Rumah tabon yg sunyi meski anggota keluarganya lengkap berkumpul, apalagi Bhairam dan Salima yg sudah di Jogja sejak 2 hari yg lalu ketika Hassan menjelang detik – detik kematiannya belum memutuskan utk pulang ke Brebes krn besok pagi kebetulan adl hari wisuda putri kesayangan mereka, Ruqqaia.
Suasana makan malam pun senyap. Rahim yg biasanya berceloteh riang kali ini diam krn masih merasa kehilangan Hassan. Apalagi Ruqqaia. Gadis itu semakin hari semakin dihimpit rasa bersalah atas kematian Hassan. Kedua orang tua mereka juga memilih utk menyimpan pita suaranya.
Ketika Jalal baru keluar dr kamarnya utk bergabung di meja makan dg anggota keluarganya, terdengar suara ketukan di pintu depan. Jalal segera memberi kode pd semua orang di ruang makan itu klo dia yg akan membukanya.
Sesampainya di ruang depan, Jalal semakin mempercepat langkahnya krn ketukan itu terdengar tdk sabar. Jalal pun membuka pintu tsb dan terkaget dg sesosok wanita yg bertamu malam ini.
"Beena?" gumam tanya Jalal mendapati istri keduanya telah berdiri di hadapannya. Tanpa pemberitahuan apapun, Beenazier telah datang ke rumah ini. Dan lihatlah reaksi Jalal, hanya kaget saja bahkan matanya sangat jelas memperlihatkan ketidakbahagiaan.
"Kenapa ada tenda biru dan penuh kursi seperti ini, Beib? Kamu nikah lagi?" tanya Beena yg meluncur bebas.
Perempuan itu urung bertanya kabar demi melihat tenda dan kursi yg masih ada di halaman depan krn baru besok tenda itu diambil oleh pemilik persewaan.
"Pikiranmu jangan aneh – aneh, Beena." Ujar Jalal menanggapi pertanyaan Beenazier barusan.
"Anakku, oh... maksudku anaknya Jodha meninggal kemarin." Tutur Jalal.
"Astaga! Hassan meninggal?" tanya Beenazier menyesalkan berita tsb.
"Iya."
"Bukannya Hassan itu anakmu? Kenapa kamu hanya menyebut anaknya Cinta saja? Bahkan kamu menyebut Cinta dg Jodha, tidak memakai panggilan kesayangannya. Apa ternyata..."
"Sudahlah, Beena. Aku tdk ingin membicarakan hal itu lagi."
"Oh, oke."
"Ayo masuk. Kamu pasti capek, istirahatlah. Atau kamu mau makan dulu, kebetulan kami mau makan malam."
"Iya deh. Aku mau makan bareng keluargamu."
"Keluarga kita."
"Ehm... terima kasih ya, Beib atas pengakuanmu pdku."
"Aku harus membayar semua hutang kelakuanku yg tdk adil pdmu selama ini."
"Kamu lelaki yg sangat baik, Beib." Ujar Beenazier menanggapi pernyataan Jalal barusan. Keduanya saling melempar senyum.
Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju ruang makan dimana semua keluarga sudah menunggu.
"Andai cinta tanpa syarat apapun hadir di antara kita, tentu hidupku akan terasa sempurna." Bisik lirih hati Beenazier di sepanjang langkahnya mendampingi Jalal.
Sesampainya di ruang makan, dilihatnya semua anggota keluarga masih berdiam dg ponsel masing – masing, mungkin tengah mengurusi pekerjaan yg mereka tinggal 2 hari belakangan ini. Sementara Ruqqaia hanya mengepang tali taplak meja demi membunuh kebingungannya.
"Kak, Beena datang nih." Sapa Jalal utk meminta perhatian semua keluarganya.
Dan benar. Kepala – kepala yg tertunduk itu akhirnya mendongak ke arah kedatangan Jalal dan juga Beenazier.
"Ayo duduk sini." Perintah Bhairam menyambut kehadiran Beenazier.
"Iya, Beena. Duduklah. Kita makan malam bareng. Seadanya ya, makanan kampung." Pinta Salima mengekor perintah suaminya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akulah Cinta Yang Kaucari
FanfictionKabut cinta masih menghalangi pandanganmu. Tapi yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah salah menentukan takdir-Nya. Yang bisa kulakukan hanyalah bersabar menunggu saat kau sadar bahwa akulah cinta yang kaucari itu...