaruhnya di atas lantai dan membukanya.

Ternyata benar. Ada banyak CD bertumpuk di dalam kardus ini. CD-CD ini dibiarkan bertumpuk begitu saja tanpa dirapikan. Masing-masing dari CD ini ditempatkan di dalam tempat CD yang terbuat dari plastik dan diberi nama. Kulihat CD itu satu per satu.

"Pergi ke Kampus - 11 Januari 2017", "Reuni dengan Temannya – 13 Januari 2017", "Makan Malam Bersama Pacarnya - 14 Januari 2017", "Berlibur Bersama Orang Tuanya – 15 Januari 2017", "Beristirahat di Rumah – 8 Januari 2017", "Pergi ke Toko Buku – 10 Januari 2017", "Membeli Ponsel Baru – 16 Januari 2017", "Bersantai di Kafe – 17 Januari 2017", "Menemani Temannya Membeli Baju – 20 Januari 2017", "Pergi ke Pantai – 3 Januari 2017", "Melihat Kembang Api – 1 Januari 2017", "Terjebak Hujan di Jalan Pulang – 10 Januari 2017", "Telat Datang ke Kampus – 16 Januari 2017", "Tidak Sengaja Menjatuhkan Ponselnya – 13 Januari 2017", ...

Ada banyak sekali CD di dalam kardus ini. Dan kalau isinya sesuai dengan judulnya, berarti isi CD-CD ini adalah kegiatan sehari-hari seseorang. Mungkin dalam bentuk video.

Beberapa judul CD-CD ini terasa janggal. Ada beberapa yang menggunakan kata ganti "-nya" seperti "Temannya", "Pacarnya", "Orang tuanya", dan lainnya. Aku yakin isi CD-CD ini bukanlah kegiatan sehari-hari Tuan Penyekap. Tuan Penyekap pasti seorang penguntit, dan dia telah merekam kegiatan sehari-hari seseorang. Dilihat dari orientasi seksualnya, orang yang dia kuntit adalah perempuan.

Rasa penasaran kian bertambah saat kuperhatikan judul CD yang lain. Tuan Penyekap menyimpan semua kegiatan orang yang dia kuntit dengan sangat detail. Tidak ada tanggal yang terlewat. Bahkan, ada beberapa CD yang memiliki tanggal yang sama.

Kurasa sudah cukup melihat-lihat isi kardus ini. Aku pun mengembalikan kardus ini ke tempatnya semula. Saat itulah aku menyadari ada sebuah tulisan pada salah satu sisi kardus.

"Januari 2017"

Ditulis dengan spidol hitam.

Aku berjalan mundur menjauhi lemari itu. Kuarahkan pandangan ke atas lemari. Samar-samar aku melihat tulisan pada kardus lainnya.

"November 2016", "Desember 2016", "Oktober 2016", "Februari 2017", .... Aku tidak dapat melihat sisanya.

Kalau pendapatku benar, isi kardus yang lainnya sama dengan yang barusan aku lihat.

Namun, kalau aku benar, bagaimana keadaan orang yang dia kuntit itu? Masihkah dia menguntitnya? Atau mungkin, dia sudah ketahuan dan orang itu memanggil polisi dan membuatnya patah hati, atau sesuatu yang lain yang membuat Tuan Penyekap tidak menguntit orang itu lagi, lalu Tuan Penyekap membawaku ke sini sebagai ganti orang yang dia kuntit?

... entah kenapa memikirkan itu membuatku merasa jengkel.

Bagaimanapun juga, Tuan Penyekap telah menculik, menyekapku, dan menguntit seseorang. Tuan Penyekap sudah pasti orang yang berbahaya. Tempat yang pas untuknya adalah di balik bui. Aku yakin di dalam ruangan ini ada beberapa barang lain yang dapat menyeretnya ke tempat itu.

Haruskah aku mencarinya? Atau segini saja sudah cukup?

Kurasa belum. Namun, aku tak bisa berlama-lama di sini. Aku harus cepat-cepat keluar sebelum Tuan Penyekap kembali. Begitu bisa keluar dari bangunan ini, akan kulaporkan Tuan Penyekap kepada polisi. Dia akan ditahan dengan tuduhan penculikan dan penguntitan.

Aku membuka pintu ruangan. Pada saat itu, aku melihat pintu di ujung bangunan ini terbuka secara bersamaan. Sial, ternyata Tuan Penyekap sudah kembali. Bisa gawat kalau dia tahu aku ingin kabur dari sini.

Aku menutup pintu kembali, lalu berlari ke tempatku seharusnya berada. Dengan cepat, aku menyambar tali-tali yang sebelumnnya mengikatku. Aku mengikat pergelangan kaki, tungkai bawah, dan tungkai atasku sekadarnya. Aku bahkan tidak tahu apakah ikatan yang kubuat sama seperti yang dibuat oleh Tuan Penyekap. Namun, paling tidak, tidak akan langsung ketahuan.

Setidaknya, itu yang kuharapkan.

Aku menutup mulut dengan kain. Lalu sekarang adalah bagian yang paling sulit.

Bagaimana aku mengikat tanganku dengan tanganku sendiri?

Sudahlah, aku tak punya banyak waktu. Kucoba saja se-bisaku. Apakah nanti berhasil atau tidak, aku tidak tahu.

Pertama, kulingkarkan tali-tali itu pada lengan atasku. Berhasil memang, tapi ikatannya sedikit longgar. Lalu, sekarang aku harus mengikat lengan bawahku. Aku melakukan hal yang sama saat seperti aku mengikat lengan atasku, namun setelah itu, aku menurunkan talinya sehingga kelihatannya seperti mengikat lengan bawahku. Dan yang terakhir, pergelangan tanganku. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana seharusnya aku mengikatnya. Sehingga, aku hanya melingkarkannya sebisaku dan memegang erat ujung tali agar tidak mudah terlepas.

Setelah selesai semua, aku menyenderkan punggung pada tumpukan balok kayu di belakangku. Aku bernapas lega, tetapi degup jantungku sepertinya masih belum tenang. Aku bersyukur Tuan Penyekap tidak langsung masuk ke ruangan ini. Kudengar langkah kaki Tuan Penyekap mondar-mandir di dalam rumah.

Rumah? Ya, rumah.

Saat aku membuka pintu tadi, aku melihatnya sekilas. Di dekat pintu di ujung rumah ini ada beberapa kursi dan sebuah meja—sebuah ruang tamu. Di sebelah kiri, aku melihat dapur, dan di depannya ruang makan. Di sebelah kanan ada beberapa pintu dan tangga. Hanya itu saja yang kuingat.

Aku menunggu kedatangannya dengan cemas. Semoga Tuan Penyekap tidak melihat pintu ruangan ini sempat terbuka.

Setelah beberapa lama, akhirnya Tuan Penyekap datang. Dia membawa segelas susu di tangannya.

"Elisa," panggilnya dengan nada riang, "aku membawakan susu untukmu. Kupikir, kau harus meminumnya."

Dia berjalan mendekat. Setiap langkah yang diambilnya membuat jantungku berdegup lebih kencang. Semoga dia tidak menyadari ikatan yang dibuatnya berubah.

Dia berjongkok dan membuka ikat mulutku setelah menaruh susu itu di atas karpet. Lalu dia segera memberiku susu. Aku segera meminumnya tanpa perlawanan.

"Sudah habis." Senyumnya melebar di pipinya. "Kau gadis yang baik."

Dia tak menyadari ikatanku yang melonggar.

Aku merasa tenang akan hal itu. Sangat tenang. Aku pun merasa semakin tenang ... dan semakin tenang ....

Pandanganku pun menjadi gelap.

Hal terakhir yang kulihat adalah senyum Tuan Penyekap yang tak hilang dari wajahnya, serta ucapan selamat tidur yang terdengar samar-samar dari mulutnya.


Let Me Escape (Edisi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang