DUA PULUH EMPAT

212 22 0
                                    

Yuhu. Gue buatnya dua kali lipat nih. Part terpanjang. Vomment yah. Terima kasih :*

■■■

Suara kicau burung camar membangunkan Kath dari tidurnya, Kath berjalan ke kamar mandi masih dengan setengah sadar. Setelah selesai, Kath memakai seragam sekolahnya dan sepatu sekolahnya yang sudah di siapkan oleh bi Ijah. Dilihatnya bi Ijah tengah menaruh nasi goreng di meja makan, dan senyum Kath mengembang. Kath makan dalam diam. Di dengarnya bi Ijah bersenandung dari taman belakang rumahnya. Getar ponselnya berbunyi di atas meja makan.

Gavin Dylan : Kita berangkat bareng. Aku Otw.

Kathryn Cristhine P : Iya

"Bi, Tolong buatin aku bekel roti ya" ucap Kath setengah berteriak.
"Iya Non" teriak bi Ijah dari taman belakang, mendekat ke dapur.

Kath kembali melanjutkan makannya, dan dilihatnya bi Ijah tengah mengoles mentega di dapur. Suara bel rumahnya berbunyi, salah satu bodyguard nya yang membukakan pintu rumahnya "Kath?"

Kath menghampiri Gavin, di elusnya rambut Kath pelan oleh Gavin dan mencium aroma vanilla dari rambut pirang Kath "Kamu udah sarapan?" Gavin menggeleng.

"Bentar ya" ujar Kath kembali ke dapur, mengambil kotak makan dan diberikan kepada Gavin "Nih. Tadi aku udah suruh bibi buatin buat kamu"

"Makasih ya sayang" jawab Gavin yang dibalas anggukan oleh Kath.

"Bi, Aku berangkat dulu ya" pamit Kath yang sudah memasang tas nya di punggung.
"Iya Non. Ati ati di jalan ya" jawab bi Ijah setengah berteriak.
Kath hendak menyalami bi Ijah. Namun tertunda ketika melihat bi Ijah sedang sibuk memotong rumput yang berada di taman belakang rumahnya.

Hanya suara keheningan yang terjadi, Kath sibuk dengan ponselnya. Ia tidak membuka obrolan grup bersama sahabatnya.
Lagi pula, nanti mereka akan bertemu di sekolah. Tak terasa bagi Gavin, hubungan mereka sudah hampir sebulan. Tidak terasa juga untuk Kath, hampir sebulan waktu yang lama untuk Gavin. Mengingat dia belum pernah pacaran.

Gavin memarkirkan mobilnya di area parkir sekolah. Berjalan bersisian dengan Kath, tangan mereka saling mengapit. Teman temannya menghampiri mereka yang sudah setengah perjalanan. Aura dan Emely langsung memeluk Kath, dan Gavin beserta sahabatnya ber high five ria. Kedua geng yang awalnya tidak saling suka, menjadi dekat. Tidak jarang banyak yang mempertontonkan mereka.
"Gav. Minggu depan kita tanding lawan Pelita"
"Sekolah kita menang?" Tanya Aura. Leo mengangguk.
"Babak final" saut Arkan.

Kath saja baru tau kalau Taruna ternyata menang melawan Alsum. Dan finalnya akan melawan Pelita, yang pemainnya bukan orang yang mudah untuk di tandingi.

Keduanya mencari kelas masing masing. Aura sedih karena kedua sahabatnya berbeda kelas dengannya. Dan itu sempat jadi kebahagian untuk seorang Playboy macam Leo.
Suara bel masuk menginterupsi keduanya "Nanti aku ke kelas kamu pas bel istirahat bunyi" ucap Gavin mengacak rambut Kath yang akhir akhir ini sudah menjadi kebiasaannya kemudian berlalu pergi. Kath tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Gavin.

Emely sudah memilih tempat duduk di pojok paling kanan barisan dekat jendela. Kath duduk di samping jendela dan Emely disebelahnya.
"Em?"
Emely menoleh "Kenapa Kath? Muka lo kayak ketakutan gitu"
Kath menggeleng "Gue cuma kepikiran sama omongan Sisca waktu itu"

"Tentang minggat?" Lagi lagi Kath menggeleng "Tentang murid baru?" Kath mengangguk "Gue juga sempet kepikiran sih Kath. Lagian, ngapain si cabe ngasih tau begituan ke Gavin. Tumben tumbenan" Kath ber 'Oh' ria mendengar penjelasan Emely.

"Baik anak anak. Saya selaku wali kelas kalian......" ucap pak Indra tiba tiba memecah obrolan Kath dan Emely. Pak Indra salah satu guru biologi Kath sekaligus wali kelasnya.

The Memories Left BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang