Part 41 ( Jalan itu mulai terang )

478 12 4
                                    


Selesai meluapkan semua kemarahan pd Jalal di rumah tabon, Budi berjalan dalam diam menyusuri jalan setapak tengah kampung. Wati hanya diam mengekor.

"Kita akan kemana, Pa?" tanya Wati tak tahan dg keheningan.

"Papa juga belum tahu."

"Klo Mas Budi tadi belum punya tujuan yg jelas, kenapa menolak penawaran Salima? Siapa tahu Jodha segera diketahui keberadaannya."

"Kita menunggu di tempat lain saja, Ma. Tdk sudi Papa tinggal di rumah lelaki memuakkan itu!"

"Maksud Papa?"

"Kita cari kost – kostan. Setiap hari kita akan mendatangi mereka utk tanya kabar Jodha sambil menunggu panggilan perusahaan agar Papa bisa dinas lagi, tdk luntang lantung begini."

"Iya, Pa. Mama ngikut saja. Nanti klo Papa sudah jelas akan berdinas dimana, Mama akan ngelamar pekerjaan di klinik atau puskesmas terdekat."

"Mama memang istri yg setia."

Budi merangkul bahu istrinya shg kini mereka berdua berjalan beriringan, tdk seperti tadi yg depan belakang gara – gara hati Budi masih mendongkol atas kelakuan Jalal pd putrinya.

"Mama berusaha menjadi sosok istri dan ibu yg baik hingga bisa jadi tauladan bagi Jodha. Tapi ternyata Jodha justru dituduh tdk setia oleh suaminya sendiri. Hati Mama sakit sekali, Pa. Lebih sakit lagi, gara – gara kasus itu kita gagal bertemu Jodha krn Jodha terlanjur pergi kembali dlm kesakitannya." Ujar Wati dan menitikkan air matanya.

"Papa tdk akan pernah memaafkan Jalal, Ma."

"Papa... jangan terlalu keras."

"Dia sudah menuduh putri kita sembarangan."

"Menantu kita hanya sedang tersesat, Pa..."

"Tersesat koq berulang kali."

"Dalam perjalanan, apakah ada aturan baku berapa kali boleh tersesat? Ga bisa diprediksi, Pa. Tolong jangan terlalu kaku dan otoriter klo ujungnya akan membuat putri kita bersedih."

Drrrt... drrrt... drrrt... getaran ponsel di saku celana Budi menyela perbincangan suami istri dan terus berjalan tsb. Panggilan dr Wawan dan Budi segera mengangkatnya.

"Selamat siang, Pak."

"......."

"Saya... klo tdk salah ini di daerah Jogokaryan."

"......."

"O, gitu? Baiklah. Saya akan minta tolong warga utk menunjukkan tempat yg Bapak maksud. Apa dekat dr sini atau masih jauh."

"......."

"Iya, Pak. Siap."

"......."

"Siang. Sampai ketemu nanti."

Begitu Wawan di seberang menutup panggilannya, Budi kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Kenapa, Pa? Siapa yg telp?"

"Pak Wawan. Dia menunggu Papa utk membicarakan soal pekerjaan di Bakmi Jawa Pak Furqoni. Katanya daerah Jogokaryan juga. Tapi Papa ga yakin apa memang dekat atau justru masih jauh."

"Ya udah, kita tanya orang sini saja, Pa."

"Mama benar."

Budi yg setuju dg saran istrinya menengaknengokkan kepalanya mencari orang yg bisa ia tanyai. Begitu ia melihat seorang ibu – ibu lewat, Budi tersenyum bahagia.

Akulah Cinta Yang KaucariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang