Part 34 ( Menuju badai terbesar )

338 12 3
                                    


Siang ini, selepas memeriksakan Hassan ke dokter anak dan membicarakan ttg persiapan terapi profilaksis utk Hassan ( menyuntikkan serum pembekuan darah setiap seminggu sekali ), Jodha menggandeng Hassan berjalan ke luar ruang periksa. Di sepanjang perjalanan Jodha dan dr. Atmadja, dokter spesialis dalam yg menjadi atasannya di bangsal Flamboyan rumah sakit kampus ini, ngobrol banyak hal termasuk harapan dr. Atmadja agar Jodha kembali bekerja di rumah sakit ini dg segera.

Perbincangan akrab itu sungguh mengasyikan. Hassan memilih diam dan melihat pemandangan sekitar serta tersenyum pd orang – orang yg tersenyum maupun menyapa pd bocah kecil itu, bahkan orang – orang itu menyempatkan diri utk mencubit gemas pipinya atau menjewer sayang telinganya, serta mengacak rambut hitam tebalnya.

Banyak orang yg memandangi keakraban Jodha dg dr. Atmadja. Beragam tebakan tersimpan di otak mereka akan hubungan wanita muda nan cantik itu dan dokter tsb. Dari sekian banyak orang yg memandang, ada seorang lelaki muda dg usia kurang lebih 3 tahun di atasnya itu memandang dr depan pintu poli kardiologi dg wajah menyelidik yg dg cepat berubah dg wajah bahagia menjurus tak percaya. Lelaki muda dg jas putih ala dokter itu segera berjalan ke arah Jodha yg sekarang sudah berpisah dg dr. Atmadja yg menuju bangsal Flamboyan tempat dinasnya.

Dokter muda tampan rupawan dg garis wajah Eropa itu sangat bersemangat mengejar Jodha yg kini asyik berbincang dg Hassan. Begitu tepat di belakangnya, lelaki itu secepatnya melingkari pinggang ramping Jodha dg kedua lengan jantannya.

"Jodha Sayang! Kemana saja kamu selama ini? Aku kangen banget." Ujar lelaki itu yg kini menempelkan pipinya di punggung Jodha.

Jodha dan Hassan kaget bukan main. Ibu dan anak itu segera menoleh ke arah lelaki yg telah memeluk Jodha tadi.

"Dennish?" Jodha lebih kaget lagi saat tahu yg memeluknya adl Dennish, dokter muda yg sejak lebih dr 5 th yg lalu terus mengejar cintanya.

"Tidak halal bagi seorang lelaki memeluk wanita yg bukan mahromnya." Sementara Hassan yg masih dalam gandengan ibunya itu angkat bicara memberi wejangannya pd Dennish.

Lelaki itu membuka matanya yg sesaat tadi terpejam utk meresapi pelukannya di tubuh wanita istimewaanya.

"Om ini siapa? Kenapa memeluk Ibu? Klo Bapak melihatnya nanti Bapak akan salah paham dan memarahi Ibu. Hassan tdk mau melihat Ibu menangis apalagi menangis krn dimarahi Bapak. Sedangkan Ibu tidak bersalah, gara – gara Om, Bapak akan menyalahkan Ibu."

"Sial! Apa dia anaknya Jodha? Makin sulit bagiku utk mendapatkan Jodha krn sudah ada anak yg mengikat mereka berdua." Dennish tersadar klo Jodha bukan lagi gadis lajang setelah melihat penampakan Hassan. Perasaannya semakin sakit.

"Dennish! Kamu tdk dengar apa kata anakku? Kamu tdk malu? Anak kecil saja tahu klo apa yg kamu lakukan ini salah." Jodha memperingatkan Dennish yg tak kunjung melepaskannya.

"Haruskah cinta dipersalahkan, Jo? Klo seperti itu, salahkanlah Tuhan yg menciptakan cinta itu di hati manusia, termasuk cinta di hatiku utkmu." Bisik Dennish dalam ratapannya. Jodha hendak membuka mulutnya tapi Hassan sudah mendahuluinya.

"Bukan Tuhan yg salah, Om. Allah tdk akan pernah salah membuat jalan takdir utk setiap manusia. Hanya saja manusia yg terlalu sombong berpikir bahwa apa yg ada dlm pikirannya adl kebenaran. Sesungguhnya tdk sedikit manusia yg telah menyadari apa yg mereka pikirkan adl salah tapi mereka enggan mengakuinya. Dan apa yg menjadikan manusia seperti itu? Tak lain dan tak bukan adl krn bujukan syetan yg terkutuk." Ujar Hassan yg membuat emosi menyergap jiwa Dennish.

"Lancang kamu!" hardik Dennish seraya melayangkan tangan kanannya hendak menampar Hassan sementara tangan kiri Dennish masih membelenggu perut Jodha.

Akulah Cinta Yang KaucariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang