SATU

518 39 0
                                    

Gadis manis dengan rambut pirang sampai di Bandara Soekarno Hatta. Dengan setelan yang melekat pas di tubuhnya dan sepatu Converse putih di kaki jenjangnya. Tak lupa, dua buah koper di genggaman kedua tanganya.

Banyak lelaki yang memperhatikan dirinya. Bagaimana tidak? Kulit putih, tinggi, kaki mulus, bola mata bulat, pipi tembam, rambut coklat dengan pirang disudut bawahnya, bibir merah muda natural. Perfect.

Sepanjang perjalanan, hanya earphone yang terpasang di kedua telinganya, tak lupa putaran musik kesukaannya yang terdengar.

Kepindahannya hari ini disambut antusias di kediaman keluarga Petrov.

Kathryn Cristhine Petrov. Anak kedua dari tiga bersaudara. Mempunyai kakak dengan wajah tampan Relly Allbert Petrov. Dan adik tak kalah cantik bernama Kelly Cristhine Petrov. Dengan wajah datar seperti biasanya, Kath hanya menanggapi dengan bahu acuh tanpa menatap semua keluarganya.

"Gimana perjalanannya Kath?" Tanya wanita paruh baya berumur 36 tahun.

"Iya gimana Kath?" Tanya Allbert. Papa Kath.

"Bawa oleh-" dengan cepat Kath memotong pertanyaan kedua saudara kandungnya itu "Aku ngantuk mau istirahat" ucapnya langsung menaiki anak tangga, menuju kamarnya tanpa memperdulikan kopernya yang masih bertengger di pintu utama.

Mery, bundanya. Bukan, lebih tepatnya Ibu tiri Kath hanya memasang raut wajah sedih. Sudah hampir 1 tahun belakangan ini hanya bisa berharap Kath menerima kehadirannya. Allbert yang tau betul jarak antara istrinya dengan anaknya itu hanya bisa menenangkan tanpa ikut campur jika menyangkut Kath.

Kath melepas sepatunya dan melemparkannya asal begitu saja. Berjalan menuju kamar mandi, berendam air dingin adalah pilihannya sekarang. Tak perduli waktu sudah malam. Selesainya, ia mengambil ponselnya di atas tempat tidur yang dibiarkannya mati begitu saja sejak berangkat dari Spanyol. Begitu menyalakan ponselnya, gerakannya terhenti saat melihat wallpaper wanita paruh baya berumur 32 tahunan masih terlihat bugar tengah tersenyum kearah kamera. Tak lupa sosok anak gadis di genggaman wanita paruh baya tersebut. Tangannya mengulas lembut layar ponsel miliknya, kecupan singkat berlangsung selama 5 detik. Buliran air mata turun begitu saja. Masuk sekolah di Indonesia bukan pilihan sebenarnya.
"Kalo Mama udah ga ada, kamu ikut Papa"

Kath hanya ingin menuruti kemauan Allbert jika sudah bersangkutan dengan Mamanya. Baginya, sosok Mama adalah segalanya "Ryn kangen Mama" gumamnya sendu.

Kath akan pindah tepat kelas 11. Masa Orientasi Siswa seharusnya sudah tidak ada, hanya saja saat OSPEK murid baru, dibatalkan karena pemilik yayasan mengadakan acara rapat besar besaran diseluruh Indonesia. So, jadilah Ospeknya dikelas 11.

Dilaksanakan MOS dari kemarin. Namun, Kath baru akan masuk Lusa. Itulah yang dikatakan Allbert seminggu yang lalu Via telefon kepada Kath. Kath cuma bisa mengikuti alurnya.

"Kak disuruh makan malem sama Papa" teriak Key, adik Kath dari balik pintu sembari menggedor pintu, membuyarkan lamunan Kath tentang Mamanya.

Kath segera menyeka air matanya, membuka pintu. Key sudah menghilang di pandangannya. Kath berjalan menuruni anak tangga menuju meja makan. Lengkap. Itulah yang dideskripsikan malam ini bagi Kath. Semua keluarganya sudah berada di meja makan, menunggu kehadirannya.

Bagi Mery, ini pertama kali makan bersama Kath. Tanpa hentinya Mery senyum kearah Kath. Walau Kath tetap menampilkan wajah datar dan dingin andalannya.

Dengan wajah datar, Kath mendudukan bokongnya. Makan dalam diam, tanpa ikut obrolan keluarganya juga debat abang dan adiknya itu.

Allbert berdeham "Kamu lusa udah masuk sekolah Kath" Kath hanya merespon dengan anggukan kepala pertanyaan Allbert tanpa ingin menatapnya.

The Memories Left BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang