Selama bel istirahat berbunyi, Emely langsung menarik Kath ke kantin, menemui Aura yang sudah menunggu beserta GAL. Kath berhenti melangkah ketika hendak sampai di meja yang Gavin tempati. Di lepaskannya tangan Emely "Em" Kath menggeleng "Gue ke kelas aja" Emely menyetujui, mungkin Kath masih butuh waktu sendiri.
Emely duduk di samping Aura. Gavin yang tidak melihat Kath di sisi Emely mencoba diam, tidak ingin ikut bertanya "Katanya tadi Kathryn pengen di kelas aja" ucap Emely memberi tau.
Serena bersender di pundak Gavin, Gavin tidak risih, ia memang sudah terbiasa dengan sikap Serena. Sejak mereka menjalin hubungan, Gavin bisa dikatakan tidak dingin kepada Serena "Eh PHO. Mending lu balik ke Alsum aja dah" tukas Aura pedas.
Serena yang merasa tersindir, duduk tegap dan menaikkan sebelah alisnya "Lo nyindir gue?!"
"Kalo ga karena lo. Siapa lagi yang ngancurin hubungan Kathryn?!" Tanya Aura meninggikan ucapannya.
"PHO Keparat" gumam Aura menggebrak meja, langsung berdiri, menjauh dari mereka semua.
Gavin butuh obat penenang. Foto yang dikirim Serena benar benar real. Bukan ilusi atau editan "Gav? Gue mau ngomong sama lo" ujar Emely datar, terdapat nada tajam di dalamnya "Dan lo Bitch. Gausah ikut campur" ancam Emely kepada Serena yang terlihat ingin ikut. Gavin mengangguk menyetujui.
Emely berjalan lebih dulu, diikuti Gavin di belakangnya. Emely berhenti di parkiran, tempat yang diyakini tidak ada yang bisa mendengar percakapannya. Percakapan empat mata dengan seorang Gavin Dylan, anak pemilik Taruna. Emely melipat tangannya di depan dada "Lo percaya sama Kathryn?"
Gavin mengernyit bingung "Ck. Gue tau lo percaya sama foto begituan. Gue juga percaya Gav, tapi bisa ga sih lo dengerin dulu penjelasan Kathryn?!"
Gavin mengusap wajahnya kasar kemudian beralih mengibaskan rambutnya ke belakang "Apa yang harus gue percaya?"
"Lo terlalu mudah mengambil keputusan. Dengerin gue nih ya Gavin. Kevral emang meluk Kath. Tapi lo tau ga kenapa Kath ga berontak sama sekali?" Emely tidak perlu bertanya secara bertele tele, langsung ke Intinya adalah kriteria Emely. Bukan Emely saja, KAE pun sama.
Emely benar, Gavin tidak tau. Gavin terlalu mudah kebawa emosi "Kevral bakal pindah ke Spanyol. Itu tandanya Kath nyimpulin perlakuan Kevral untuk yang terakhir kalinya. Bahkan, Kath anggap Kevral sahabat Gav. Sahabat. Dan lo dengan mudahnya percaya gitu aja?"
"Lo seharusnya tau keterpurukan Kath selama ini Gav. Lo kelemahan Kathryn. Lo yang ngerubah hidup Kathryn. Lo ngerasa ga sih kalo Kathryn itu sikapnya beda ke lo?" Lanjut Emely yang mencoba sedikit tenang.Gavin tidak berkutik. Dia terlalu larut dalam emosi. Seharusnya dia percaya pada Kath, Kath butuh Gavin. Yang diucapkan Emely memang benar.
Kath memang menatap tajam Gavin. Tapi itu dulu, bahkan di dalam mata tajam Kath, menyimpan siratan makna yang Gavin sendiri tidak tau. Kath terlalu rumit untuk Gavin perkirakan.
"Terus sekarang Kath dimana?"
Emely memutar bola matanya "Heleh. Ya Elu cari lah Gav. Btw, muka Kath pucet banget tau. Gue perhatiin sih dari kemarin pas gue ketemuan sama dia"
"Sepertinya dia sakit" tambah Emely.Ingatan Gavin langsung melayang ke kejadian kemarin sore, disaat derasnya hujan, kejadian yang tidak ingin Gavin alami akan hubungannya. Kath tampak pasrah saat Gavin membentaknya "Kita break" itu yang Gavin ucapkan terakhir kemudian meninggalkan Kath yang Gavin liat dari kaca mobil, Kath terduduk lemas walau hujan masih mengguyur kota Jakarta.
Gavin langsung berlari menuju kelas Kath, tidak perduli bel masuk baru saja berbunyi.
Sosok yang di cari sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya "Kathryn mana?" Tanya Gavin pada salah satu murid yang berada di dekat pintu.
"Ta-tadi gue li-at Aura ba-bawa Kathryn ke UKS Gav"
Gavin langsung berlari menuju sudut koridor. Ruangan yang dipenuhi obat obatan. UKS Taruna memang bisa dibilang lengkap, tidak jarang banyak yang betah berlama lama disini untuk sekedar bolos dari jam pelajaran. Tapi Kath sama sekali tidak betah dengan yang namanya Rumah sakit dan semacamnya "Kathryn?" Panggil Gavin ketika memasukkan kepalanya ke pintu UKS.
Kathryn yang tidur membelakanginya, berbalik ketika mendengar suara yang sangat Familiar di telinganya. Kath mengalingkan wajahnya ketika matanya dengan mata Gavin bertemu.
Aura berjalan keluar kelas, sebelumnya berpesan pada Gavin "Gue kasih lo waktu berdua" Aura menepuk bahu Gavin dua kali, kemudian pergi meninggalkan Gavin dan Kath berduaan.
Kathryn kembali tidur membelakangi Gavin. Gavin masuk kedalam UKS, menutup pintu rapat "Kath?" Panggilnya berdiri di depan Kath yang hanya bisa menatap objek apapun kecuali Gavin sendiri.
"Aku minta maaf" Kath mendongakkan kepalanya keatas karena Gavin masih berdiri tegap di depannya.
"Gue yang salah. Jadi lo gausah minta maaf" jawab Kath tajam.
Gavin menumpu kakinya ke lantai UKS, di genggamnya tangan Kath "Aku terlalu nyimpulin sendiri Kath. Seharusnya aku dengerin penjelasan kamu"
"Aku bener bener minta maaf Kath"Kathryn menghela nafas berat ketika melihat Gavin menundukkan kepalanya "Hm"
Gavin mengangkat sudut bibirnya keatas, senyumnya mengembang "Kamu beneran maafin aku?"
Kath memutar bola mata malas "Iya sayang"
Selama diam beberapa detik, Gavin memeluk Kath erat, mengelus rambut Kath yang berwarna pirang disaat matahari menerpanya "Besok aku mau kenalin kamu ke Orang tua aku" Kath tersenyum kecil di dalam pelukan Gavin. Kath tidak menjawab, hanya mengangguk menyetujui tawaran Gavin.
"Serena cuma nge jebak lo" batin Kath.
Di balik pintu UKS. Sahabatnya tengah tersenyum bahagia melihat keduanya saling berbaikan.
"Tembok es lo roboh Kath, karena Gavin" batin Aura dan Emely masih dengan senyuman.
Setelahnya, Gavin menemani Kath di UKS sampai jam pelajaran terakhir selesai.
Hallo!!!
Maaf banget aku baru bisa update, udah lama, update nya dikit pula.
Karena aku kan udah kelas 3 SMA, mau UN jd lg detik2nya simulasi juga hehe. Jangan lupa vote dan komen yha! Terima kasih, salam Ririn.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories Left Behind
Teen FictionSinopsis Seorang gadis dengan jutaan kenangan yang pernah saling menyemangati dengan seseorang namun orang tersebut telah meninggalkannya tanpa alasan. Sifatnya yang periang, murah senyum, petakilan, berubah menjadi sosok yang sangat dingin, jarang...