Pagi ini Jodha harus pergi ke Banten bersama dr. Atmadja, sebagai tugasnya yg telah ia janjikan pd atasannya, dua minggu yg lalu.
Perawat muda nan cantik itu sudah mandi dan bersiap utk berangkat. Tinggal menunggu perawat yg akan menggantikannya datang.
Gadis itu duduk dalam diam di kursi dekat bed dimana Jalal masih terlelap dalam buaian mimpi meskipun sudah pukul 7 saat ini. Dibelainya dg sayang kepala pria yg teramat ia cintai itu.
"Om. Berat sebenarnya aku pergi meninggalkanmu. Tapi aku harus menunaikan tugasku demi memenuhi panggilan jiwaku sebagai seorang perawat. Ikhlaskan kepergianku ya, Om." Ucap Jodha di tengah keasyikannya mengelus kepala Jalal.
"Hati – hati, Cin." Jalal yg masih berada di dunia mimpi kembali menjawab ucapan Jodha. Gadis itu tersenyum mendengarnya.
"Iya. Om Rangga baik – baik ya di sini. Akan ada perawat lain yg menggantikanku." Jawab Jodha.
"Pasti tdk akan sebaik dan sehebat suster Cinta."
"Itu karena hanya aku yg punya cinta sebagai seorang kekasih pd Om Rangga. Tapi Om Rangga tdk perlu khawatir, suster yg lain pasti punya kelembutan kasih pd semua pasiennya. Percayalah." Jodha terus meremas – remas rambut dan lengan Jalal, berharap sosoknya tdk pernah hilang dalam ingatan lelaki itu.
"Om Rangga masih ingat khan pesanku semalam?" tanya Jodha.
"Hm. Jodha Cinta Mulia bukan lagi bocah kecil berseragam merah putih, Rangga Jalal Agustian bukan seorang pelajar berseragam putih abu – abu." Jalal memulai kalimat penjabarannya.
Jodha kembali tersenyum mendengar penuturan awal Jalal ttg jati diri mereka berdua saat ini. Tampaknya kesadaran mulai hadir di benak lelaki itu.
"Yang ada saat ini adalah kamu, sang perawat usia 20 tahun dan aku sang dosen arkeologi." Penuturan Jalal selanjutnya.
"Syukurlah. Aku senang Om Rangga sudah mengingat itu semua." Ucap Jodha penuh kebahagiaan.
Sesungguhnya ia ingin sekali mengikuti perkembangan selanjutnya proses menuju kesembuhan Jalal, tapi ia harus menepati janji dan tugasnya.
"Aku harap, begitu Om Rangga membuka mata, Om benar – benar sudah berpijak di hari ini, bukan di hari – hari sepuluh tahun yg lalu." Air mata kembali menitik, merasakan bahagia dan juga rasa berat yg saling tumpang tindih.
"Ingatlah tentang profesi Om, tugas – tugas Om, teman – teman Om. Mahasiswa dan juga sahabat Om Rangga sudah menunggu kedatangan Om kembali." Pelan – pelan Jodha mendoktrin otak Jalal agar semakin menyadari sekelilingnya.
"Lupakan janji – janji pdku seperti yg Om Rangga ceritakan semalam yg selama ini membebani hati dan pikiran Om Rangga. Juga singkirkan penyesalan Om akan terlewatkannya masa pertumbuhanku selama 9 tahun perpisahan kita. Karena aku memaafkanmu. Aku sudah bersama Om Rangga lagi sekarang. Dan aku sudah bisa mengingatkan Om Rangga secara langsung saat Om Rangga terlupa akan janji – janji itu. Aku akan memenuhi keinginan Om Rangga sebagai tulang rusukmu yg berada dekat di hatimu... yaitu MENGINGATKANMU BAHWA KITA ADALAH SATU." Banyak kata yg Jodha keluarkan demi meyakinkan Jalal bahwa ia harus bangkit kembali tanpa terbebani hutang janji di masa lalu.
"Kewajiban Om Rangga saat ini adalah, lanjutkan langkah hidup Om Rangga yg sempat tertunda karena rasa bersalah dan penyesalan Om pd diriku. AKU BAIK – BAIK SAJA, MENGERTI, DAN TIDAK MENDENDAM PADA OM RANGGA." Pesan akhir Jodha utk menyamankan perasaan lelaki itu.
"Apa Om Rangga bisa menceritakan padaku akan profesi dan kehidupan Om Rangga saat ini?" utk mengisi waktu dan utk menguji tingkat keberhasilan lelaki itu, Jodha mengajukan sebuah tanya, berharap jawabannya benar – benar sesuai dg fakta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akulah Cinta Yang Kaucari
FanfictionKabut cinta masih menghalangi pandanganmu. Tapi yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah salah menentukan takdir-Nya. Yang bisa kulakukan hanyalah bersabar menunggu saat kau sadar bahwa akulah cinta yang kaucari itu...